Aku sampai kapanpun tidak akan bisa hidup tanpamu, Nam Woohyun...
Kata-kata itu terngiang di telinga Woohyun. Dia tidak ingin mengumpat. Tidak ingin menyumpahi. Dia hanya ingin di sadarkan oleh seseorang bahwa ini hanyalah mimpi.
"Arrghhh...." Teriak woohyun, amarah yang sudah tak dapat di tahannya. Dia sama sekali tidak percaya kalau selama ini dia bertahan hanya dengan mempercayai kata-kata seorang Eun ji. Woohyun sudah menyerahkan segalanya, semua yang dia miliki, hanya untuk Eun ji, bahkan selama ini dia berjuang untuk menjadi sukses dan kaya adalah agar kelak Eun ji tidak perlu lagi hidup menderita karena sesuatu yang disebut uang seperti yang mereka alami dulu sewaktu masih di SMU. Tapi apa? Semuanya menjadi tidak berarti sekarang. Semuanya hancur. Woohyun sudah hancur.
"Hyung gwaenchana?" teriak Hoya terdengar panik di balik pintu tapi Woohyun tidak menghiraukannya, Woohyun menghancurkan seisi kamarnya sendiri, merobek bantal, mengoyak isi lemari bahkan menginjak-injak semua obat yang harus di konsumsinya. Untuk apa dia bertahan jika tak ada seorang pun lagi yang menginginkannya, dulu orang tuanya dengan tega meninggalkannya di panti asuhan, sekarang Eun ji pun meninggalkannya? Dia dulu nyaris kehilangan harapan hidup dan mengira hidup tak ada artinya, tapi Eun ji memberinya sayap dan membuatnya terbang. Dia jadi memiliki seberkas harapan dan sinar untuk bisa hidup bahagia seperti orang lain di dunia ini, sekarang ketika Eun ji memaksa menanggalkan sayap itu dari Woohyun, bagaimana bisa Woohyun bisa tetap berada di angkasa?
"Hyung, gwaenchana?" Tanya hoya lagi, tapi masih tak ada balasan dari Woohyun. Kamarnya sekarang sudah seperti ruangan bekas perang. Seperti perang dunia ke tiga baru saja berlangsung di tempat ini beberapa menit yang lalu. Woohyun menyender di dinding, membentur-benturkan kepalanya disana, awalnya pelan, menjadi semakin keras dan keras, membuat kepalanya mengeluarkan darah dan dia tak sadarkan diri.
~
Aku selalu berharap penderitaan dan kesendirian yang kualami selama ini, pada akhirnya akan berujung pada kebahagiaan abadi yang tiada tara, tapi jika akhirnya hanyalah rasa sakit ini, apa aku tetap harus bersyukur telah di lahirkan ke dunia ini?
"Kita benar-benar tidak punya waktu lagi Tuan Nam, anda harus segera menemukan keluarga anda. Saya tidak yakin jika obat-obatan bisa membantu anda bertahan lebih lama" ucap dokter So kepada Woohyun. Sementara Woohyun hanya terdiam, menatap langit-langit kamar, atau mungkin dia sudah tidak berada di ruang perawatannya itu lagi, mungkin jiwanya sudah terbang, berkelana, entah mencari apa.
"Tapi, hyung tidak punya seorang keluarga pun yang tersisa dokter" ucap Hoya, mengambil alih pembicaraan dengan dokter So karena Woohyun tak kunjung memberi respon dari pernyataan yang di ucapakan oleh dokternya itu. Entah karena terlalu menyakitkan untuk di jawab, atau karena Woohyun belum bisa mencerna apapun didalam pikirannya saat ini.
"Bagaimana pun, saya akan mencari solusi lain, jika saya sudah menemukannya, saya akan memberitahu anda" ucap dokter So, kemudian membungkuk sedikit dan pergi meninggalkan Hoya dan Woohyun yang masih seperti patung.
"Hyung, berhentilah seperti ini kau membuatku khawatir" Hoya mendekat ke arah Woohyun, memperbaiki selimutnya, dan menatap pria didepannya itu. Hoya begitu dalam menatap kepada Woohyun, hingga terbayang apa yang selama ini sudah dilalui oleh pria itu untuk sampai di tempatnya sekarang berada. Hoya tahu betul, Woohyun harus tertatih, terseok-seok bahkan terkadang harus merangkak, untuk bisa sampai di kehidupan yang layak seperti ini. Hoya tahu betul, karena dia, seperti Woohyun, tumbuh besar di panti asuhan yang sama, selama ini Woohyun sudah dianggapnya kakak sediri, mengingat mereka hanya punya satu sama lain, dan hanya bisa menjaga satu sama lain.
Sebelumnya, hidup Woohyun hanya sedatar itu, hanya berisi berjuang dan berjuang untuk hidup yang lebih baik. Hanya ada dunia hitam dan putih. Dimana sisi putih saat Woohyun berusaha bangkit dari kegagalan, dan sisi hitam saat lagi-lagi Woohyun gagal dan harus memulai dari awal, sampai akhirnya Eun ji hadir dalam hidup Woohyun, dunia Woohyun yang hitam putih menjadi terang benderang berkat Eun ji, warna hitam putih itu tergantikan dengan berbagai macam warna yang lebih ceria, dan meskipun sebelumnya Woohyun sudah punya tujuan hidup yang jelas, semuanya menjadi mungkin berkat kehadiran Eun ji. Jadi, Hoya merasa wajar saja jika Woohyun sekarang ini merasa sangat terpukul, mungkin rasanya seperti lebih baik mati, dan Hoya mengerti itu semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parfum
RomancePark Eun ji, Kim Sungkyu, dan Nam Woohyun terlibat dalam kisah cinta segitiga yang tidak mereka inginkan. Eun ji yang awalnya adalah kekasih Woohyun, harus rela menikah dengan Sungkyu demi ibunya dan demi keluarganya. Sementara Sungkyu, yang tidak b...