Parfum 20

369 30 2
                                    

Sehari sebelumnya...

Sunggyu berdiri dengan gelisah. Kemudian dia duduk lagi, menatap bingung kepada pintu yang tertutup didepannya.

"woohyun hyung tidak ingin menemuimu hyung, tolong mengertilah" ucap hoya memperhatikan pergerakan sunggyu yang gelisah, dia merasa tidak nyaman untuk keduanya, untuk sunggyu hyung dan untuk woohyun hyung, keduanya sudah dianggapnya sebagai kakak sendiri. Sunggyu menggemeratakkan giginya, dia tahu itu, tapi, membiarkan hal ini berlarut-larut justru makin membuatnya merasa sulit, dia butuh penyelesaian untuk semua ini, segera!

Sejam, dua jam, detik-detik berlalu dengan cepat, berganti menit hingga berjam-jam, gyu tidak tahu berapa lama dirinya mengelilingi ruang tengah apartemen ini, berapa lama ia sudah menatap pintu kamar woohyun yang tertutup rapat seolah tak akan membiarkan apapun atau siapapun masuk kedalam bahkan hanya untuk sekedar menengok keadaannya, sunggyu tahu woohyun mungkin ingin sendiri, sunggyu bisa mahfum itu, jika kita membalik posisinya, jika sunggyu yang ada di tempat woohyun saat ini, dia tidak akan tinggal diam, dia akan merebut kembali apa yang telah di rebut darinya, tipikal hewan liar yang tak rela mangsanya di rebut oleh orang lain, itulah sunggyu. Tapi, berbeda dengan woohyun, dari luar mungkin woohyun terlihat tegar, terlaihat sebagai seseorang yang kuat dan bisa melakukan apa saja demi hidup bahagia, sayangnya, tak semua orang tahu, woohyun selama ini hanya berpegang pada satu tali kehidupan, eun ji. Dan sayangnya, saat ini tali itu sedang berusaha di rebut oleh sunggyu dan itu membuat sunggyu merasa lebih buruk lagi.

"apa kau ingin sekaleng bir?" tawar hoya yang baru saja selesai mandi, berjalan menuju kulkas yang ada didapur kecil, meraih sekaleng bir, membukanya dan menyeruputnya begitu saja hingga isinya berkurang setengah.

"aku sedang tidak ingin mabuk sekarang" jawab sunggyu kini berhenti tepat di depan pintu kamar itu. Berapa lama lagi dia akan menunggu?

"kau mencoba untuk memberanikan diri mengetuk pintunya?" tantang hoya tersenyum smirk, kemudian membuang dirinya sendiri ke sofa.

"kau tahu, bagiku kau dan woohyun sudah melebihi seorang saudara, aku hanya..." sunggyu menghembuskan nafas panjang. Hoya Nampak menunggu.

"tapi kenyataannya sekarang hyung, kau mungkin menuntut terlalu banyak untuk seutas tali persaudaraan yang baru saja kau ucapkan. Park eun ji..." hoya sengaja menggantung nama itu diantara mereka, membiarkan sunggyu dengan segala rasa bersalahnya, bukan maksud hoya membuat sunggyu merasa tersiksa, hanya saja, sunggyu perlu merasakan ini, jika dia sungguh akan menikah dengan eun ji, hoya, menggantikan woohyun setidaknya harus memastikan apa pria ini serius ingin melakukan hal itu atau hanya terpaksa seperti yang dilakukan eun ji?

"dengarkan aku, aku bisa memberikan semuanya, semua yang kalian minta. Tapi tolong, pahami posisiku, aku juga tertekan!" sunggyu panik, mendekat pada hoya dan duduk di sofa tunggal di sebelah hoya.

"Hyung! Aku, park eun ji, nam woohyun, apa menurutmu kami semua adalah boneka yang bisa kau beli dengan uangmu?!" sunggyu terpaku, diam dan membeku, bukan maksudnya seperti itu, sepertinya hoya sudah salah paham. Bukannya menyelesaikan masalah, sunggyu dengan bodohnya memperumit masalah, hoya mungkin tersinggung dengan apa yang baru saja dikatakannya.

"bukan begitu! Maksudku, aku bisa memberi semua yang aku miliki agar kita semua bisa hidup bahagia" jelas sunggyu terbatah, dia harus setidaknya membuat hoya mengerti kalau semua ini juga berat baginya, kalau dia bahkan rela hanya menjadi suami "status" bagi eun ji, semuanya rela sunggyu lakukan agar orang-orang yang selama ini ada disisinya tidak meninggalkannya. Sementara hoya hanya memandang sinis kea rah Sunggyu, dan begitu saja cerita mengalir dari bibir Sunggyu yang tipis, tanpa mereka sadari, diam-diam woohyun dari balik pintu kamarnya juga ikut mendengarkan cerita sunggyu. Air matanya sudah mongering, pikiran jernihnya sedikit demi sedikit telah menghampiri dirinya, woohyun hanya mencoba bersabar, dia tahu, sekalipun dia bertahan, tidak aka nada jalan baginya dan eun ji untuk bisa hidup bahagia.

ParfumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang