Parfum 21

390 29 1
                                    

Ini sulit, tapi ini harus dilakukan. Dengan berat hati, woohyun melangkahkan kakinya memasuki bandara Incheon. Baru beberapa bulan dia berada di kota kelahirannya ini, dan sekarang, dia harus pergi lagi, entah sampai kapan, atau mungkin tak akan pernah kembali. Woohyun membalik tubuhnya, sekali lagi memandangi jalanan kota seoul yang padat dari dalam bandara. Ia akan merindukan saat-saat bahagia dia kota ini. Tanpa ia sadari, matanya sudah berkaca-kaca.

"kita perlu menunggu sekitar sejam sebelum pesawatnya take off hyung" ucap hoya menarik ujung sweeter woohyun agar ikut duduk di sebelahnya di ruang tunggu. Woohyun hanya pasrah, ini mungkin detik-detik terakhirnya berada di Negara asalnya, dia harus menikmati saat-saat seperti ini.

Woohyun memasang headset di telinganya, dan memutar acak lagu yang berada di music boxnya, hanya acak, dia tidak bermaksud untuk mengenang apapun atau mengingat apapun, hanya saja, entah kenapa secara kebetulan, yang terputar adalah sebuah lagu semi-pop dengan judul tell me why, lagu itu mengingatkannya akan saat-saat bersama eun ji. Ada saat dimana mereka harus mengecat kamar kost woohyun yang baru, memindahkan barang-barang, hingga saling mengoles krim kue yang akan dibuat untuk acara ulang tahun sekolah ke wajah masing-masing.

Woohyun masih ingat dengan jelas, saat itu dia dan eun ji bahkan harus menahan malu di sebut sebagai pengantin baru, karena mereka rela kehujanan demi terselenggaranya acara ulang tahun sekolah itu. Mengingat woohyun adalah ketua osis saat itu, akan memalukan jika acara sepenting itu harus di cancel hanya karena hujan lebat yang tiba-tiba turun membasahi kota seoul, alhasil, pesta yang harusnya di lakukan outdoor harus di alihkan menjadi pesta indoor, tidak sedikit bahkan sebagian besar orang mencerca mereka, tapi saat itu, dengan berani eun ji tetap menggenggam erat tangan woohyun, menemaninya, berada di sisinya, secara tidak langsung, keberadaan eun ji disisinya memberinya kekuatan untuk bertahan dalam menghadapi apapun, dan hal itu memberikan mereka keajaiban, semuanya terlaknsana dengan baik dan sempurna.

Ada juga saat dimana eun ji harus berkelahi di tempat kerja paruh waktunya hanya karena seseorang menghina dirinya, woohyun datang membantunya saat itu, meskipun pada akhirnya mereka adalah pihak yang babak belur, tapi rasa sakit seolah taka da artinya, mereka tetap tertawa, menertawai diri masing-masing dan kelemahan sendiri. Woohyun bisa mengingat dengan jelas kalau saat-saat seperti itulah yang menjadikannya kuat dan tegar. Bertahan mengejar mimpi, hingga bisa meraih apa yang ada di genggamannya sekarang, menjadi seseorang yang sukses dan di kenal di dunia bisnis, dikenal sebagai orang kedua presdir kim muda yang maha kuasa, kadang woohyun berpikir, seandainya saja dia mengenal sunggyu dari dulu, mungkin dirinya tak akan semenderita itu, tapi sekali lagi, takdir selalu menyisipkan orang yang tepat di saat yang tepat, jika saat itu dia dan sunggyu sudah saling kenal, mungkin dia dan eun ji tidak akan ebrtahan selama itu, ungkin, woohyun akan minder kepada sunggyu dan melepaskan eun ji untuk sunggyu, terlalu naïf, dia tidak bisa membayangkan yang lebih buruk dari hal itu.

"sudah saatnya kita berangkat hyung" hoya menepuk pundak woohyun lemah, menyadarkan pria itu dari segala siluet-siluet mengenai dirinya dan eun ji di masa lalu yang terus berkelebat di kepalanya. Woohyun menatap hoya sejenak, kemudian mengangguk dan ikut berdiri, sekali lagi memandang berkeliling ke bandara Incheon, dan berjalan menuju pintu keberangkatan. Selamat tinggal seoul.

~

Eun ji terduduk dengan lemas. Dipandanginya secara bergantian surat resign dan surat perjajian pranikah yang di berikan sunggyu padanya.

"apa ada sesuatu yang tidak kau sukai dari keduanya?" Tanya sunggyu menatap eun ji penuh minat, tak pernah ada yang tidak menarik dari seorang park eun ji bagi seorang kim sunggyu, segalanya terlihat indah. Eun ji hanya diam, sekali lagi memandang bergantian pada keduanya kemudian menghembuskan nafas berat, pandangan beralih keluar jendela kafe yang ada di sebelahnya, pikirannya melayang-layang entah kemana. Sudah seminggu sejak woohyun memutuskan untuk pergi dari hidupnya, dan sudah seminggu juga dia harus menjalani kehidupan sebagai calon istri tuan muda kim yang terhormat.

ParfumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang