Parfum 17

420 40 3
                                    

Woohyun terdiam di dalam lift apartemennya sendiri, saat pintu lift itu terbuka, dia tertatih berjalan keluar dari lift dan sesekali menyender didinding hanya untuk menarik nafas panjang, dan mengumpulkan segenap tenaga. Rasanya sakit, sakit sekali.

eun ji yyah, ayah mohon menikahlah dengan tuan kim

baiklah, aku akan menikah dengan presdir kim, demi kalian

sekilas, bayangan-bayangan percakapan antara eun ji dan ibunya kembali terlintas di pikiran woohyun. Hatinya sakit sekali hingga dia sendiri tak merasakan bahwa tubuhnya sudah merosot jatuh terduduk ke lantai. Woohyun menangis. Menangis sejadi-jadinya, sesekali ia akan memmukul mukul dada bagian kirinya. Nyeri di sebelah sana. Tapi, woohyun tak menghiraukan rasa nyeri pada tubuhnya. Hatinya terluka. Perasaannya teriris. Bagaimana bisa seseorang yang begitu dia percaya, bisa merebut orang paling berharga dalam hidupnya? Memikirkan bagaimana dia dan sunggyu selama ini, dan bagaimana hubungannya berjalan sangat baik dengan eun ji. Seharusnya woohyun tahu, tak hanya ada musim semi dalam setahun, musi gugur selalu menanti setelahnya. Atau apa mereka memang sudah merencanakan untuk melakukan ini? Apa mereka sudah merencanakan akan menusuk woohyun dari belakang? Apa salah woohyun? Apa woohyun pernah melakukan kesalahan tak termaafkan pada mereka sehingga mereka harus melakukan hal semenyakitkan ini? Tidak. Bagaimanapun dipikirkannya, woohyun merasa dia telah melakukan hal yang terbaik jika itu demi eun ji atau demi sunggyu hyung. Tapi apa? Di kehidupan sebelumnya, pasti woohyun pernah mengkhianati negaranya sendiri atau menjadi teroris atau mungkin melakukan dosa besar sehingga kini ia mendapatkan karmanya. Pasti seperti itu. Jika rasa pembalasannya akan sesakit ini, woohyun seharusnya tidak melakukan apapun yang salah baik dikehidupan kini atau kehidupan mendatang. Tapi tetap saja, tidak ada gunanya memikirkan hal itu kini, semuanya sudah usai baginya, hancur, berantakan, dan menyakitkan.

"hyung?! Apa yang terjadi? Gwaenchana?" ucap seseorang menghampiri woohyun, membantunya berdiri dan memapahnya masuk ke dalam apartemen. Tapi, woohyun sudah seperti mayat hidup. Dia seperti zombie. Tak ada jiwa dalam dirinya. Kurang dari 30 menit, semua semangat hidup yang dimilikinya seperti menghilang, lenyap entah kemana.

"hyung gwaenchana?" Tanya orang itu Nampak khawatir. Woohyun, sejak ia mengenalnya adalah seseorang yang ceria dan bersemangat, tak pernah seputus asa ini, orang itu bisa melihat, bekas air mata di pipi woohyun, dia tidak tahu eknapa woohyun bisa seperti ini tapi dia yakin ini ada hubungannya dengan eun ji.

Setelah membantu woohyun untuk berbaring di tempat tidurnya, orang itu segera kembali menuju ruang depan apartemen, karena bel baru saja berbunyi.

"Hoya?" Tanya sungkyu begitu melihat siapa yang membukakan pintu apartemen untuknya.

"yyeh hyung" ucap hoya antusias, membuka lebih lebar pintu agar sungkyu bisa masuk kedalam.

"dimana woohyun aku harus bicara dengannya" Tanya sungkyu terburu-buru melepas sepatu dan berjalan menuju kamar woohyun.

"kurasa jangan dulu hyung" hoya menghentikan sunggyu yang nyaris membuka pintu kamar woohyun. Sunggyu menatapnya dengan tidak sabar.

"sebenarnya apa yang terjadi? Kupikir woohyun hyung hanya kekantor untuk memberi tahumu bahwa aku sudah tiba di seoul?" kening hoya berkerut, dia benar-benar tidak mengerti situasinya sekarang. Sunggyu menghembuskan nafas berat, dan berjalan menuju sofa yang ada di tengah ruangan.

"aku mendapatkannya sedang terduduk di dinding dan menangis sambil memegangi dadanya, tapi dia tidak mengatakan apapun, apa semuanya baik-baik saja, hyung?" hoya ikut duduk di sofa lain, dan menatap sunggyu serius.

"aku dan eun ji harus menikah" ucap sunggyu menatap hoya. Tak ada makna apapun yang tersirat dari pandnagan sunggyu, hanya saja, hoya bisa merasakan kalau hyungnya yang satu ini juga merasa bersalah.

ParfumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang