Eun ji bahkan harus kesulitan mengatur nafasnya, dia tidak sedang dikejar oleh waktu, dia juga tidak sedang memiiki janji penting yang harus di tepati. Dia hanya berlari, mungkin saja dari rasa bersalah yang terus menyelimuti dirinya, apalagi jika tanpa sengaja bayangan akan kejadian itu terulang didean matanya, saat tiba-tiba sunggyu menciumnya, dan...eun ji menyandarkan dirinya di pintu lift, apa yang sedang dia pikirkan? Dan sepertinya dia harus menata kembali adegan itu di otaknya karena dengan jelas kini dia dapat menyadari kalau tadi dia...menikmati ciuman sunggyu? Tidak! Eun ji pasti salah ingat! Hal itu tidak mungkin terjadi! Satu-satunya pria yang dicintai oleh eun ji adalah woohyun. Hanya Nam Woohyun seorang. Tak ada yang lain. Eun ji sedang membenahi perasaannya saat tiba-tiba pintu lift terbuka dan woohyun muncul begitu saja didepannya.
"ap, apa yang kau lakukan disini?" eun ji panic. Woohyun menatap sekelilig, memastikan kalau orang yang di tanyai oleh eun ji adlaah dirinya.
"apa kau bertanya apa yang sedang aku lakukan di apartemenku sendiri?" Tanya Woohyun balik sebelum menarik eun ji untuk segera keuar dari lift karena pintu lift segera tertutup.
Woohyun menarik eun ji terlalu dekat hingga membuat gadis itu tepental dan tepat berada di pelukan Woohyun. Membuat debaran jantung eun ji yang tadi sedikit sudah biasa dikuasainya kembali berdebar tak karuan.
"apa yang kau lkaukan disini?" Tanya Woohyun menatap eun ji yang berada dalam dekapannya.
"a, aku.." dan bayangan bodoh itu kembali menghampiri eun ji, saat sungkyu menciumnya. Langsung saja, eun ji mencium bibir woohyun, bukan karena rasa rindu atau karena debaran jantungnya, tapi karena rasa bersalah yang juga bersamaan hadir dengan bayangan itu.
"yyah!" woohyun melepaskan ciuman eun ji, menatap eun ji dengan tatapan terkejut, tidak biasanya eun ji seperti ini. Setidaknya tidak di tempat umum. Woohyun menatap sekelliling. Sepi. Kemudian tersneyum kearah eun ji yang wajahnya masih memerah.
"setidaknya jangan di tempat umum atau aku harus memberimu hukuman karena melakukan ini disini" ucap woohyun kemudian mendaratkan ciumannya kembali kepada eun ji. Mereka berciuman, saling menceceap rasa. Menyalurkan apa yang selama ini sudah di tahan oleh keduanya perasaan menggebu dan hasrat ingin memiliki. Keduanya bahkan tidak sadar kalau mereka sudah berpindah tempat dari depan lift hingga kedalam apartemen woohyun. Woohyun terus mendominasi eun ji dan eun ji meskipun gelagapan terus mencoba untuk meyeimbangi woohyun. Woohyun mempererat pelukannya pada eun ji, membawa eun ji lebih jauh masuk kedalam akamarnya, membaringkan gadisnya diatas tempat tidur, dan kembali mencecap rasa bibir eun ji. Ini bukan pertama kai bagi mereka berdua untuk bericiuman. Hal itu sudah sangat biasa. Tapi baru kali ini keduanya melepaskan segala hasrat yang terpendam, tanpa memikirkan apapun, hanya ada woohyun dan eun ji.
"aku, tidak bisa melakukan ini kan?" woohyun melepaskan peukannya dan menatap eun ji yang masih memerah di bawahnya, kening eun ji berkerut, dan nafasnya memburu. Pandangan eun ji seketika mengabur, entah apa yang sedang di pikirkan gadis itu, tapi dia tiba-tiba kembai menyerang woohyun membuat woohyun mengerang. Membuat woohyun sebagai pria normal tak bisa menahan hasratnya agi, keinginan untuk menikmati segalanya lebih dari ini tersirat di benaknya. Woohyun membuka semua kancing kemeja eun ji dengan buru-buru, sementara bibirnya terus bermain dengan bibir eun ji yang seperti terus meminta untuk di jamah.
"apa kau yakin dengan hal ini?" woohyun kembali melepaskan ciumannya, saat eun ji sudah daam keadaan setengah bugil, kemeja, pakaian daam dan branya sudah berhasil di lecuti oeh woohyun,hanya tersisa rok yang sedikit lagi terangkat naik dan menampikan celana dalam yang di pakainya. Eun ji menatap woohyun sesaat. Wajahnya memerah, dia merasa canggung dan mau, ini pertama kalinya dia se-polos ini didepan woohyun, meskipun mereka sudah bertahun-tahun berstatus sebagai sepasang kekasih.
"aku tidak akan bertanya dua kali" pandagan woohyun tertuju pada dua gunung kembar eun ji yang seperti mengundang untuk segera di jamah, eun ji hanya diam. Kemudian membuang mukanya.
"aku anggap itu jawabannya" dan woohyun segera mendaratkan bibirnya di atas gundukan itu. Membuat eun ji mengerang dan bersemu merah. Woohyun meremas gundukan sebelahnya, sementara tangan yang lainnya berkeiaran mencari sesuatu di balik rok eun ji, erusaha menarik keuar celana dalam yang menghalangi, saat dua jemarinya berusaha memsuki lubang klitoris milik eun ji.
"woo..woohyun.." ucap eun ji kelabakan. Dia tidak bisa berpikir yang mana benar dan yang mana yang salah sekarang. Yang dia tahu, woohyun membuatnya ingin merasakan lebih.
Woohyun menarik kedua jarinya, menjiati sisa cairan eun ji dengan penuh nikmat, bersiap melepas semua yang di pakainya, saat tiba-tiba kedua telinga eun ji berdengung. Dengungan yang sangat tajam hingga menyakitinya, eun ji menarik selimut yang ada disisinya dan meraung kesakitan.
"gwaenchana?" Tanya woohyun tapi eun ji tak bisa mendnegarkan apapun suara decitan tajam itu seperti akan membuatnya tuli.
"eun ji yyah, gwaenchana?" sekali agi woohyun bertanya, Nampak jelas pria itu khawatir, ada apa tiba-tiba kekasihnya seperti ini?
"Woo..hyun..." jerit eun ji tertahan, air mata bercucuran dari kedua bola mata indahnya, hingga perlahan dengungan itu mereda dengan sendirinya.
~
"miyan" maaf. Hanya itu kata yang bisa di ucapkan oleh eun ji. Woohyun hanya tersenyum, kemudian mengancingkan satu eprsatu kemeja eun ji. Eun ji daam sehari ini harus membuat dirinya sendiri merasa bersalah kepada woohyun sebanyak dua kali. Tanpa kata, tanpa suara, woohyun kembali hanya tersenyum. Senyuman biasa saja. Senyuman memaafkan dan senyuman tulus woohyun yang biasa di berikannya kepada eun ji.
"aku seharusnya tidak melakukan itu..." woohyun menghentikan kegiatannya dari mengancingkan kemeja eun ji matanya mencari, setiap inci dari wajah eunji di telusurinya.
"ap, apa yang kau katakana?" eun jib alas menatap kedalam mata woohyun. Ini tidak benar!
"aku seharusnya tidak membuka hadiah pernikahan sebelum waktunya kan?!" woohyun tiba-tiba dengan suara meninggi. Tidak. Bukan suara meninggi karena marah atau menahan emosi, tapi lebih kepada melampiaskan sesuatu yang sedang tercekat didadanya sendiri. Eun ji tersenyum. Senyuman yang perlahan berubaha menjadi tawa. Eun ji lalu menggelitik perut woohyun hingga mereka saling menggoda satu sama lain.
"apa kita sungguh akan menikah?" Tanya eun ji menatap langit-langit. Mereka kini sudah lelah saling menggoda dan bermain, jadi mereka memutuskan untuk berbaring sejenak dan saling bersandar. Membuat perasaan menjadi saling membutuhkan menjadi nyata, menyapa diantara keduanya.
"tentu saja" woohyun singkat.
"tidak bisakah kita menikah sekarang? Mungkin esok hari..." eun ji tak berani meneruskan kalimatnya, dia takut keceplosan dan menceritakan segalanya pada woohyun. Eun ji tidak siap untuk menjawab beribu pertanyaan yang woohyun ajukan karena mengetahui hal itu. Membayangkannya saja sudah membuat eun ji merinding, tapi yang paling menyedihkan dari segalanya adalah bahwa eunji bahkan takut untuk membayangkan bahwa suatu saat woohyun akan meninggalkannya dan pergi darinya.
"esok hari mungkin kita tidak akan bersama lagi" ucapan singkat woohyun sempurna membuat eun ji terbangun. Dia, yang tadinya berbaring dengan nayman di salah satu lengan woohyun kini menatap woohyun nanar, apa woohyun mengetahui segalanya? Tentang dia dan sungkyu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Parfum
RomancePark Eun ji, Kim Sungkyu, dan Nam Woohyun terlibat dalam kisah cinta segitiga yang tidak mereka inginkan. Eun ji yang awalnya adalah kekasih Woohyun, harus rela menikah dengan Sungkyu demi ibunya dan demi keluarganya. Sementara Sungkyu, yang tidak b...