Parfum 8

373 42 1
                                    

Kenapa? Kenapa dia kembali? Aku tidak ingin dia kembali! Dia membawa kenangan itu berputar dan mengelilingiku lagi. Aku membencinya! Aku benci dia!

Eun ji meraung. Menghancurkan semua yang ada dikamarnya. Tidak peduli meskipun diluar kamar orang tuanya terdengar memanggil dengan khawatir. Eun ji terus berontak, semampu yang dia bisa. Dia, Eun ji, ingin menghapus segala kenangan menyedihkan itu dari dalam kepalanya. Dia ingin menghapus dan menghilangkan segala hinaan yang di terimanya di masa lalu. Eun ji ingin pergi. Pergi meninggalkan semua kepahitan dari masa lalu, dan tiba-tiba orang itu datang. Dia datang seperti pangeran berkuda putih yang tidak bersalah, mengulurkan tangannya dengan ramah pada Eun ji menawarkan persahabatan tapi menghancurkan. Eun ji tidak ingin menjalin hubungan lagi dengan orang itu. Eun ji tidak ingin terbayang akan masa alunya yang penuh dengan hinaan lagi, tapi, orang itu adalah sahabat Woohyun dan...ah...yah...Woohyun, kemana dia? Eun ji meraih ponselnya, dan mengecek apapun disana, tapi, Woohyun bahkan tak mengirimanya pesan?! Kemana Woohyun disaat Eun ji membutuhkannya seperti ini?

"Aahhh...." Eun ji kembali meraung.

~

Woohyun membuka matanya perlahan. Dia praktis tidak akan mendapati tempat yang nyaman seperti apartemennya, karena dia tahu, dia sedang berada di rumah sakit. Woohyun menelisik sekeliling ruangan dan mendapati Sungkyu yang sibuk dengan macbook dan berbagai laporan yang menumpuk.

Woohyun tersenyum kecut, bos besar Kim grup, rela menungguinya di rumah sakit, ini bahkan lebih dari sekedar kata kehormatan. Ini yang mereka sebut persaudaraan.

"Aku tidak tahu kalau ruangan presdir adalah tempat seseorang dengan kanker hati kronis di rawat" lirih Woohyun. Sungkyu mengangkat kepalanya, dan praktis menghampiri Woohyun begitu menyadari Woohyun sudah sadar dari pingsannya.

"Kau sudah sadar? Kau baik-baik saja?" Tanya Sungkyu mengambil sebuah kursi dan merapat ke tempat tidur Woohyun.

"Yyah, hyung! Kau membuatku merasa lebih buruk sekarang. Seharusnya yang berada di sisiku sekarang adalah seorang wanita cantik, yang sedang berurai air mata, bukannya seorang ahjussi dengan tampang kumal sepertimu" cerca Woohyun begitu saja, tapi Sungkyu malah tersenyum, dalam keadaan seperti ini, Sungkyu tahu, Woohyun hanya berusaha menutupi keadaannya yang sebenarnya.

"Kenapa kau terus menahannya? Berapa lama lagi ini bisa bertahan?" Sungkyu menatap Woohyun dalam, seketika senyum di wajah Woohyun memudar, dia mengalihkan pandangannya dari Sungkyu.

"Aku tidak tahu hyung, bahkan aku tidak yakin apa aku masih bisa melihat matahari besok atau tidak" Woohyun datar.

"Aku sudah susah payah mendapatkan pendonor hati itu untukmu dan kenapa kau berikan pada orang lain?" Sungkyu lagi, masih tidak bergerak dari posisinya semula.

"Dia seorang ayah dengan 3 orang anak. Dia punya sebuah keluarga yang harus di lindungi, dia punya istri yang menunggunya di rumah, jika aku menerima hati itu, aku bukan hanya akan membiarkan satu orang kehilangan nyawa didepan mataku, tapi aku mungkin akan melihat sebuah keluarga bahagia hancur dan tidak bisa berbuat apa-apa dengan hal itu, mungkin saja, akan tercipta Woohyun lain didunia ini karena hal itu hyung, aku tidak bisa...."

"Lalu Eun ji? Apa yang akan kau lakukan dengan Eun ji?" pertanyaan Sungkyu itu seketika membuat Woohyun menitikkan air mata. Sungkyu benar, lalu bagaimana dengan Eun ji? Eun ji akan sendirian? Apa dia akan kesepian? Eun ji bukanlah seseorang yang dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan seperti dirinya, Eun ji butuh waktu yang cukup lama untuk bisa menerima keberadaan seseorang di sisinya, dan jika tidak ada Woohyun di sisinya, apa Eun ji akan baik-baik saja? Memikirkan Eun ji membuat Woohyun menangis makin kencang. Ia meraung sebisanya. Berteriak dan menyalahkan diri sendiri. Kenapa semua ini harus terjadi padanya, kehilangan keluarga yang di cintainya saat masih kecil, dan sekarang, setelah dia menemukan seseorang yang sangat di cintainya, ketika hidupnya sudah terasa begitu lengkap, dia harus menderita kanker hati stadium akhir, apa hidupnya memang selalu menyedihkan seperti ini?

ParfumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang