Sekarang gue lagi di kantin sama anak-anak geng The Princess. Bukan makan si, cuma minum, itu pun yang beli Enelis doang. Kita semua numpang ngobrol di sana.
"Rin? Tadi siapa yang manggil lo?" Tanya Wendy yang mulai kepo. Dia penasaran sama Raffin yang tadi manggil gue dari kejauhan.
"Hmm, siapa ya??" Jawab gue supaya ngundang dia tambah penasaran.
"Pacar baru lo? Ih lo kalo punya pacar ngga ngajak-ngajak. Kita-kita pada jones, lo sendiri udah punya pacar," gerutu Victoria.
"Makannya jangan pada jaim, kalian itu jaimnya kebangetan. Ramah dikiiiit aja, kalian emang baik, tapi sama cowo terlalu jaim," jawab gue sok tau.
"Elah, gue tanya siapa yang tadi manggil lo? Malah jawabnnya panjang lebar ngga nyambung," ucap Wendy sambil menunjukan ekspresi kesalnnya.
"Dia temen sekelas gue, udah itu aja, ngga lebih,"
"Ohh, gue kira pacar," ucap Victoria sambil minum es jeruk milik Enelis. Dia minum tanpa bilang sama pemiliknya, Enelis-pun ngasih tatapan sinis ke arah Victoria. Oke ini bercanda, dan ketawa kita berlima pecah bikin suasana asik dan rame ditengah kantin yang cuma ada beberapa anak yang lagi duduk disana.
Gue dan yang lain cepet-cepet tutup mulut setelah tau kalo kita ketawa terlalu keras dan dapet tatapan heran dari anak-anak dan penjual yang ada di kantin. Padahal ngga lucu, jayus banget, tapi The Princess emang rada-rada. Semua hal bisa jadi bahan ketawa kalo itu emang bisa bikin kita berlima ketawa.
"Eh, nanti malem main yu.." ajak Krystal antusias.
"Kemana?" Tanya Victoria.
"Hmm, nginep dirumah gue aja gimana?" ajak gue, ya karna gue tinggal cuma sama Bi Ranti, ngga ada keluarga atau apalah itu. Jadi tiap harinya gue kesepian dan ngga ada temen buat diajak ketawa. Kalo sama Bi Ranti yang umurnya udah 46 tahun, kan paling cuma bisa diajak curhat.
"Kayanya jangan nginep deh, gue ngga bisa, kapan-kapan aja ya. Sorry banget deh rin, gue tau kok kalo lo itu kesepian di rumah," jawab Enelis dengan ekspresi bersalah sambil megang tangan gue yang lagi di atas meja. Gue senyum ramah ke Enelis.
"Oiya, gue baru inget, nanti malem gue mau shopping sama mama, dia lagi libur syuting, jadi kesempatan kita berdua untuk pergi. Sorry gue ngga bisa ikut," ucap Victora dengan nada menyesal.
"Dan gue ada les vokal," ucap Wendy.
"Oke fix, cuma ada gue sama Irene. Gue nginep rumah lo ya rin, sumpek banget di rumah tiap hari denger orang tua gue pada ribut ngga jelas," ucap Krystal yang buat hati gue kasian sama dia, tapi seneng juga dia bisa temenin gue. Kita senasib emang.
"Eh, lo berdua yang masih punya orang tua lengkap dan harmonis, syukuri tuh, kita bertiga menderita banget, ngga kaya kalian yang bisa dapet pelukan dari seorang mama dan candaan seorang papa," ucap Victoria yang tumben lagi sok bijak ke Enelis dan Wendy.
"Iya iya, gue beryujur banget ko," ucap Wendy dengan senyuman manisnya yang khas.
Akh, gue haus nih. Dan gue perlu minum. Beli minum ah.
"Gue mau beli minum dulu ya," ijin gue ke mereka berempat sambil beranjak dari kursi.
"Gue nitip dong rin.." ucap Krystal dengan manja. Gue tentunya ngga akan nolak permintaan sahabat gue.
"Gue juga ya rin, please," ucap Victoria dengan nada yang memohon sangat.
"Iya iya, gue mau beli aqua botol, kalian berdua juga?" Tanya gue memastikan. Krystal dan Victoria anggukin kepala tanda mereka setuju.
Gue berjalan menuju salah satu ruko kantin yang ukurannya keci, disana ada aqua botol yang gue mau. Cukup beberapa detik aja, gue udah sampai disana. Terlihat ibu penjual kantin yang lagi melayani pembelinya. Dan itu Raffin.
"Hai fin?" Sapa gue.
Dia nengok ke arah gue.
Datar.
Dia cuma liat gue sekilas terus pergi gitu aja. Kenapa nih anak? Balik lagi ke sifat awalnya yang jutek itu? Haduh, tuh orang ko bikin gue pusing ya.
"Mau beli apa de?" Tanya Ibu penjual kantin ke gue yang lagi setengah ngalamun.
"E... beli aqua botol tiga dong bu,"
Gue balik ke meja yang di tempatin sama sahabat-sahabat gue setelah ibu penjual kantin nyerahin tiga aqua botol dan gue bayar dengan uang pas, jadi ngga perlu ada uang kembalian.
Sebelum sampai di meja tujuan gue, ada meja yang gue lewatin dan disana ada Raffin dan temen-temennya. Bukan cuma gue yang liat dia, ternyata dia juga liat gue.
Senyum.
Dia senyum ramah ke gua.
Anjir. Sebenernya ini ada apa? Kenapa dia selalu berubah-ubah karakter?
Gue balas senyuman dia dengan senyuman gue. Lalu gue balik ke meja dimana sahabat-sahabat gue tempatin.
Tbc
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰Jangan lupa voment-nya yaa. See you part selanjutnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] We And Music
Teen FictionBaginya piano adalah temannya. Bahkan dari piano ia bertemu lelaki yang ia cintai.