Author pov
Irene berjalan berdampingan dengan Jenif layaknya seorang teman yang akrab. Keduanya menampakan wajah ramahnya masing-masing, yang sebenarnya dalam hati mereka terdapat sebuah rasa yang tidak diketahui oleh orang lain. Kebencian.
Jenif berhenti tepat didepan kamar mandi perempuan. Ia melipat kedua tangannya di depan dada. Jenif masuk ke dalam kamar mandi tersebut dan diikuti oleh Irene. Sekarang mereka berdiri berhadapan di depan sebuah kaca.
"Sekarang gue mau buat perhitungan sama lo!" ucap Jenif dengan kasar.
Kondisi Irene sedang tidak enak badan, wajahnya pucat, kepalanya pusing, serta badannya hangat. Dia demam.
"Terserah lo jen mau apa. Tapi gue kecewa sama lo, gue kira lo akan berteman baik sama gue. Tapi, cuma karna masalah cowo, lo jadi berubah sikap ke gue," suara Irene serak, akibat tenggorokannya yang sedang tidak normal, ia sedang flu.
"Ngomong apaan sih lo! Kok nyolot?" Jenif mendorong bahu Irene. Irene terdorong ke belakang, Irene tidak merespon apapun. Matanya tetap menatap mata Jenif dengan ekspresi kecewa.
"Sekarang gue harus apa? Cepetan, bentar lagi upacara dimulai," Irene masih berkata dengan nada lembutnya. Jujur, ia tidak benci dengan Jenif, hanya kecewa dengan sifatnnya yang berubah.
"Jauhin Raffin!! Atau lo ngga bakal bisa gabung sama The Princess lagi!! Gue bisa bikin keempat temen lo jadi benci sama lo!! Jadi tolong jauhin Raffin!!"
Diwaktu yang sama, ada seorang lelaki yang sedang berjalan melewati kamar mandi siswa perempuan untuk menuju ke lapangan, karena akan mengikuti upacara bendera yang rutin dilaksanakan setiap hari senin, ia tidak sengaja mendengar perkataan Jenif yang terdengar keras juga kasar.
"Terser lo jen- Huueeekkkk.." Irene mengeluarkan semua isi sarapannya dan mengotori baju Jenif dengan muntahannya.
"IRENE??" Jenif berteriak kesal sekaligus khawatir. Ia tidak suka bajunnya yang terlihat menjijikan dan juga tidak tega melihat kondisi Irene.
Irene ambruk seketika. Ia pingsan.
Seorang laki-laki yang tidak sengaja menguping pembicaraan Irene dengan Jenif langsung masuk ke dalam toilet tersebut tanpa izin. Ia terlalu panik melihat Irene pingsan. Ia segera membawa Irene ke UKS.
UKS,
Irene terbaring lemas diranjang tempat tidur UKS. Disampingnya ada Wendy, salah satu sahabatnnya di geng The Princess. Wendy menatap wajah Irene dengan penuh rasa khawatir. Ia mengetahui Irene pingsan dan sekarang berada di UKS karena kebetulan ia juga sedang berada di UKS untuk meminta obat merah, karena jarinnya terluka.
Upacara sedang berlangsung. Jenif memutuskan untuk izin pulang kerumahnya karena seragam putih abu-abunnya kotor dari atas ke bawah karena terkena muntahan Irene.
Sedangkan lelaki yang tadi menolong Irene untuk mengantar ke UKS, sekarang sedang mengikuti upacara bendera.
"Wendy?" ternyata Irene sudah sadar dari pingsannya. Ia sudah pingsan selama satu jam.
"Mau minum dulu rin?" tawar Wendy kepada Irene.
"Iya wen, gue haus banget,"
Wendy memberikan segelas minum yang ada di atas meja dekat dengan lemari yang berisi peralatan UKS, kemudian diberikannya kepada Irene.
Irene beranjak dari tidurnnya untuk duduk dan meminum segelas air putih yang diambil oleh sahabatnnya barusan.
"Gue pingsan ya? Jenif kemana?" tanya Irene setelah selesai meminum air.
"Iya rin. Kalo lo sakit, seharusnya ngga usah berangkat sekolah. Jenif pulang rin,"
"Hhh, gue udah bersikap jahat ke dia,"
"Ada apa emangnnya rin?"
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Sekarang Reffin sedang berada di rooftop bersama saudara kembarnya, Raffin. Ia hendak membicarakan sesuatu yang menurutnya sangat penting untuk dibicarakan. Raffin siap untuk mendengarkan apa yang akan diucapkan Reffin, walaupun awalnya ia bingung, kenapa Reffin tiba-tiba mengajak dirinnya untuk berbicara empat mata, padahal upacara sedang berlangsung. Reffin begitu nekat untuk meninggalkan upacara, apa lagi mengajak Raffin.
"Raff, gue langsung ke inti pembicara ya. Jadi gini, temen gue, si Pikko cerita sama gue, katanya dia liat Jenif bentak-bentak Irene. Jenif bilang ke Irene, kalo dia ngga boleh deketin lo lagi," ucap Reffin yang membuat Raffin setengah bingung. Ia mengaangap, bahwa dirinya tidak ada hubungannya dengan peristiwa tersebut.
"Trus apa hubungannya sama gue?"
"Lo itu bego atau apa si? Jenif itu suka sama lo, dan dia ngga suka sama Irene, karna Irene sering deket sama lo. Jadi, Jenif bakal kasih perhitungan kalo Irene deket sama lo," ucap Reffin.
Flashback on
Raffin dan Reffin sedang menonton tv bersama dikamar mereka. Mereka terlihat menikmati acara tv yang sedang ditonton.
"Reff?" Raffin memulai pembicaraannya.
"Hmm,"
"Gue mau kasih tau rahasia gue ke lo,"
"Apa?"
"Gue suka sama Irene. Menurut lo gimana?"
Mendengar perkataan Raffin, Reffin langsung mengalihkan pandangannya dari layar televisi ke wajah Raffin.
"Tumben lo suka sama cewe, ambil aja, gue ngga ada rasa ko sama dia," jawab Reffin kemudian kembali melihat layar tv-nya.
"Gue pegang janji lo. Kalo gue pacaran sama Irene, lo jangan musuhin gue!"
"IYA RAFFIN YANG CAKEP!"
Flashback off
"Trus gue harus gimana?"
"Fin, gue tau lo suka sama Irene, tapi gue sebagai temen Irene ngga tega liat dia diperlakukan kaya gitu sama Jenif," ucap Reffin dengan nada menekan.
"Jadi maksud lo gue harus pacaran sama Jenif supaya Irene ngga diganggu lagi? Gitu? Gue itu sukannya sama Irene reff, bukan Jenif," Raffin mulai kesal.
"Suka itu ngga harus memiliki, suka itu, kita melihat orang yang kita suka supaya bahagia, ngga peduli pengorbanan kita sebanyak apa dan seberat apa, itu baru cowo sejati!"
TBC
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰VOTE ya man teman. Comment kalo bisa hehe.. VOTEnnya wajib, kalo comment ngga wajib hihi...
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] We And Music
Teen FictionBaginya piano adalah temannya. Bahkan dari piano ia bertemu lelaki yang ia cintai.