Part 6

3.4K 234 4
                                    

Karena udah lama kumpul, kita berlima memutuskan untuk balik ke kelas masing-masing. Karena siapa tau di kelas ada informasi baru yang penting. Awalnya kita jalan menuju koridor bersama, juga menaiki tangga yang sama, tapi karena kelas gue ada di lantai dua, jadi gue cukup naik beberapa tangga, sedangkan Krystal, Wendy, Enelis dan Victoria harus menaiki beberapa tangga lagi setelah sampai di lantai dua. Karena kelas dua belas berada di lantai tiga.

Sekarang gue berjalan menyelusuri koridor lantai dua yang ternyata masih ramai dengan anak-anak. Oh, mungkin belum ada guru lagi yang masuk ke kelas.

Dari kejauhan, tepat didepam pintu kelas gue, terlihat Jenif yang lagi ngelambain tangan. Dia nyapa gue, dan gue bales dengan lambaian tangan. Saat itu juga, Raffin keluar dari kelas.

Sepuluh langkah lagi gue bakal ngelewatin dia yang juga lagi jalan. Dari sana, dia senyum ke gue, gue bales senyuman dia dengan senyuman gue.

"Hai raff? Mau kemana nih?" Tanya gue dengan nada ramah yang biasa gue lontarkan ke temen-temen saat lagi ketemu.

Sekarang kita udah saling tatap dengan jarak satu langkah. Gue berhentiin langkah untuk tanya ke Raffian sebagi basa-basi. Dia juga ngeberhentiin langkahnya untuk ngeladenin gue.

"Gue mau ke toilet rin, lo mau ikut?" Tanya Raffin sambil senyum ngeledek.

Gue? Ikut dia ke toilet? Yang ada gue malah teriak-teriak disana. Ya masa gue cewe masuk ke toilet cowo. Kan ngga lucu.

"Bisa aja loh raff. Yuk gue ikut," jawab gue disusul dengan tawa kita berdua.

"Duluan ya rin," dia ngelanjutin jalannya dan pergi ninggalin gue. Gue liat dia yang mulai menjauh. Dan saat waktu yang sama, ada anak yang keluar dari kelasnya, kelas ips enam. Dan dia jalan dengan kaki kanannya yang sedikit di seret, dengan kata lain pincang.

Dan horrornya, dia itu Raffin. Nah, ko gue liat Raffin lagi? Cowo yang gue liat barusan, dia juga pergi ke arah lantai bawah. Karna gue penasaran, gue lari ke arah mereka berdua yang lagi jalan depan belakang dengan wajah yang sama.

Gue cape lari. Dan gue berhenti untuk lari.

"RAFFIN!!" Teriak gue dari jarak lima meter di belakang Raffin jalan. Yang nengok cuma satu. Dan dia senyum ke arah gue sambil ngasih tatapan tanda tanya.

"REFFIN!!" Gue spontan ngeluarin nama itu dari mulut gue. Dan cowo yang keluar dari kelas ips enam tersebut nengok.

Dia natap gue bingung.

Astaga.

Muka mereka sama.

Nama mereka juga mirip.

Tapi kepribadian mereka beda banget.

Gue jalan deketin mereka berdua.

"Ka-kalian? K-ko mirip?" Tanya gue dengan begonya. Kenapa gue tanya pertanyaan yang ngga penting. Jelas-jelas kalo mereka berdua itu kembar.

Reffin yang gue temuin saat di ruang seni musik, dengan wataknya yang galak dan nyebelin. Sedangkan Raffin, dia temen sekelas gue di kelas sebelas mipa satu, dengan wataknya yang ramah.

"Hah? Oh iya kita kembar rin," jawab Raffin dengan ramah dan dengan senyuman andalannya yang udah sering gue liat.

"Lo bego apa gimana si? Jelas-jelas kita punya muka yang mirip pake banget, masih aja tanya," ucap Reffin dengan nada nyolotnya yang bikin gue kesel. Anjir nih anak makin nyebelin.

"Jangan kasar gitu reff. Gue pergi dulu ya rin," ucap dia dengan nada kesal ke Reffin dan dilanjut dengan ucapan ramahnya ke gue.

Gue nganggugin kepala. Gue masih cengo dan badan gue serasa beku ngga bisa bergerak.

"Ngga usah alay lo, gue tau lo kagum sama gue,"

"Idih, pede amat. Eh, btw, kaki lo masih sakit?"

"Lo liat sendiri tadi saat gue lagi jalan. Dan menurut lo?

"Raff, eh, maksud gue Reff, gue minta maaf ya. Please maafin gue. Gue bakal ngelakuin satu hal yang lo mau, asal lo maafin gue. Gue bisa obatin kaki lo ko," ucap gue dengan memohon.

"Satu hal? Dan lo bakal turutin itu?"

Ko perasaan gue ngga enak ya, jangan-jangan nih anak mau minta yang aneh-aneh ke gue. Mampus. Nyesel gue minta maaf pake cara kaya gini. Mau ralat-pun ngga bakal bisa, diliat dari sifat dia yang suka nyolot.

"Rin, gue bakal maafin lo kalo...

Tbc
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Yeyeye, Raffin sama Reffin. Mereka kembar.
Jangan lupa voment yaa.

[2] We And MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang