Hari berikutnya. Dan gue masih risau sama kejadian kemarin sore di parkiran, ada apa sama Enelis, Victoria, dan Krystal? Kenapa mereka nyuekin gue seakan gue adalah musuh terbesar mereka?
Hari ini, yang biasanya Krytsal ngechat gue lewat bbm dan bilang untuk kumpul di kantin, kali ini engga. Tumben. Dan hati gue ngga tenang.
"Rin? Kantin bareng yu,"
Jenif ngajak gue untuk pergi ke kantin. Dan sebagai teman yang baik, gue ngga akan nolak, mesti perut gue belum minta di isi, tapi apa salahnya kalo gue nemenin dia ke kantin?
"Ayo,"
Kantin,
Gue dan Jenif duduk disalah satu bangku yang kosong, dari tempat gue duduk, gue bisa liat tempat dimana The Princess biasa ngumpul alias nongkrong. Disana ada sahabat-sahabat gue dan seharusnya disana juga ada gue.
"Rin, gue mau beli makanan dulu ya, lo mau nitip?"
Pertanyaan Jenif buat mata gue ngalihin pandangan dari keempat sahabat gue ke wajah Jenif. Gue jawab dengan senyuman dan anggukan kepala.
Setelah Jenif ninggalin gue untuk pergi beli makanan, gue beranjak dari duduk dan berjalan menuju dimana sahabat-sahabat gue lagi ngobrol dan kadang ketawa.
"Hai?" sapa gue dengan senyuman andalan gue.
Wajah mereka yang semula senyum ceria, saat liat gue dateng, berubah jadi datar. Dan apa-apaan ini? Mereka semua ninggalin gue dan tanpa ada kalimat yang keluar dari bibir mereka berempat.
Tenggorokan gue tercekat, rasanya pengin banget nangis. Sebenernnya salah gue apa si? Gue duduk di bangku dimana gue sama Jenif duduk.
Kalo aja kantin ini ngga rame, pasti air mata gue langsung tumpah tanpa ada rasa malu. Tapi, mengingat disini banyak orang yang berlalu-lalang, gue ngga akan ceroboh untuk nangis.
"Hai rin?"
Pandangan gue yang semula kosong, langsung beralih menatap seseorang yang ada dihadapan gue saat ini. Reffin.
"Gimana sama kesehatan lo?"
"E- udah baikan ko, nih buktinnya gue udah bisa jalan kemana-mana," jawab gue.
"Syukur deh kalo gitu.. Rin, gu-"
"Eh, ini Raffin atau Reffin?" tiba-tiba Jenif dateng sambil bawa semangkuk bakso dan motong pembicaraan Reffin.
"Reffin. Kenalin gue kembarannya Raffin," jawab Reffin dengan nada suarannya yang datar.
Suaranya berubah drastis saat dia ngomong ke Jenif.
"Oh gitu, Rin, nih bakso buat lo, dimakan ya, jaga kesehatan lo, makan yang teratur. Jangan sampai pingsan lagi kaya kemarin. Gue tadi udah beli makanan ko, jadi ini buat lo aja. Gue traktir kali ini. Oiya, gue mau ke toilet bentar,"
"Oh iya Jen makasih.." gue senyum ke arah Jenif.
Setelah Jenif pergi, tinggal gue dan Reffin.
"Tadi lo mau ngomong apa?"
"Emmm, ngga jadi deh rin. Gue rasa ngga penting untuk kita omongin. Dan bakso ini buat gue ya, kebetulan gue laper," jawab Reffin, tangannya sambil menarik mangkuk yang ada dihadapan Irene.
"Reff? Lo itu ngga boleh makan daging," gue inget, kalo dia itu punya penyakit leukimia, jadi ngga boleh makan daging.
"Iya iya, ntar baksonnya buat lo, gue makan kuah sama mie-nya doang,"
Gue ketawa kecil liat tingkah dia yang lagi kesel. Dan mampu buat gue lupa sejenak tentang masalah gue dengan The Princess.
Makannya lahap, dia bener-bener kelaperan sampai kuahnnya diminum langsung dari mangkuknya tanpa sendok, ngga peduli itu panas atau lumayan hangat.
Hanya butuh tiga menit dia udah ngabisin mie dan kuahnnya.
"Nih rin, makan baksonnya, kayannya enak tuh," ucap Reffin, tangannya sambil menunjuk ke arah beberapa bakso yang berada di dalam mangkuk.
"Iya reff,"
"Rin? Kayannya gue mau ngomong hal yang tadi gue pengin omongin. Lo ada apa? Sampai bikin status di bbm ngga jelas kaya gitu?"
Status bbm? Ngga jelas? Bahkan dari kemarin gue ngga buka hape, selain saat lagi selfie bareng Jenif.
"Emang gue bikin status gimana?"
"Lo lupa atau apa? Masa nulis sendiri lupa sendiri, padahal baru kemaren loh,"
"Apaan si?" ucap gue yang terdengar memaksa. Karena gue ngga ngerasa bikin status di bbm kemarin.
"Nih liat sendir," Reffin menyodorkan Iphone-nya ke gue. Dan di layar itu, gue bisa baca status dengan nama pemilik yaitu gue.
'Untuk The Princess, gue bosen banget sama kalian. Rewel, bawel, banyak omong, banyak tingkah, alay, lebay, dll. Gue harap gue ngga ketularan sama sifat aneh kalian berempat. Dan tolong inget kata-kata gue ini, GUE BUKAN LAGI THE PRINCESS!!"
Air mata gue jatuh tanpa izin. Dengan cepat gue langsung ngusap air mata ini, semoga Reffin ngga liat gue nangis.
Jadi ini faktor mereka berempat nyuekin gue? Bahkan gue ngga nulis kalimat bodoh itu. Siapa yang ngebajak bbm gue?
Jenif.
Entah. Cuma nama itu yang terlintas di otak gue. Terbukti saat kemarin dia pinjem hape gue.
"Rin, gue ke toilet dulu ya, tiba-tiba perut gue ngga enak gini. Perasaan dari kemarin gue ngga makan pedes, bakso yang gue makan barusan juga ngga pedes,"
"Oke Reff,"
Reffin lari menuju toilet. Dan yang tersisa hanya gue disini. Sendiri. Sendirian tanpa ada siapapun yang jadi teman lawan bicara. Jenif yang dari tadi izin ke toilet, ternyata ngga balik-balik.
Rencana dia berhasil. Berhasil buat gue dibenci sama sahabat-sahabat gue di The Princess, dan barusan Jenif ngasih bakso yang di dalemnya entah ada apa sampai-sampai bikin orang pengin buang air seketika.
Kuah bakso yang seharusnya gue minum, malah masuk ke dalam perut Reffin, alhasil dia yang kena rencana licik Jenif.
Dia masih Jenif yang sekarang. Licik. Dia belum berubah seperti Jenif yang dulu gue kenal.
Dan sekarang gue harus berbuat apa untuk ngembaliin kepercayaan gue terhadap The Princess?
TBC
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰VOTE yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] We And Music
Teen FictionBaginya piano adalah temannya. Bahkan dari piano ia bertemu lelaki yang ia cintai.