III - Pertemanan

64.3K 1.8K 39
                                    

Kupandangi gadis pekerja tempat pijat itu dengan intens. Kini dia sedang duduk kaku di sofa panjang yang berada di ruang tamu.

Kepalanya selalu menunduk. Sejak kami datang di rumahku, gadis polos itu sama sekali tak bicara satu patah katapun.

"Jadi siapa namamu nona?"

Dia tersentak mendengar pertanyaanku lalu menengok kearahku, matanya yang bewarna biru langit itu kini bertatapan tepat dengan mata coklat pekatku.

I like her eyes.

"Na..namaku Stella Haruno," ucapnya ragu dan gugup.

Entah apa yang dipikirkannya, ekspresinya sungguh terlihat jelas bahwa dia sedang ketakutan.

Jelas saja, aku orang asing baginya, kami juga baru sekali dua kali bertemu di tempat pijat itu, dan akibat insiden kekacauan beberapa jam yang lalu, membuatnya semakin cemas akan siapa diriku sebenarnya.

Mungkin baginya aku orang jahat?

Entahlah. Namun, bukankah tadi aku membantunya terlepas dari pria tua mesum itu?

Kupandangi wajahnya yang cantik itu dengan teliti. "Kamu bukan asli orang Jepang?" tanyaku penasaran.

Dia mengangguk lalu berkata. "Aku berdarah campuran. Ayahku dari Australia sedangkan Ibuku memang asli dari Jepang."

Aku mengangguk mengerti, terjawab sudah kenapa saat pertama kali bertemu dengan gadis ini, paras dan tubuhnya itu bukan seperti orang Jepang asli kebanyakan.

Darah campuran? Jadi dia sama sepertiku?

"Lalu apa yang membuatmu bekerja di tempat aneh itu? Kuperhatikan juga kamu karyawan baru disana. Seharusnya tempat seperti itu sangat tidak baik untukmu," tanyaku lagi menyelidik.

Dia semakin gusar dengan pertanyaanku. Kimono putih yang ia kenakan sedikit berantakan dan basah akibat keringatnya sendiri. Karena itu, samar-samar aku dapat melihat bra-nya yang bewarna merah mencolok di sana.

Dengan susah payah, kutahan kedua mataku agar tidak mengarah pada dadanya.

Shit! Disaat seperti ini aku malah terangsang.

"A.. anu.. aku bekerja disana karena terpaksa. Ayahku menjualku pada pak Mashimoto, pemilik tempat panti pijat tersebut," jelasnya lirih lalu kepalanya menunduk lagi.

Penjelasannya barusan membuatku bingung.

"Kamu di jual oleh ayahmu sendiri?" tanyaku tak percaya. Yang semula pandanganku pada kedua dadanya yang menggoda, kini, aku kembali menatap paras cantiknya. Dia melirikku dan mengangguk ragu lagi.

Kini keningku berkerut, mataku menyipit sempurna.

Bagaimana bisa, ayah kandungnya sendiri menjual anaknya? Itu tidak mungkin!

Apa dia sedang berbohong dan ingin membodohiku? apa dia type wanita yang gila dengan harta? tapi dari gelagat tubuhnya, aku tau kalau dia bukan type wanita pelacur yang gila dengan uang dan kekuasaan.

Biasanya aku selalu benar jika menebak seorang wanita, namun apakah kali ini tebakanku benar?

Aku mencebik kasar. "Kenapa kamu bisa dijual oleh ayahmu sendiri? Jangan kira aku bodoh dengan jawaban tak masuk akalmu itu, nona," ucapku datar namun menatapnya begitu tajam.

Dia sedikit tersinggung dengan ucapanku, kedua matanya yang semula takut itu kini mulai berani.

"Maaf.. Ini urusan keluarga. Tidak baik jika aku membuka aib keluargaku sendiri kepada orang asing sepertimu," jawabnya sengit yang berhasil membuatku terkejut.

Marriage Season (Dirty!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang