Suara tangisan beroktaf tinggi menggelegar memenuhi ruangan asing ini. Sudah berulang kali aku menelan ludahku sendiri karena melihat tubuh baru tersebut.
Lihat saja bayi kecil tak berdaya itu.
Tubuhnya begitu mungil, sedangkan kulitnya masih sangat sensitif. Rambutnya bewarna hitam kecoklatan dan tak begitu lebat. Bayi itu memiliki iris mata yang begitu indah, yaitu bewarna biru langit. Sama seperti ibunya, Stella.
Ya Tuhan.. dia sangat mirip denganku. Bayi laki-laki ini sangat tampan!
Salah satu seorang perawat memberikan bayi mungil itu ke dalam dekapan Stella. Stella terlihat bahagia melihat malaikat kecilnya yang selama ini bersembunyi di dalam perutnya, kini sudah lahir ke dunia.
Beberapa tetesan keringat masih membekas di wajah cantiknya. Stella tak kuasa menahan air mata kebahagiaan-nya karena kelahiran anak pertama kami.
Dan disinilah aku berada. Di salah satu ruangan bersalin rumah sakit ternama, Seoul. Dimana beberapa jam lalu, Stella telah berjuang melahirkan anak kami.
Sebetulnya aku sudah lama kembali ke Tokyo karena pekerjaan yang menumpuk bersama The Titans disana. Jadi, setiap 2 minggu sekali aku bolak balik dari Jepang ke Korea Selatan. Memang cukup melelahkan karena menguras tenaga, akan tetapi karena rasa semangat untuk bertemu pujaan hati serta calon anakku di dalam rahimnya, tantu saja itu tak membuatku berhenti tegar.
Aku ingin melihat senyum kebahagiaan di bibir wanita yang aku cintai.
Setiap kali kami berpisah, aku akan selalu berkomunikasi dengan Stella. Entah itu saling mengirim email ataupun dengan cara menelfon. Dan terakhir, aku mendengar suara Lee Jung yang menghubungiku menggunakan ponsel milik Stella. Dia mengatakan bahwa Stella mengeluarkan tanda-tanda akan segera melahirkan. Mendengar berita tersebut, tentu saja aku langsung terbang ke sini dengan penerbangan nomor utama.
Semua rasa kegelisahan dan rasa bersalah saat Stella berusaha melahirkan nyawa anak kami berdua membuatku kini dapat membuka mata. Aku tidak menyangka bahwa saat seorang wanita sedang melakukan proses persalinan, mereka rela menukar hidup matinya demi melahirkan anaknya tersebut. Aku sangat bersyukur Stella telah berhasil melahirkan malaikat kecil yang tampan ini, dan kini aku juga sangat menghormati kaum wanita. Tidak ada lagi Ken Candellar yang suka merusak kaum hawa.
"Kamu yakin ingin memberinya nama itu?" tanyaku lirih disamping tempat ranjang Stella. Dia melirikku sekilas lalu tersenyum kecil kearah bayi kami.
"Tentu saja. Bagaimanapun juga kamu tetap ayah kandungnya," jawabnya sembari menyentilkan hidung bayi itu dengan gemas. Melihat Stella tersenyum lebar seperti itu membuatku juga turut tersenyum bahagia. Aku bangkit dari tempat dudukku lalu menyentuh ujung kepala Stella. Dia menoleh padaku dan aku memanfaatkannya untuk mencium keningnya dengan lembut.
"Terima kasih karena kamu sudah melahirkan Ken junior," ucapku lembut setelah mencium keningnya. Dia sedikit terkejut, namun raut wajah herannya berubah menjadi senyuman manis dan gembira kearahku. Semakin membuatku ingin menghujami wajahnya dengan banyak kecupan.
Tiba-tiba terdengar suara pintu masuk berdecit. Aku dan juga Stella menengok kearah sana, dan ternyata seorang pria masuk berjalan bersama dengan seseorang disampingnya. Pria itu masih mengenakan seragam kebanggaan-nya, sedangkan sang wanita hanya mengenakan pakaian biasa dengan rambut yang ia ikat secara asal pula.
Tidak salah lagi, pria itu adalah Lee Jung, tentara yang selalu menemani Stella ketika aku tidak bersama dengannya. Pria itu menghampiri kami sembari tersenyum kecil. Aku hanya diam saja, sedangkan Stella menanggapinya dengan senyuman lebar. Kenapa pria sialan ini ada disini? merusak pemandangan saja!
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Season (Dirty!!)
ChickLit( DANGER 18++ ) "Baca kontraknya dengan teliti!" Aku mulai membaca tulisan yang ada pada kertas ini. 'No.7 Sex kapan saja dimana saja jika dibutuhkan.' Keningku berkerut dalam. "Apa maksud dalam tulisan ini? Dan apa itu sex?" tanyaku polos Dia mengg...