~Ken Candellar
Sudah berhari-hari kujalani hidupku bersama Stella di dalam rumahku. Awalnya, memang terasa aneh ketika rumah yang biasanya aku huni selalu nampak sunyi, kini ada gadis kecil asing yang mondar-mandir disini. Namun, pada akhirnya aku mulai terbiasa juga dengan kehadirannya.
Kulakukan aktivitasku seperti biasa, sedangkan Stella menjalankan tugasnya di rumahku dengan sangat baik. Setiap pagi, ia selalu membuatkanku sarapan dan makan malam untukku, walau sering kali aku tidak pulang ke rumah dan menemaninya untuk makan, akan tetapi dia sama sekali tak protes, dan mampu menjaga rumahku dengan baik.
Hari demi hari, Stella juga sudah terbiasa dengan sifat playboy-ku. Dia tak pernah bertanya siapapun wanita yang setiap malamnya aku bawa pulang ke rumah hanya untuk bercinta. Walau sering juga aku mendapati ekspresinya selalu kesal ketika salah satu wanita pelacurku bertindak kasar padanya, serta sering kali menganggu waktu tidurnya karena dapat mendengar kegiatan sex kami tepat di sebelah kamarnya. Dia menghargai kehidupan privasiku, dan akupun juga balik begitu padanya.
Sejak kehadiran Stella di rumahku, ada sesuatu hal yang sangat aku tak sukai darinya.
Gadis itu sama sekali tak memikirkan tekanan otak dan batinku!
Sebagai pria normal yang memiliki libido tinggi, dia selalu menyiksa junior-ku di bawah sana!
Saat aku berada di rumah, aku pernah melihatnya hanya mengenakan hotpans, memperlihatkan betapa jenjang kaki putih dan mulusnya. Ia juga sering memakai kaos longgar yang samar-samar aku yakini ia tak memakai bra di dalamnya. Sekali atau dua kali, aku dapat melihat titik puncak payudaranya yang tercetak jelas di balik kaosnya, seakan menantangku untuk kupilin.
Apa cara seperti itu dia berpakaian saat berada di rumahnya dulu?
Bukan hanya tubuhnya saja yang menyiksa batinku. Bibirnya yang mungil dan sedikit kering itu seakan menggodaku untuk segera mencumbunya, membasahi bibir tersebut agar bewarna merah merekah. Rambut sebahunya yang selalu ia ikat asal-asalan juga ikut menyiksaku, rasanya ingin kulepas ikatan rambutnya yang terlihat seperti benang ruwet, lalu menarik rambutnya ke belakang dengan kasar dan berakhir menghirup aroma kulit lehernya. Meninggalkan hadiah berupa bercak-bercak merah menggoda disana.
Dan yang paling membuatku tersiksa adalah aku pernah memergokinya berenang di kolam renang belakang rumahku dengan mengenakan bikini saja. Busana ketat sialan tersebut membentuk tubuh gadis remaja itu dengan sangat sexy. Stella justru terlihat seperti wanita model iklan pakaian renang ternama.
Bukankah itu sangat menyiksa?
Kedua mataku yang selalu disuguhi pemandangan surga seperti itu membuatku ingin langsung memasangnya.
Karena itulah aku jarang berada di rumah. Aku tak ingin melihat tubuh Stella yang pada akhirnya mengganggu kedamaian junior-ku.
Mungkin ini bisa dikatakan lucu bahkan tidak masuk akal. Semenjak kehadiran Stella juga, julukanku yang terkenal sebagai gentleman di atas ranjang menjadi runtuh seketika. Bukan karena aku sudah tidak hebat lagi dalam hal bercinta, hanya saja aku sudah tidak terlalu berminat pada wanita lain. Itu terbukti ketika aku sedang berhubungan badan dengan para pelacurku, aku hanya akan berakhir dengan permainan jari saja. Aku juga sempat memasukkan seperempat junior-ku di dalam liang surgawi wanita pasanganku pada malam hari itu, namun ujung-ujungnya juga kulepas secara kasar karena mendadak merasa jijik. Entah kenapa, saat hendak melalukan hubungan intim tersebut, otakku ini selalu terbayang-bayang wajah dan tubuh menggoda milik Stella.
Shit! Walaupun batang kokohku sudah berdiri keras, tegak dan berkedut-kedut sakit luar biasa, namun ia selalu menolak masuk ke dalam lubang milik wanita lain selain milik Stella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Season (Dirty!!)
ChickLit( DANGER 18++ ) "Baca kontraknya dengan teliti!" Aku mulai membaca tulisan yang ada pada kertas ini. 'No.7 Sex kapan saja dimana saja jika dibutuhkan.' Keningku berkerut dalam. "Apa maksud dalam tulisan ini? Dan apa itu sex?" tanyaku polos Dia mengg...