~Stella Haruno
Sebuah altar berkarpet putih bertebar bunga melati menyambutku dengan indahnya. Perasaan senang sekaligus dengan gugup kini bersarang menjadi satu di dalam tubuhku.
Halaman belakang rumah paman Ken yang sebelumnya biasa-biasa saja namun sangat luas ini, kini disulap menjadi pesta pernikahan yang sederhana namun begitu indah dan cantik.
Perlahan namun pasti, aku berjalan terus menuju ke depan. Hanya ada beberapa beberapa orang yang hadir disini. Di depan sana, ada sosok pria yang sangat aku cintai. Dia sama sepertiku, terlihat sedikit gugup. Namun ia tak dapat menutupi bahwa ia juga tersenyum bangga untuk menyambutku. Ya, dialah tempat bersandar terakhirku, paman Ken.
Oh.. seharusnya aku perlu menghilangkan kata 'Paman' pada calon suamiku sendiri.
Sebenarnya ini juga bukan pesta pernikahan pertama bagiku. Kami sudah pernah melakukan ini sebelumnya. Lebih megah dan lebih meriah dibandingkan dengan yang ini. Namun tetap saja, waktu itu pesta pernikahan kami hanya berdasarkan kertas kontrak saja. Dan kali ini, pernikahan kami tercipta karena adanya cinta yang nyata.
Bukankah itu semua lebih sempurna?
Hari ini aku mengenakan gaun putih yang sangat anggun namun masih terlihat sexy. Bagian dadanya membentuk heart berpotongan rendah, sehingga membentuk kedua payudaraku dengan sempurna. Ada tudung tipis yang dilekatkan pada sanggulan rambutku. Tak luput juga ada sebuah rangkaian bunga kugenggam dengan erat di kedua tanganku.
Kata orang-orang, aku terlihat lebih cantik hari ini dibandingkan mengenakan gaun pernikahanku yang dahulu.
Semakin aku berjalan mendekat kearah sang mempelai pria, semakin pula rasa gugupku menjadi besar.
Ya Tuhan.. lihat paman Ken yang berdiri disana.
Ia sangat terlihat tampan dan begitu gagah dengan balutan jas serba putih yang ia kenakan. Terlebih lagi senyumnya yang tak pernah pudar itu menjadi sumber napasku di dunia.
Semua para tamu disini kini menatap kami berdua dengan raut wajah yang begitu bahagia.
Aku kini sudah berada di depan paman Ken dan seorang pendeta cukup tua yang berdiri di belakangnya. Dia lagi-lagi tersenyum hangat dan mengulurkan tangan padaku, akupun membalas senyumannya serta membalas uluran tangannya tersebut.
Sekarang, aku sudah berdiri tepat disamping paman Ken dan di depan pendeta itu.
Tiba saatnya peneguhan pernikahan kami lakukan. Paman Ken melakukannya dengan lancar dan tegas. Sorotan kedua matanya begitu serius. Semakin membuatku tak bisa menolak untuk menikah lagi dengannya.
Selesai dengan jawaban sang mempelai pria, kini pendeta berbalik bertanya padaku. Akupun menjawab dan berjanji pada Tuhan, bahwa kali ini, aku tidak akan pernah meninggalkan paman Ken dalam keadaan apapun. Mencintai dan menjaganya seumur hidupku dengan tulus. Dan aku juga berjanji bahwa aku akan membangun rumah tanggaku ini dipenuhi dengan kebahagiaan dan kemakmuran.
Kini saatnya kami bertukar cincin. Cincin emas berukir tanggal pernikahan kami ini menjadi simbol rasa kasih kami yang tidak akan pernah berakhir dan mudah luntur.
Acara tukar cincin selesai. Pendeta itu lalu mengucapkan pemberkatan, lalu mengucapkan sesuatu setelahnya. "Dengan demikian, dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Saya mengesahkan kalian berdua kini resmi menjadi suami istri di hadapan Tuhan."
Senyum merekah langsung bernaung di bibir kami berdua. Suara tepukan meriah, dan deru haru memenuhi halaman ini. Bahkan Mrs. Yun berteriak senang saat berakhirnya pesta acara ini. Sedangkan kedua orang tua mertuaku juga ikut terharu melihat pernikahan kedua kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Season (Dirty!!)
ChickLit( DANGER 18++ ) "Baca kontraknya dengan teliti!" Aku mulai membaca tulisan yang ada pada kertas ini. 'No.7 Sex kapan saja dimana saja jika dibutuhkan.' Keningku berkerut dalam. "Apa maksud dalam tulisan ini? Dan apa itu sex?" tanyaku polos Dia mengg...