II - Kekacauan

80.5K 1.8K 29
                                    

Sejak saat itu aku terus memikirkan gadis di tempat pijat itu.

Aneh? ya memang terasa sangat aneh.

Otakku serasa dipenuhi oleh wajah dan tubuh mungil gadis polos tanpa nama itu.

Shit! gara-gara gadis tersebut juga, setiap kali bercinta dengan wanita manapun jadi tidak memuaskan. Junior-ku di bawah sana seakan menuntut hanya ingin dipuaskan oleh gadis itu.

Damn! Ini membuatku gila.

Aku sekarang berada di ruangan latihan band The Titans, yang tidak salah lagi di rumah kedua Honda Takumi, leader band The Titans. Bagi para anggota band, rumah ini sangat penting, karena dari sinilah kami dapat berlatih dan membuat ide-ide cemerlang untuk lagu-lagu kami. Bisa dikatakan, rumah ini adalah ruang studio utama band kami.

Sang pemilik rumah sedang berlibur, lebih tepatnya sedang honeymoon bersama sang isteri. Jadi aku, Daichi dan Souta boleh datang ke tempat ini kapanpun juga. Asalkan tidak mencuri barang di dalamnya atau membuat ruangan ini menjadi hancur tentunya.

Rumah ini sangat luas. Tempat ini terdiri dari tujuh ruangan, ada satu ruangan studio untuk kami latihan band yang berlapis kedap suara. Empat ruang kamar tidur di lantai dua yang sengaja di gunakan khusus untuk para anggota, satu untuk ruangan dapur, dan satu lagi untuk ruangan penghargaan band kami yang berasal dari beberapa manca negara. Walau tak sebesar dibanding rumahku sendiri, tapi rumah ini bisa dikatakan lebih dari layak.

Jujur saja, Honda itu termasuk daftar musisi paling kaya di Tokyo. Terlebih lagi dia adik dari Usui Takumi, keluarga bermarga Fujiwara yang sangat kaya raya di dunia. Namun jangan salah sangka padanya, Honda membeli semuanya dengan hasil jerih payahnya sendiri, bukan berasal dari warisan papa kandungnya yang layaknya seperti penguasa uang itu.

Sudah dua hari aku berada disini.

Aku sama sekali tidak pulang ke rumah. Aku lebih memilih tidur disini dan berlatih dengan drum-ku.

Kumainkan benda musik favoritku dengan asal. Entah apa yang sedang kulakukan sekarang. Namun tiba-tiba aku jadi tidak bersemangat untuk melakukan apapun. Walau hanya sekedar iseng menabuh drum, keringat susah meluncur membasahi kaos polos bewarna putihku.

Disela-sela bermain drum juga, aku masih sempat untuk merokok.

Kulanjutkan kegiatanku tersebut, namun secara tidak terduga seseorang masuk ke dalam ruangan latihan ini tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Kualihkan pandanganku yang semula dari drum lalu ke pintu yang perlahan terbuka, penasaran dengan siapa yang datang kemari.

Pintu itu semakin terbuka lebar dan memperlihatkan orang yang menjulang tinggi dibaliknya. Dan ternyata pria tersebut adalah salah satu sahabatku.

Ia memakai sweater bewarna biru dongker beserta celana jeans panjang bewarna hitam. Sebuah kacamata minus, tergantung pada hidungnya yang mancung. Sepatu kulit bewarna hitam menjadi pelengkapnya. Dibalik punggungnya ia sedang membawa gitar kesayangannya. Kami berdua kini saling bertatapan, ia sempat terkejut melihatku berada disini, namun ekspresinya berubah menjadi sebuah senyuman ramah padaku.

Tidak salah lagi itu Daichi.

"Apa yang kamu lakukan disini, Ken?" tanyanya sembari menutup pintu tersebut, kemudian dia berjalan mendekatiku.

"Bukankah ini hari cuti?"

Daichi melepas gitarnya dan meletakanya tepat di sebelah drum-ku.

Kuletakkan kedua stick drum bewarna hitam khusus milikku, lalu menghisap kembali batang rokok penenangku, menyembulkan asapnya yang perlahan keluar dari mulut dan sedikit keluar dari hidungku. Batang yang hanya tersisa setengah itu langsung kumatikan di asbak tepat berada di atas speaker besar di samping drum-ku.

Marriage Season (Dirty!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang