~Ken Candellar
Aku menghela napas entah sudah keberapa kalinya. Kulirik jam arlogiku untuk memastikan sudah jam berapa sekarang. Aku menggeram kesal. Kenapa bisa-bisanya dia telat sekarang! ini sudah lebih dari setengah jam di luar janji kami berdua kemarin.
Suasana di cafe ini cukup tenang seperti hari-hari biasa. Aku sekarang duduk di paling ujung ruangan cafe langganan kami berdua dulu. Biasanya saat pertemuan seperti ini aku selalu datang terlambat tapi karena masalah sialan itu, aku harus datang tepat waktu. Dan dasar wanita ular brengsek! kini malah gantian dia yang molor dibandingkan dengan aku.
Sebelumnya aku sudah menghubungi Aoi, wanita ular itu secara diam-diam tanpa sepengetahuan Stella. Cukup sulit memang menghubungi jalang satu itu. Segala panggilan telfonku selalu dialihkan. Tapi bukan Ken Candellar jika aku mudah menyerah begitu saja. Kuhubungi nomor managernya, dan meminta Aoi untuk bertemu secara empat mata di tempat cafe langganan kami berdua dulu. Managernya berkata, ia akan menyampaikan pesanku ini pada Aoi.
Tapi entah kenapa firasatku mengatakan hal buruk akan terjadi hari ini. Biasanya Aoi tak pernah sedetikpun terlambat jika ia akan bertemu denganku. Tapi kenapa ia terlambat sekarang? apa benar managernya sudah menyampaikan pertemuanku padanya?
Kumakan ice cream rasa vanilla yang aku pesan sebelumnya. Biasanya menu utama minumanku adalah kopi. Namun sama seperti sebelumnya, aku sudah pernah bahwa lidahku sekarang terasa berbeda. Aku lebih suka makan makanan yang serba manis. Memang bukan sesuai type-ku seharusnya, tapi percuma saja jika menolak. Mulutku mati rasa jika harus memakan segala menu favorite-ku yang dulu.
Kulahap dengan cepat ice cream itu hingga tak tersisa lagi. Setelah puas memakannya, kudorong menjauh gelas ice cream tersebut. Kuangat salah satu lenganku keatas untuk memanggil salah satu pelayan disini. Mengerti dengan aba-abaku, dengan sigap salah satu pelayan lelaki yang cukup muda berkulit gelap itu menghampiriku dengan gaya khas membawa nampan kayu bewarna coklat.
"Ya.. tuan?" tanya pelayan itu ketika tepat berada dihadapanku. Kuletakkan posisi kacamata hitamku dengan sempurna di antara hidung mancungku. Seperti biasa, untuk menyamar aku selalu mengenakan kacamata hitam, mantel tebal dan sebuah topi untuk menutupi wajahku.
"Saya pesan ice cream vanilla lagi," ucapku datar. Senyuman pelayan itu sedikit memudar, keningnya menyerngit. Dari ekspresi wajahnya, aku tahu jelas bahwa lelaki ini heran karena tingkahku. Bagaimana ia tidak heran, jika sekarang aku memesan kembali makanan kesukaan sahabatku Souta, si pria manja itu. Sudah berapa kali aku makan ice cream? Aku sudah menghabiskan empat gelas ice cream. Dan sekarang aku memesan satu lagi yang artinya akan menjadi lima gelas.
Pelayan itu mengangguk dengan sopan lalu berjalan menuju dapur untuk memenuhi pesananku. Dengan malas, kusandarkan punggungku kebelakang kursi. Pikiranku kini melayang pada saat aku dan Stella berada di rumah sakit. Jelas-jelas pada saat itu aku yang sekarang ini sedang tidak sehat. Tapi kenapa dokter tua itu mengatakan bahwa aku tidak sakit. Bukankah itu aneh?
Lalu setelah aku kembali dari toilet dan menuju ke ruangan dokter Da Hye, Stella mendadak menghilang dari sana. Dokter tua itu hanya mengatakan bahwa Stella sudah keluar sedari tadi. Ia memberikan resep obat hanya untuk mual-mualku saja. Sudah kucari sosok Stella dimana-mana, tapi ia sama sekali tak bisa ditemukan di rumah sakit ini. Kenapa ia menghilang begitu saja?
Setelah berjam-jam aku tak menemukannya. Akhirnya aku pulang sendiri dengan wajah yang penuh kekhawatiran dan kekesalan yang memuncak. Tapi aku terkejut ketika sudah berada di dalam rumah.
Wanita itu ada disana. Stella sedang duduk di sofa panjang dengan kedua kakinya yang ia tekuk, ia melingkarkan kedua tangannya ke kakinya. Dagunya ia topang di atas lututnya. Di posisi itu, ia seperti orang yang sedang ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Season (Dirty!!)
ChickLit( DANGER 18++ ) "Baca kontraknya dengan teliti!" Aku mulai membaca tulisan yang ada pada kertas ini. 'No.7 Sex kapan saja dimana saja jika dibutuhkan.' Keningku berkerut dalam. "Apa maksud dalam tulisan ini? Dan apa itu sex?" tanyaku polos Dia mengg...