~Ken Candellar
"Not good! terlalu hambar!" bentakku sembari melempar sendok begitu saja ke atas meja makan. Stella memincingkan matanya tak suka kepadaku. Hari ini, ia mengenakan celemek bewarna putih yang terlilit di sekitar perutnya. Rambutnya ia ikat dengan asal, sedangkan dahinya sudah penuh dengan keringat. Entah kenapa melihatnya berpenampilan seperti itu, dia terlihat sangat sexy.
"Apa lagi yang salah paman Ken? aku sudah menambahkan garam sesuai dengan permintaanmu tadi," protesnya, lalu menyilangkan kedua tangannya dibawah dadanya. Kini gantian aku yang menatap tajam padanya. "Rasanya berbeda! ini sama sekali tidak seperti masakan mommy!" balasku kasar. Stella semakin melototiku.
Aku tahu sebetulnya masakan Stella itu lezat, namun entah kenapa hari-hari ini lidahku terasa sangat aneh. Semua masakan yang dibuatkan olehnya selalu membuatku kesal, karena rasanya begitu hambar di mulutku. Hari ini aku sedang ingin makanan sup buatan mommy dan aku meminta bantuan Stella untuk membuatkannya. Saat mommy tinggal disini beberapa hari yang lalu, beliau mengajarkan Stella untuk membuat sup khas dari tanah kelahirannya.
Namun hasil akhirnya benar-benar membuatku kecewa.
Sup buatan Stella benar-benar terasa kacau!
"Jangan mengeluh! aku sudah membuatnya empat kali paman Ken. Kenapa kamu tidak makan saja langsung? lagipula, semua racikan bumbu yang aku masukkan sama persis dengan buatan mommy. Lidahmu saja yang bermasalah!" hardiknya begitu kesal. Salah satu alisku terangkat mendengar protesnya. Benar juga apa yang dikatakan Stella barusan. Kenapa dengan lidahku akhir-akhir ini?
Sudah beberapa hari ini aku kehilangan selera untuk makan. Bahkan sekarang ini aku lebih sering mengantuk, yang pada akhirnya membuatku betah untuk tidur seharian.
Sejak kapan aku seperti ini?
Jika dipikir ulang, sepertinya gejala ini di mulai saat pesta pernikahan Yue Ying. Aku dapat mengingat dengan jelas, bahwa saat itu aku sedang marah besar kepada Stella, dan aku ingin menghukumnya karena dia membiarkan seorang pria kecuali diriku menyentuh tubuhnya.
Namun di luar dugaanku. Saat aku ingin berhubungan sex dengannya, justru tubuhku yang bereaksi aneh. Waktu itu tiba-tiba perutku bergejolak hebat. Menyentuh tubuh Stella seketika membuatku jijik, dan secara otomatis akhirnya kuhindari Stella. Namun rasa jijik itu kian membesar, membuat perutku mual-mual tak ada hentinya. Sejak saat itu juga aku selalu menghindari Stella.
Hari yang lalu aku sempat mendekati Stella dan ingin melakukan hubungan intim lagi dengannya, tapi ternyata rasa jijik itu datang kembali dan membuat mual-mualku kambuh.
Pada akhirnya aku menyerah.
Aku lebih memilih menjauhi Stella dibandingkan harus merasakan mual sialan seperti waktu itu lagi. Bahkan saat kami berdua tidur, aku lebih memilih tidur di atas sofa daripada harus seranjang dengannya. Aku tahu semua itu sama sekali tak masuk akal. Selama ini aku selalu menginginkan Stella. Sedetik saja jauh darinya sudah membuatku gila.
Tapi kenapa sekarang terasa begitu berbeda?
Akhir-akhir ini juga aku sangat sensitive. Mood-ku sering berubah-ubah menjadi tak karuan, bahkan aku lebih sering terlihat uring-uringan persis seperti orang pengidap narkotika. Apa aku sedang sedang sakit? Aku tak pernah seperti ini sebelumnya.
Karena sifat sensitive-ku itulah yang membuatku kini lebih pilih-pilih dalam hal makanan. Tidak hanya berhenti disitu saja, hal terkonyol yang pernah aku alami adalah ketika aku ingin memakan ice cream vanilla, minuman favorite Souta. Aku tahu itu sangat abnormal, tapi semakin aku menolak rasa ingin tersebut, semakin kuat pula aku lebih menginginkannya. Dan pada akhirnya aku membeli ice cream tersebut di tempat langganan Souta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Season (Dirty!!)
ChickLit( DANGER 18++ ) "Baca kontraknya dengan teliti!" Aku mulai membaca tulisan yang ada pada kertas ini. 'No.7 Sex kapan saja dimana saja jika dibutuhkan.' Keningku berkerut dalam. "Apa maksud dalam tulisan ini? Dan apa itu sex?" tanyaku polos Dia mengg...