~Stella Haruno
Sudah kurang lebih dua hari ini aku berada disini. Menatap tubuh kokoh yang terbaring lemah di atas ranjang asing berwarna putih. Selang infus menembus pada salah satu kulit tangannya, sedangkan alat bantu berupa pernapasan ada pada hidungnya. Di ruangan yang serba putih ini, aku hanya bisa mendengar alat monitor jantung berdetak dengan tenang. Kugenggam begitu erat telapak tangan orang tersebut. Tidak salah lagi orang itu adalah paman Ken.
Kami sekarang berada di salah satu ruangan VIP rumah sakit terbesar di Tokyo. Rumah sakit yang sebelumnya pernah aku kunjungi untuk mengikuti program kandungan.
Peristiwa saat malam dua hari yang lalu membuatku sangat shock. Tubuhku gemetar hebat, pikiranku kacau seperti mati rasa karena melihat paman Ken pingsan bersimbah darah dipangkuanku. Aku tak mampu bergerak, seakan-akan tenagaku hilang seluruhnya. Pada saat itu aku hanya bisa menangis kencang.
Kenapa harus paman Ken?
Kenapa ayah begitu tega pada orang yang selalu aku sayangi?
Pertama Ibuku, dan sekarang paman Ken. Kenapa ayah tak bisa merelakan aku hidup bahagia walau hanya sebentar saja?
Aku, Mrs. Yun, serta para anggota band The Titans yang lain selalu bergantian untuk menemani paman Ken disini. Dari penjelasan dokter, beliau mengatakan bahwa luka paman Ken termasuk kategori cukup fatal. Kepala adalah satu organ manusia yang sangat penting untung kelangsungan hidup, sedangkan organ tersebut justru kini terluka akibat benturan benda keras yang membuat lukanya cukup mematikan.
Namun, kata dokter juga, seharusnya paman Ken sudah siuman dari kemarin. Tapi kenapa sampai sekarang ia belum sadar juga?
Semua orang disini, termasuk para fans dari paman Ken juga ikut sedih karena berita mengenaskan ini.
Ini semua salahku!
Andai saja aku tidak bertemu dengannya, tidak mau menerima pernikahan kontrak ini, dan yang pasti tidak mencintai paman Ken. Maka semua ini tidak akan pernah terjadi. Paman Ken pasti sekarang dalam keadaan baik-baik saja.
Kenapa orang baik seperti paman Ken harus menderita karena aku??
Tuhan.. tolong selamatkan paman Ken!
Bahkan jika harus bertukar nyawa dengannya, aku rela memberikan apapun untuk dia. Sedari dulu, aku sudah tak pantas untuk hidup di dunia. Tidak ada satupun orang disini yang menginginkanku. Sedangkan paman Ken, ia seperti matahari yang selalu memberikan cahaya ketenangan di dunia, walaupun terkadang cahaya itu terlalu panas dan menyilaukan seperti pesona dan keburukannya, akan tetapi, tanpa matahari dunia akan terasa kelam.
Sekarang ini, hanya paman Ken seorang yang sangat aku sayangi. Aku tak rela bila melihat ia tergeletak lemah di kasur ini terus menerus.
"Kenapa kamu lama sekali membuka matamu paman Ken? Aku sangat merindukanmu. Kumohon sadarlah," bisikku sembari menatap tubuh kaku paman Ken di atas ranjang. Dan tanpa aku duga sebelumnya, sebuah kristal bening berhasil lolos begitu saja dari sudut kedua mataku.
Aku tidak ingin terlihat lemah dihadapannya. Namun percuma saja, melihat pria yang begitu aku cintai segenap hatiku terbaring lemah, membuatku mau tak mau merasakan sakit yang luar biasa.
"Apa kamu sudah makan? sepertinya kamu harus makan dulu Stella." Suara seseorang yang berada disebelahku seketika membuatku terkejut. Aku beralih menatap orang tersebut. Sebuah kacamata yang menempel erat di hidung lancipnya mengingatkanku akan pangeran es yang begitu kutu buku. Tidak salah lagi dia adalah Daichi.
Hari ini, aku sedang berjaga bersama dengan dirinya. Tadi apa dia bilang? Makan? Ahh.. entahlah sudah dua hari ini juga aku tidak berselera untuk makan. Aku hanya makan satu kali sehari, itupun harus dipaksa oleh Mrs.Yun terlebih dahulu. Bagaimana bisa aku makan begitu lahap jika orang yang terluka karena diriku sedang terbaring koma dan tidak makan sama sekali. Memikirkan itu semua lagi-lagi membuatku ingin menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Season (Dirty!!)
Chick-Lit( DANGER 18++ ) "Baca kontraknya dengan teliti!" Aku mulai membaca tulisan yang ada pada kertas ini. 'No.7 Sex kapan saja dimana saja jika dibutuhkan.' Keningku berkerut dalam. "Apa maksud dalam tulisan ini? Dan apa itu sex?" tanyaku polos Dia mengg...