~Stella Haruno
Hidup bahagia? Jelas itu jauh dari kehidupanku. Berasal dari kalangan orang menengah kebawah itu benar-benar menyakitkan.
Tempat tinggal rumah kami sangat kecil, kumuh dan tak layak huni. Kebutuhan makan yang setiap harinya juga susah, jangankan untuk makan lauk yang enak-enak, membeli beras saja sudah kuwalahan.
Pendidikkan sekolah yang serba kekurangan dana, aku harus belajar dengan giat agar mendapatkan beasiswa disana. Orang tua yang setiap hari bertengkar dan hanya bisa membuatku menangis. Kemudian kehilangan seorang Ibu yang sangat aku sayangi, dan seorang ayah brengsek yang suka menghambur-hamburkan uang serta memiliki hutang dimana-mana. Pada akhirnya ayah kandungku sendiri menjual diriku sebagai tebusan hutangnya yang banyak pada seorang yakuza.
Bisikan dari para tetangga yang selalu mencemoh keluargaku, dan tidak ketinggalan juga dengan teman-teman satu sekolahku yang menilaiku sebagai gadis kumal dan miskin. Orang-orang asing yang selalu menatapku dengan pandangan belas kasihan, bahkan tatapan merendahkan sudah biasa bagiku. Aku tidak peduli dengan mereka, mereka juga tidak pernah peduli kepadaku maupun hidupku. Aku cukup tau diri, jika keluargaku yang buruk membuat mereka menjauh.
Apakah itu semua layak disebut dengan sebuah kehidupan bahagia? Tentu saja tidak! Cerita bahagia itu hanya ada di dalam cerita dongeng saja.
Dimana peribahasa yang mengatakan 'Habis Gelap Terbitlah Terang' itu? Semua hanya bullshit! Aku sama sekali tidak percaya dengan kata-kata itu.
"Gelasmu sudah penuh," kata-kata serak dingin seseorang membuatku tersadar dari lamunan.
Kulihat gelas kecil di atas meja dapur yang sudah terisi penuh dengan air putih yang aku tuang, bahkan airnya tumpah sampai kemana-mana. Sontak aku terkejut dan seketika berhenti melakukan kegiatan tersebut, lalu meletakkan teko itu keatas meja. Aku melirik pada sumber suara khas itu berasal. Kedua matanya menatap mataku yang bewarna biru langit ini dengan lekat. Ditatap dari jarak sedekat ini, seketika membuatku menjadi kikuk. Entahlah, menurutku tatapannya terlalu berlebihan.
"Kamu membasahi lantai," ucapnya datar sambil melirik keramik lantai yang sedikit basah. Kulihat arah pandangan matanya kebawah, lalu tertunduk malu karna perbuatan konyolku barusan.
"Maaf. Aku akan membersihkannya," ucapku lirih sambil mencari-cari sebuah kain lap.
Dia mengambil gelasku yang penuh oleh air itu, lalu tanpa seizinku, dia langsung meminumnya dengan cepat. Kuhentikan aktivatasku sejenak dan memperhatikan kegiatanya dalam diam-diam.
Aku bisa melihat jangkun yang ada pada lehernya, bergerak naik turun akibat meneguk air itu. Air yang ia minum sedikit keluar dari bibirnya dan mengalir membasahi dagu dan lehernha. Dengan susah payah aku menelan ludahku sendiri, dadaku seketika bergemuruh dengan cepat ketika melihat pemandangan menggoda di depanku ini. Kualihkan pandanganku yang semula darinya kearah lain, lebih tepatnya menatap meja dapur.
"Kamu melamun. Apa yang sedang kau pikirkan?" tanyanya kemudian, setelah meneguk habis air itu, kemudian menyeka air yang keluar.
Aku kembali menoleh kearahnya, kupandangi rupa pemilik suara ini tanpa menjawab pertanyaannya barusan.
Kuperhatikan wajahnya dengan teliti. Pria ini memiliki alis yang begitu tebal. Kedua matanya begitu indah dan tajam. Hidungnya mancung serta memiliki rahang dan garis-garis wajah yang terlihat kuat. Bibirnya sedikit tebal, dan di sekitar dagunya terdapat rambut-rambut halus. Namun, justru disitulah yang membuatnya semakin seksi.
Jujur saja, pria ini adalah lelaki tertampan yang pernah aku temui sepanjang hidupku. Bahkan teman lelaki semasa sekolahku dulu tidak ada yang setampan dia. Jika aku seorang juri di pemilihan mister universe, maka akan aku memberikan dia nilai 97 mulai dari angka 0 sampai 100.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Season (Dirty!!)
ChickLit( DANGER 18++ ) "Baca kontraknya dengan teliti!" Aku mulai membaca tulisan yang ada pada kertas ini. 'No.7 Sex kapan saja dimana saja jika dibutuhkan.' Keningku berkerut dalam. "Apa maksud dalam tulisan ini? Dan apa itu sex?" tanyaku polos Dia mengg...