Khm.... bagi pembacaku yang budiman yang baru mulai coba-coba baca ceritaku ini, jangan heran ya jika beberapa part awal ini pendek hohoho. solanya rencana mau bikin HC ini berbeda dari cerita-carita lain dan dengan jumlah part yang banyak 50an ke ataslah. Tapi pas nulis-nulis kok aneh bangat ya dikit bangat tulisannya. Jadi deh ane bwanyakin di part kebelakangnya. :D
INGAT! ini cerita pertama saya di Watty, mohon di maklumi kalau kurang memuaskan. Hahaha
Mohon di mengerti keongolanku inihh yah..hoho. tapi nanti mau ta revisi kok untuk banyakain part awal yg cuil-cuil.
Oke selamat membaca...
###
"Apa? Menikah?"
"kamu sudah gila?" teriak Denis frustasi
"kamu kira aku juga mau menikah dengan mu? Ha?" teriak Sekar mebalas
"lebih baik aku benar-benar gila!" tambahnya membara sambil menatap Denis penuh amarah."kamu? Aarrgghh... keluar dari ruanganku sekarang juga sebelum aku-" Denis berhenti sebentar menahan kedongkolannya yang sudah sampai ke ubun-ubun "keluar Sekar!!!" Lanjutnya lantang.
"dengan senang hati Bapak Denis Firmansyah" Sekar melangkah keluar dari ruangan Denis. mukanya sudah sangat merah, hampir saja pertahanannya runtuh. menangis diruangan Denis? Tidak! Sekar tidak boleh menangis, terlebih itu Denis. tidak! dia tidak boleh terlihat lemah didepannya, karena Sekar sangat membencinya.
Ternyata, usaha menghapus yang berhubungan dengan Denis selama ini, yang Sekar lakukan tak cukup untuk menyeretnya kembali pada lelaki itu. Doa dan ikhtiar mencari pria baik untuk membimbing ke arah cahaya sia-sia. Ibarat setumpuk abu di telapak tangan hilang saat angin datang meniupnya.
Sebuntu inikah kehidupan? Milyaran manusia, jutaan kamu Adam di negeri ini kenapa harus Si Bejat itu yang melanglang masuk dalam kehidupan Sekar.
Astaga, apa untungnya dia memperbaiki diri dengan iming-iming 'wanita baik-baik akan mendapatkan lelaki yang baik-baik pula'.
Ingin sekali mulut sekar menengadah ke atas berintrupsi pada Sang Pengatur Kehidupan. Gatal sekali lidahnya ingin merutuki Nasib sialnya saat ini.
Untung saja satu kalimat itu masih bisa tertancap cantik di benaknya, jika tidak mungkin bibir halusnya ini sudah bergerak mengutuk sana-sini."Jangan pernah berprasangka buruk pada Allah, Sekar"
***
Denis melempar semua barang yang ada dimeja kerjanya, dia benar-benar frustasi. Kenapa? Kenapa ya Allah? Kenapa harus dia. Berjuta tanya membombardir fikiran kalutnya. Memutar kembali moment yang sudah di kubur dalam-dalam, tak membiarkan siapapun menyentuh apalagi mengorek kembali. Perjalannannya sudah hampir setengah melewati masa-masa sulit. banyak yang sudah dia korbankan, Mulai teman-teman hingga kesenangan-kesenangan yang sebenarnya yah... Sangat dia sesali.
Yup Denis memang ingin berubah dan sedang dalam tahap itu. Melangkah sedikit demi sedikit, mengabaikan ejekan ketus teman-temannya "sok suci lu" atau "tobat nih? Palingan balik lagi" atau yang sedikit menyayat "lu yakin tobat den? Muka lu itu udah tampang pendosa" dan segala tetek-bengek picratan mulut para pembual, ah awalnya Denis ingin memusnahkan orang-orang yang tak punya tenggang rasa dalam menggunakan lidah mereka itu, tapi dia sadar dua tangannya tak mungkin bisa membekap satu persatu mulut orang, lebih baik digunakan untuk menutup kedua telingannya saja Itu lebih efektif.
Soal hijrah ke jalan lebih baik, Denis bahkan rela di tinggalkan oleh teman-teman dulunya secara perlahan-lahan. Dan, Hei bukannya 'seseorang dilihat dari siapa temannya'. Jadi kenapa Denis harus khawatir dengan mereka. Bisa saja setelah itu dia mendapatkan teman-teman yang lebih baik, dan dia sudah membuktikannya.
Akh... Masala lalu, Main wanita sampai tidur dengan mereka Denis lakukan hampir di setiap waktu kosongnya, menikmati sehasta demi sehasta kenikmatan 'tubuh', menjadikan para wanita penjual 'tubuh' itu pemuas nafsu bejat dirinya. minuman wine yang sudah seperti air mineral. Bahkan hampir saja Denis terjerambat pada lumpur hitam narkoba jika tak cepat sesuatu yang biasa di sebut orang 'Hidayah' itu datang menyapa gersang dan kering kelontong hati si lelaki miskin cahaya hati itu.
Sekarang, setelah setitik cahaya menembus semak hitam dosa itu, Denis mulai merubah haluan hidup, mencari lebih banyak cahaya-cahaya lainnya. Menetukan arah yang pantas untuk tubuh dan jiwa pinjaman dari Tuhan itu. Mulai mencicipi kembali jalan yang benar. Mulai menyeleksi apapun itu, harus yang tertera lebel 'halal'. Sulit? Pasti. Tapi itulah bayaran yang pantas dia dapatkan. Pun, tidak sedikit kolega bisnis yang batal kerja sama hanya karena aturan Denis dalam berbisnis sedikit berbeda jalur dengan apa yang sedang ia pelajari saat ini 'jauhi yang haram jika ingin tenang' moto yang di tanam dalam-dalam disetiap langkahnya.
Dan sekarang, kenapa harus Sekar? Sumber segala kehancurannya dulu. Penyebab Denis mengabaikan semua aturan Tuhan dulu. Menentang segala kehendak-Nya. Saat Denis mulai meniti kembali jalan yang seharusnya, kenapa wanita itu hadir kembali dalam hidupnya. Apa Tuhan tidak cukup puas dengan pengorbannannya selama ini?
Denis tertunduk lemas di kursi kerjanya. Otaknya seperti kembali memutar film, menampilakan semua yang terdapat pada wanita itu. Bagaimana wanita itu membuatnya jatuh cinta, senyum tirus berpadu lesung pipit yang dulu mampu membuat Denis berhenti bernafas beberapa detik demi menatap kombinasi kecantikan luar biasa yang di hasilakan dari satu senyum saja. Tingkah lakunya, tatapan tajamnya, aarrgg... hingga sampai pada titik penghianatannya.
"Sial!" Pukulnya pada meja kerjanya.
Perjodohan? Astaga kegiatan apa itu. Denis memang ingin menikah, terlebih umurnya pun sudah matang untuk membina mahligah rumah tangga, tapi dia sudah punya calon sendiri. Lupakan soal perjodohan itu, fikiran Denis hanya fokus pada satu wanita berjilbab anggun itu. dia ingin segera melamarnya. Menjadikannya pendamping hidup. menjadi imam yang sepatutnya, membuatnya terpesona hingga di Syurga kelak wanita itu akan tetap memilih dirinya menjadi suaminya pula. Bukankah wanita penghuni Syurga kelak berhak menentukan siapa saja untuk menjadi suamianya, nah aku ingin menjadi pilihannya itu. dia terlalu sempurna untuk di sia-siakan.
Dan sekarang? Oh Tidak! Jangan Sekar Tuhan, jangan wanita jalang itu."Karena aku sangat membencinya" rutuk Denis dengan rahang yang mengeras.
Cerita ini tentang dua anak manusia (ciyyahh udah kayak cerita kolosal) yang membungkus rasa cinta dengan perasaan benci. Meletakannya di dasar hati paling bawah lalu menumpuknya dengan perasaan saling membenci yang mereka ciptakan sendiri. Sedikit demi sediki, hingga rasa yang mulia itu pudar dan menghitam. Jangankan saling menyebut nama, terbesit untuk sekedar mengenang sesuatu yang mungkin indah di masal lalu, tak pernah. melupakan sampai men'delete' dari benak masing-masing.
Ah... Tapi mereka lupa satu hal. Takdir, yah Takdir Sang Pemilik Takdir. Dia, Allah Azzawajalla Sudah mengatur segala sesuatunya dengan cara-Nya sendiri. Mereka sama-sama menginginkan mendapatkan cinta yang Suci, tapi hei, bukannya sesuatu yang suci harus di bersihkan dulu.
Maka dengan itu, takdir mempertemukan mereka kembali. Cara Tuhan Menyucikan diri mereka dari dosa, dan menyucikan cinta yang kotor untuk kembali Suci.
Entah di masa yang akan datang mereka bisa bersatu atau tidak, itu ada di tangan-Nya.Selamat membaca :)
maaf ya jika ada typo :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta
Spiritual"apa? Menikah?" "kamu sudah gila?" teriak Denis frustasi "kamu kira aku juga mau menikah dengan mu? Ha?" "lebih baik aku benar-benar gila" balas sekar membara # Menerima mu kembali adalah aib bagi ku. Tapi melepas mu, seperti melepas separuh jiwaku...