Sisa Kepingan Masa Lalu (1)

156K 6.1K 114
                                    

Di part ini sepertinya aku butuh banyak saran dan kritikan deh.
Apalagi soal sudut pandang, maafkan sayahhh jika kalian bingung. :D

----------------
"Denis" panggil sekar saat mereka sedang duduk di sofa merah menikmati acara TV.

"Hm" jawab denis singkat, dia sedang fokus menatap wanita berlipstik merah sedang mempresentasikan berita cuaca hari ini.

"Kita jadikan makan malam sama yori dan harista?"

"Ya jadi dong sekar" denis tetap fokus pada kotak elektronik di depan mereka tidak memperdulikan ekspresi serius sekar di sampingnya.

"Tapi makanannya siapa yang pesen?"

Denis menoleh menaikan alis kanannya menatap sang istri

"Bagusnya siapa?"

"Aku" jawab sekar polos.

Denis mengagguk-ngangguk tersenyum sambil menjulurkan jempol kanannya pada sekar

"Pintar"

***

Denis menutup benda bersegi empat yang di sebut leptop itu. Dia barus saja mengecek pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia serta membandingkannya dengan saham di wall street Amerika Serikat. Pergerakan saham di sana sangat cepat. Dalam hitungan menit kurvanya sudah bisa berubah. Sebagai salah seorang yang bertanggung jawab atas perusahaan keluarga sekar dia harus jeli dalam segala hal, terutama masalah saham, obligasi dan teman-temannya.

Denis melongokan kepala mengahadap jendela kaca kamarnya. Hari mulai gelap sebentar lagi akan magrib.

Di dapur, sekar sedang sibuk mempersiapkan jamuan makan untuk tamu spesial mereka malam nanti, harista dan yori. Makan malam ini menjadi spesial pasalnya ini adalah pertemuan kembali denis dan yori sejak sekian lama yori minggat ke amerika. Makanannya pun sangat spesial yaitu capcay goreng, cumi bakar, telur balado goreng, kepiting lada hitam dan ada bebrapa lagi, yah walaupun makanannya hasil masakan koki-koki profesional dari restorant.
Sekar  melihat jam dinding, jarum jam sudah menuju ke arah waktu datangnya magrib, denis mungkin telah selesai bersiap-siap untuk sholat magrib.pikir sekar

Sekar berjalan dari dapur naik menuju kamarnya, dia juga harus bersiap-siap untuk sholat, hari ini mungkin dia tidak akan ikut denis untuk sholat di mesjid, seperti biasa semenjak hubungan mereka mulai membaik. hari ini di rumah saja, toh untuk wanita lebih baik di rumah.

Sekar sedikit tercekak melihat denis sudah duduk manis di atas tempat tidurnya sembari mengembangkan senyum manis menatap sekar

"Sholat yuk"

"He?"

"Kok he, ayo sholat sekar" denis bersua sambil berjalan menuju sekar

"Aku, aku nggk bisa ke mesjid. Aku sholat di sini saja " sekar juga bingung kenapa akhir-akhir suaranya sangat menyebalkan. tingkat kenormalnya minus, sering kali gagap jika berhadapan dengan denis.

"Yasudah aku kemesjid yah " jawab denis sembari mengelus rambut sekar
Kemudian berlalu

***

Setelah melaksanakan sholat isya di mesjid komplek denis lalu bersalaman dengan bapak-bapak di mesjid, jama'ah hari ini berjumlah 20 orang, sedikit sekali di bandingkan jumlah rumah di kompleks ini yang mencapai ratusan rumah. Cukup miris umat islam saat ini.

Denis dan 2 orang lelaki seumuran denganya yang juga tetangga selang beberap rumahnya jalan pulang bersama. Mereka mendiskusiakan banyak hal termasuk adanya isu kenaikan tarif  keamanan kompelks serta akan ada  pelebaran selokan termasuk di depan rumah denis. Beberapa menit kemudian salah satu dari mereka tiba di rumahnya, mereka saling berjabat tangan dan mengucapkan salam perpisahan, denis dan seorang lagi terus melangkah lagi kemudian si lelaki satu lagi mendapati rumahnya lalu mereka melakukan adegan seperti tadi dan berpisah. Denis adalah orang terakhir dari mereka karena posisi rumah denis memang paling ujung.

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang