Sekar

152K 6K 119
                                    

Aku mencintai mu tanpa alasan apapun. Tidak ada kalimat tanya dalam barisan kata merdu. Sangat teramat yakin jika aku mencintaimu. Percayalah...

****

Baru aku sadari mencintai itu ternyata semelelahkan ini. Tolong sampaikan pada orang-orang yang terus bersua jika cinta itu memberi kekuatan. Kalian keliru, cinta tidak hanya selalu menjadi penguat tapi bisa juga menjadi penghancur. Dan itu terjadi pada diriku.

Cinta terlalu banyak mengandung rasa. Rasa yang tidak terkecap sekaligus, namun terurai dari waktu ke waktu. Kadang suka, kadang marah, kadang benci, kadang gudah, kadang merana, dan kadang-kadang lainnya silih berganti mengisi lembaran-lembaran kisah cinta.

Aku mencintai sekar, sangat. dan rasa cinta teramat dalam itu membuatku ingin pergi meninggalkannya, memberi kesempatan untuk yang bernama 'kebahagian' hadir menyapa hidupnya.

Terlalu sering rasa sakit aku tancapkan dalam relungnya. terlalu banyak air matanya terbuang untuk diriku.
Itu semua terlalu menyiksaku. Jika aku memang mencintainya harusnya tidak menyakitinya kan?

Kedatangan dina dengan membawa seorang anak yang tidak berdosa menjadi pukulan telak bagiku.
Akhirnya ku putusakan untuk meninggalkan sekar. Tapi hal itu membuatku terkungkung dalam nestapaku sendiri. sangat teramat tidak rela untuk pergi meninggalkannya. Tapi, bukankah terlalu egois jika aku bahagia berada di sampingnya namun ia terus tersakiti?. Tidak! aku harus bisa. Sekar sudah terlalu sering mengenyam rasa sakit.

Pada awal kejadian pertengkaran kami. Aku sungguh tidak bermaksud mendiaminya. tapi aku merasa bahkan kata yang ingin ku ucapkan bisa membuat sekar terluka. Dan aku tidak rela akan itu. Itulah sebabnya aku menghidarinya sampai sekarang ini.

Aku tidak pernah kembali kerumah semenjak kejadian malam itu. Aku teramat rapuh untuk mengingat kejadian itu.

akhirnya ku putuskan untuk tinggal di kantor, dan syukurlah karena Mas Avian lagi dalam perjalanan bisnis ke luar negri selama satu bulan jadi tak harus susah payah menjelaskan mengapa sampai aku tinggal di kantor.

Namun hari-hari yang ku lewati tidak sesuai dengan harapan.
Aku sangat merindukan sekar. Rindu yang membuatku begitu tersiksa.
Susah payah ku tenggelamkan diriku dalam lembaran-lembaran kertas. tapi nihil, wajah sekar selalu saja muncul, di setiap sudut mataku memandang selalu ada dia di sana, seperti menggantung di bulu mataku. Wajah senyumnya, kesalnya, marahnya, jahilnya, ngambeknya dan lain-lain.

argh......!!!

ingin sekali saat ini aku berlari kembali kerumah, memeluknya dan tidak akan ku lepas kembali.

Hape ku mengeluarkan bunyi. Ku lirik nama di situ, dina. Sedikit kecewa karena jujur yang ku harapkan nama yang tertera di situ adalah nama sekar, istriku.

"Hallo"

"Aku di depan pintu ruanganmu. Boleh aku masuk?"

"mendobaraknya pun terserah kamu"

Klik! pintuk ku terbuka, dina muncul dengan menggandeng aryan.
ini sudah kesekian kali aku bertemu dengan mereka.

"Aku ada acara arisan hari ini, aryan akan ku tinggalkan di sini" ucapnya ketus

"Sesuai kesepakan kita. Aryan akan menjadi tanggunganku, jadi itu sudah tanggung jawabku" balasku lebih ketus lagi.

"Aryan sini nak sama papa" panggilku pada arya. Anak kecil itu lalu menghampiriku dengan sangat polos.

Dina langsung pergi setelah aryan sudah ada di pangkuan ku.

"Aryan sudah makan?"

Anak kecil di pangkuan ku menggeleng

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang