jika MeRindu titiplah rindu itu pada doa, Sehingga ketika Beribu rindu menghujan maka akan ada beribu doa terucap***
Sekar
Satu minggu berlalu kabut menyelimuti kota ini, hujan lebat terus mengguyur tanpa ampun, tak ada jeda sedikitpun. beberapa sudut kota sudah terendam banjir banyak penduduk yang telah mengungsi, mencari tempat perlindungan."Ajeng, nih minum obat dulu" harista membuyarkan fokusku pada TV keluarga yang tengah memberitakan kondisi kota yang terendam banjir.
Aku meraih segelas air putih dan beberapa butir obat dari uluran telapak harista. Ku telan cepat tablet-tablet itu membiarkannya melebur dalam setiap aliran darah, semoga bisa mengobati juga luka yang teramat menusuk ini.
"Lu yakin tidak mau memberitahu keluarga besar?" harista bersua lagi
Aku menggeleng.
Masalah rumah tanggaku tak boleh keluar dari rumahku ini sebelum bisa ku selesaikan sendiri.
Harista menatapku, dia mendesah seperti terlalu pelik mengenyam pikirannya.
"Tapi ajeng, sudah satu minggu ini penyakit lu kambuh lagi. Dan gue khawatir akan bertambah parah. Lu sudah lebih dari lima kali kambuh. Kasiahani sedikitlah tubuh lu itu,ck" ketusnya dengan dahi berkerut
Aku memang dari dulu mengalami penyakit psikologi yaitu
Gangguan psikosomatis atau penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh, di mana pikiran memengaruhi tubuh hingga penyakit muncul atau diperparah. Dengan kata lain, istilah gangguan psikosomatis digunakan untuk menyatakan penyakit fisik yang diduga disebabkan atau diperparah oleh faktor mental. Sedangkan dalam istilah psikologi, psikosomatis atau penyakit "fungsional" merupakan kondisi yang menyebabkan rasa sakit dan masalah pada fungsi tubuh walaupun tidak tampak kelainan pada pemeriksaan X-ray atau tes darah.
Aku biasa merasakan sakit di kepalaku yang tak bisa ku gambarkan rasa sakitnya. Penyebabnya karena aku pernah mengidap kanker di kepala. Sebenarnya aku sudah sembuh total tapi tubuhku yang sendiri merespon atau memberi gambaran jika aku masih sakit. Sehingga rasa sakit itu terasa begitu nyata.
Entahlah, akhir-akhir ini sakit ini sudah sering muncul padalah sudah sangat lama semenjak di jerman aku sudah tidak mengalaminya lagi. Kata dokter mungkin karena kondisi mentalku sedang tidak stabil."Lu harus bisa kuat ajeng, lu bakalan mati jika terus-terusan begini"
"gue nggk ppa ris" ku tekan suaraku mencoba meyakinkannya. Aku memang tidak apa-apa. Yang apa-apa itu penyakitnya, siapa suruh dia muncul lagi. Iyah kan?
"Kalo gitu, lu mau ya ngomong sama yori, yah yah" mohon harista dengan wajah setengah memelas
Sudah tiga hari ini dia membujuk ku agar mau bicara dengan yori. Memang, sejak kejadian itu yori sudah datang beberapa kali ingin bertemu denganku, katanya ada hal penting yang ingin dia sampaikan. tapi aku menolak, aku belum bisa membahas masalah pelik ini dulu. Aku butuh ketenangan.
Tapi, harista tidak pernah menyerah dengan kata 'tidak' 'anggk ah!' Atau 'malas' dari bibir ku. segala bujukan dia tempuh agar bisa mendapat satu anggukan dari ku. Entah apa yang mau di sampaikan sama si kampret yori itu sampai harista mati-matian begini membujuk ku.
"Ajeng mau dong... sumpah! Ini buat kebaikan lu" bujuknya lagi sambil menggoyang-goyangkan lengan ku.
Ku tatap wajah sok polosnya.
'Dasar' batinku"Ck, Baiklah" yah... demi kebaikan ku biar tidak di todong terus oleh harista.
Mendengar jawaban ku harista langsung berdiri berlari kegirangan ke arah pintu, aku menatapnya penuh tanya, apa yang tengah dia lakukan? Bukannya menanggapi jawabanku malah pergi, aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta
Spiritual"apa? Menikah?" "kamu sudah gila?" teriak Denis frustasi "kamu kira aku juga mau menikah dengan mu? Ha?" "lebih baik aku benar-benar gila" balas sekar membara # Menerima mu kembali adalah aib bagi ku. Tapi melepas mu, seperti melepas separuh jiwaku...