Denis pov
Tubuhku terhempas percuma di atas sofa merah yang sengaja ku letakan khusus di ruang keluarga.
Memulai hari yang baru dengan orang yang baru ah ralat orang lama tapi terasa baru dalam hidup ku.Wanita itu dan bunda masih bercengkrama di ruang tamu. Membicarakan banyak hal yang menurut ku terlalu berlebihan, ataukah memang seperti itu perangai wanita? Terlalu sensitif dengan hal-hal kecil di sekitarnya.
Aku meraba saku celana ku, ada yang bergetar di sana. 5 panggilan tak terjawab dari kantor dan 1 sms dari atasan ku.
Tangan kanan memijat-mijat bagian pelipis yang terasa lelah.
Aku lupa beberapa jam lalu rasyid rekan kerja ku mengabari tentang perkembangan rupiah sedang dalam posisi tidak stabil. Hal ini akan sangat membahayakan kestabilan di perusahaan kami, terutama dalam bidang keuangan yang merupakan jantung perusahaan.Hembusan nafas berat keluar begitu saja dari kedua bibir ku. Posisi ku dalam perusahaan sangat di pertaruhkan dalam bulan ini jika tak ku tangani masalah ini dengan baik. Portofolio? Mungkin ini jalan yang harus ku fikirkan ulang.
Mimpiku baru saja akan berpetualang gagal dengan siluet wanita itu berjalan melewati ku naik ke lantai 2. Ku buka mataku dengan berat hanya mau memastikan jika dia benar-benar wanita itu. Banyak masalah yang sudah cukup menguras tenagaku dalam 1 bulan terakhir ini jadi aku tak mau menambah masalah baru seperti muncul pencuri di rumah ini.
Aku menepis jauh-jauh pikiran aneh itu setelah memastikan betul kalau itu benar-benar dia. Lalu kembali memulai mimpi ku.
Hp pintar ku mengaung membela kesunyian malam. Dengan kantuk ku lirik layarnya, terpampang nama yang sangat ku kenal.
Sial! Apa yang mau di bicarakan seperdua malam seperti ini.
Dengan cepat ku geser tombol hijau di layar hp ku.
Aku bersumpah akan membirukan mukanya jika dia ada di depan ku saat ini."Gue harap lu lagi sekarat yor" semburku setengah sadar saat menepelkan hp di telinga kiri.
" nyantai bro. Gue cuman mau ngasi slamat doang" aku yakin yori sedang terbahak di sana
"Yah nggk harus tengah malam gini etang, kecuali-"
"Kecuali apa?" ku dengar suara tawa tertahan yori bertanya
"Kecuali besok lu beneran mati"
"Kampret lu"
"Udah gue mau tidur" putus ku langsung tanpa memperduliakan suara protes di sebrang sana.
Sahabat ku yang satu itu, kapan dia akan dewasa. Gerutku dalam hati.Aku menggeser sembarang layar hp tak sengaja ujung jari menyentuh salah satu menu bertulisan 'Galeri' serta merta salah satu foto muncul ke depan layar. Aku menatap nanar gambar itu. Denggusan kecil lolos begitu saja tanpa permisi.
Pikiranku sekelebat kembali kepada peristiwa-peristiwa dalam kurung waktu 1 bulan ini.
++++++
Aku tidak bergurau saat mengatakan akan memajukan hari resepsi kami. Aku benar-benar melakukannya dan entah terkontaminasi kemurahan hati dari mana orang-orang di keluarga ini yang notabene jika sudah ada keputusan di ambil maka tidak ada apa-pun bisa merubahnya kecuali ada pertimbangan khusus. Ah, atau aku termasuk ke dalam daftar pertimbangan khusus mungkin. Tak ada bantahan, ibarat skripsi langsung ACC . sebaliknya mereka malah mencandai ku alih-alih tak sabaran tinggal berdua dengan wanita itu. membuatku sekali lagi menyesali perbuatan tergesa-gesa yang selalu merugikan itu.
Resepsi kami di majukan 1 hari, persiapan sudah sangat matang dari jauh-jauh hari oleh 2 keluarga sehingga mau di majukan 1 jam lebih cepatpun di jamin beres
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta
Spiritual"apa? Menikah?" "kamu sudah gila?" teriak Denis frustasi "kamu kira aku juga mau menikah dengan mu? Ha?" "lebih baik aku benar-benar gila" balas sekar membara # Menerima mu kembali adalah aib bagi ku. Tapi melepas mu, seperti melepas separuh jiwaku...