"Kakak bilang ke Kak Angga kalau kemaren Kakak nganterin aku pulang?" Tanyaku akhirnya dan Kak Yoga terdiam.
"Iya, saya bilangin Angga. Kenapa? Angga ngomong ke kamu?"
Aku terkejut.
"Kenapa Kakak bilang ke Kak Angga? Lalu... Kak Shafina..." Aku tidak bisa melanjutkan kata-kataku seakan-akan kata-kataku tersangkut di kerongkongan.
"Kenapa Shafina? Dia udah nolak gue." Kak Yoga mulai bicara gue-lo.
"Syifa, kelihatannya gue suka sama elo."
Hah?! Barusan kak Yoga bicara apa??!!
Aku terdiam 2000 bahasa.
"Gak perlu dijawab sekarang. Gue mau nemuin Angga sama Rifky." Kak Yoga melewatiku yang masih mematung dan pergi.
Sumpah! Aku baru kenal Kak Yoga beberapa hari dan dia bilang suka?!
Aku tidak sadar kalau ada orang yang menyaksikan kejadian barusan.
Dia adalah Agi.
***
Di kelas, aku langsung duduk dan menenggelamkan wajahku di lenganku.
"Kenapa, Syif? Baru juga dateng udah begitu." Diyah mulai bersuara.
"Aku ditembak kak Yoga."
Diyah terdiam 3000 bahasa.
"Syif, bohong jangan segitunya dong."
"Buat apa aku bohong sih..." Kataku lemas.
"Jadi kamu serius ya?" Kelihatannya Diyah mulai percaya dan aku diam."Syif, sebenernya aku mau kaget. Tapi entah kenapa gak bisa."
"Nggak kaget juga gak apa-apa kok."
"HEH?! SYIFA DITEMBAK KAK YOGA?!"
Karena kaget, aku langsung bangun.
"Maura!!!" Marahku sambil menutup mulut Maura dan seisi kelas melihatku."Syif, lu ditembak Kak Yoga?!" Teman sekelasku yang sudah datang langsung heboh.
"Eh, bukan. Bukan begitu." Aku berusaha mengelak. Karena tidak tahan, aku segera kabur keluar kelas.
Dasar Maura kurang ajar!
Sekarang aku sedang berdiri di lorong melihat anak-anak yang sedang bermain futsal.
Di sana kulihat Riski yang sedang main futsal. Ternyata dia anak futsal. Aku sekarang tahu dia kelas 11 karena jam segini anak kelas 11 biasanya latihan.
Kenapa Kak Yoga tiba-tiba bilang begitu? Padahal aku siswi baru di sini. Lalu bagaimana perasaan Kak Yoga pada Kak Shafina?
Pikiranku berkecamuk.
Aku pun menoleh ke arah kanan dan kulihat Agi berdiri di sana dan masih memakai tasnya. Kenapa dia di sini? Agi pun mendekat dan berhenti di belakangku.
"Lu jadian sama kak Yoga?"
Aku terdiam. Agi bicara tidak pakai aku-kau lagi? Apa dia marah?
"Aku..." Aku sangat ingin bilang enggak, tapi kenapa tidak bisa?
"Nggak dijawab juga nggak apa-apa. Bukan urusan gue, lu mau jadian sama siapa." Agi pun pergi.
Itu adalah kata-kata yang entah kenapa membuat dadaku sakit.
Kenapa? Kok dada ini sakit?
Padahal Agi bukan siapa-siapaku, tapi kenapa aku berharap dia sedikit... marah?***
Istirahat.
Aku sama sekali tidak nafsu makan. Menelan ludah saja tidak nafsu.
"Ayo kita makan, Syif. Nanti kamu sakit." Ajak Maura sambil menarik tanganku.
Sebenarnya aku mau marah pada Maura, tapi tidak ada gunanya juga marah padanya. Semua orang sudah tahu kalau aku ditembak Kak Yoga.
"Nggak makan sekali nggak akan bikin aku mati. Kalian aja." Kuusir mereka bertiga.
"Ayo, Mau. Syifa lagi badmood. Jangan diganggu." Rahma menarik tangan Maura dan mereka pergi.
Aku menenggelamkan wajahku di lenganku.
Apa Agi marah padaku? Kata-katanya tadi itu benar-benar menyakitiku.
***
Pulang sekolah.
Aku menolak untuk pergi ke gerbang bersama Diyah, Rahma, dan Maura karena aku belum ingin pulang. Pak Bagas masih tidak menjemput hari ini.
Kelas pun kosong dan aku masih duduk di bangkuku. Aku tidak pernah segalau ini sebelumnya.
"Syifa."
Aku yang sedang menundukkan kepalaku pun langsung terbangun karena suara ini.
Kak Yoga.
Kenapa saat aku tidak ingin bertemu dia malah datang??
"Gue minta jawaban lo."
Jawaban? Jangan-jangan...
"Jawaban yang tadi pagi?" Tanyaku bodoh dan dia mengangguk.
Aku harus jawab apa????? Masa' iya aku yang kayak gini nolak Kak Yoga sang idola sekolah??
"Maaf, aku nggak bi--" Belum selesai bicara, Kak Yoga sudah memotong omonganku dan berkata hal yang mengejutkan.
"Gue tahu kalau lu suka sama Agi."
Barusan Kak Yoga bicara apa?
Aku... suka sama Agi?"Saat lu liat Agi, lu selalu nunjukin tatapan yang berbeda. Tatapan yang nggak pernah gue dapet dari lo."
Aku kaget dan terkejut. Benar-benar terkejut. Selama ini memang aku menatap Agi seperti apa?
Aku terdiam.
"Gue nggak mengharapkan jawaban 'iya' dari lo. Gue yakin kalau lo belom sadar sama perasaan diri lo sendiri."
Aku masih terdiam.
"Gue udah tahu kalau lu pasti nolak gue. Tapi kalau kebablasan ya gimana? Gue pergi duluan. Lu sebaiknya cepetan pulang. Di luar mendung." Kata Kak Yoga dan dia pun pergi.
Aku sampai sekarang pun masih terdiam.
Aku suka sama Agi? Serius? Kok bisa?
Aku pun segera pulang daripada membuat kesimpulan yang bukan-bukan.
Hujan.
Aku segera berteduh di halte. Benar kata Kak Yoga. Seharusnya aku cepat pulang.
Meskipun aku naik angkot, aku akan tetap kehujanan karena aku perlu jalan kaki masuk perumahan.Kulihat seseorang berpayung hitam dan payung lain di tangannya menghampiriku.
Agi. Kenapa dia di sini? Bukannya dia marah padaku?
To Be Continued~
Note: Akhirnya chapter 8 terbit juga. Menurutku chapter ini udah mulai ada konflik besar. Akhirnya Syifa sadar sama perasaanya. Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 9 ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
BREATH
RomanceHanya sebuah kisah fiksi cinta SMA yang sederhana--menjurus mainstream.