#24 Berita

152 14 0
                                    

"Kamu pacaran sama Agi kan? Iya kan?"

Aku langsung membeku. Seharusnya Diyah belum tahu tentang itu karena aku sendiri juga tidak tahu jawabannya! Kemarin Agi hanya bilang suka tanpa bilang pacar-pacaran. Bisa mendengar dia mengatakan suka padaku saja, aku sudah sangat sangat senang.

"Ke... kenapa kamu bisa berpikir begitu?"

"Yeeee! Satu sekolahan udah pada tahu kali."

Sa--satu sekolahan?! Kok bisa!?

"Jadi kamu beneran pacaran sama Agi? Iya kan?" Desak Diyah dan semua orang masih menoleh ke arahku.

"Aku nggak ta--"

"Iya, dia pacar gue."

Kami semua termasuk aku langsung menoleh ke sumber suara.

Agi berdiri di depan pintu kelas sambil membawa bank soal.

Di--dia barusan bicara apa?

Semua orang terdiam beberapa saat dan seketika langsung heboh.

"Ya ampun, Syifaaa!!! Aku shock berat!! Sejak kapan?! Kok aku nggak diceritain?" Diyah mulai memberondongku dengan berbagai pertanyaan.

"Eh, a... aku--"

Aku benar-benar nggak bisa menjawab karena aku sendiri juga baru tahu!

"Tunggu dulu, Yah! Biarkan aku berpikir dulu!"

Aku masih berdiri di depan kelas. Agi melewatiku dan duduk di tempatnya. Kenapa dia bisa sesantai itu?

"Oke. Mungkin kamu masih shock gara-gara kami langsung tahu berita kamu sama Agi."

Aku sendiri juga baru tahu berita itu!

"Ciieehhh, Syifa! Udah duduknya sebelahan lagi!' Ledek Diyah dan aku memukulnya.

Aku duduk di tempatku dan melihat Agi yang melanjutkan mengerjakan soal fisika.

"Ciieehh, Agi. Syifa ngelihatin tuh."

Aku langsung memelototi Diyah dan sorakan dari teman sekelasku terdengar, semuanya kecuali Farah dan Namira yang menatapku dengan sinis.

Sebentar, kalau satu sekolahan sudah tahu berarti... Kak Shafina juga sudah tahu?
Mengingat dia melabrakku dua kali saja sudah mengerikan. Apa aku akan dilabrak untuk yang ketiga kalinya?

Dan yang lebih penting, mereka semua tahu darimana kalau Agi menyatakan perasaanya?

Benar-benar membuatku pusing.

***

Jam 9.20.

Aku bersama Diyah, Rahma, dan Maura duduk di saung dan kuceritakan semuanya tentang Agi yang menyatakan perasaannya dan tentang ternyata Agi adalah teman masa kecilku.

Mereka bertiga menganga dan kututup mulut mereka.

"Jodoh emang pasti bertemu ya?" Komentar Rahma.

"Dia belum tentu jodohku."

Diyah memelukku dan aku bingung. Kenapa Diyah memelukku?

"Syukurlah kamu nggak menyerah, Syifa. Seandainya saat kamu ditolak dan kamu menyerah, kamu nggak akan pernah mendapatkan dia."

Aku tersenyum.

"Makasih banyak buat kalian semua."

***

Pulang sekolah, aku melihat lapangan dari lantai dua. Riski ada di sana sedang bermain futsal.

"Syifa."
Aku langsung menoleh, ternyata Agi.

"Eh... ke--kenapa?"

"Ngapain di sini?"

"Aku lagi... ngeliat lapangan aja."

Sebenarnya aku ingin tanya, kenapa waktu itu dia bersama Kak Shafina? Tapi untuk apa merusak perasaan bahagiaku? Tapi kalau tidak ditanya, nanti aku penasaran.

"Agi, aku mau tanya."

"Apa?"

"Kenapa waktu itu kamu di perpus sama Kak Shafina?"

Agi terdiam.

"Kamu cemburu?"

A... apa? Agi ternyata bisa bertanya begitu juga?!

"Eng--enggak kok!"

Aku sangat malu karena bisa-bisanya Agi mengambil kesimpulan seperti itu.

"Tenang aja, Kak Shafina cuma minta aku ngajarin dia."

Aku lega ternyata Agi sama Kak Shafina tidak ada apa-apa.

"Besok jangan lupa ajarin aku." Ingatku pada Agi.

"Iya."

Kami berdua sama-sama melihat lapangan.

"Agi.... Sejak kapan kita pacaran?"
Pertanyaanku langsung keluar begitu saja dari mulutku. Kenapa bisa-bisanya aku bertanya begitu?!

Agi menoleh ke arahku dan memandangiku beberapa saat,

"Sejak kemarin. Sejak aku tahu orang yang aku sukai itu kamu."

Aku langsung kaget karena jawaban Agi. Agi bisa juga berkata begitu?

"O--oh...." Jawabku malu.

Tiba-tiba Agi mengambil tangan kiriku dan memakaikan sesuatu di pergelangan tanganku.

Gelang.

"Ini milikmu kan? Aku harus mengembalikannya karena kita udah ketemu lagi."

Aku melihat gelang yang ada tanganku. Sudah lama sekali aku tidak melihatnya.

"Makasih." Aku tersenyum.

"Kamu nggak pulang? Nanti kamu udah dijemput."

Eh, Agi tahu kalau aku dijemput di sekolah ya?

"Iya. Ini aku mau turun." Aku bersiap untuk melangkah, "Aku duluan ya?"

Agi mengangguk dan aku pun pergi duluan.

Sesampainya di bawah, aku kaget karena ada Kak Yoga tepat 3 meter di depanku.

Kami saling bertatapan.

"Gue denger lu udah jadian sama Agi."

Ternyata berita itu memang sudah tersebar ke satu sekolah.

"Iya. Kenapa?"

"Baguslah. Akhirnya Agi peka juga sama perasaannya."

Tiba-tiba Kak Yoga mendekat ke arahku dan akhirnya sampai tepat di depanku.

"Bilangin ke Agi kalau gue nggak bakal nyerah gitu aja."

To Be Continued~

Note: Akhirnya chapter 24 terbit juga. Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 25 ^^

BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang