#34 Kebenaran

178 16 0
                                    

Apa aku harus melerai mereka seperti saat aku melerai Agi dan Kak Yoga dulu?

Baru akan melangkah ke sana, seseorang datang ke tengah lapangan.

Kak Angga! Di--dia mau apa?

Mereka bertiga kelihatan sedang bicara serius.

"KENAPA ELU NGGAK MAU DENGERIN PENJELASANNYA DULU?!"

Teriakan Kak Angga mengagetkan satu sekolah termasuk aku.

Agi langsung terdiam.

"Woi, Syifa! Lu di mana?!" Kak Angga berteriak memanggilku. Semua orang langsung menoleh ke arahku.

Omaigat! Kenapa aku jadi dibawa-bawa?!

Dengan langkah lemah, aku berjalan menuju lapangan dan aku terdiam 5000 bahasa.

"Woi, Septi! Lu di mana?!!"

Aku kaget karena Kak Angga memanggil Kak Septi. Apa hubungannya masalahku dengan Kak Septi? Bahkan aku jarang bicara dengannya.

Kak Septi terlihat berjalan menuju arah lapangan dan berhenti di sampingku.

"Sekarang gue langsung aja! Syifa, lu jelasin ke Agi yang sebenernya tuh apa!"

Nyaliku langsung ciut saat melihat Kak Angga marah.

Dengan gagap aku menjelaskan semuanya. Semua dari awal sampai akhir.

Semua orang terdiam. Termasuk Agi.

"Sekarang lu, Gi! Lu percaya gak sama yang diomongin Syifa?!"

Agi terdiam, tapi dia menggeleng. Hatiku semakin sedih karena meskipun aku di sini dan menjelaskan semuanya, dia tetap tidak mau percaya.

"Sekarang lu, Sep! Gue tahu kalau lu selama ini yang nyebarin waktu Agi nolak Syifa! Lu juga yang nyebarin gosip Agi sama Syifa pacaran! Lu juga yang nyebarin gosip kalo Syifa selingkuh sama nih bocah!"

Kali ini aku benar-benar sangat kaget karena pernyataan Kak Angga. Bagaimana tidak? Jadi... selama ini... Kak Septi yang... melakukan semuanya?? Padahal Kak Septi yang telah menolongku saat aku berantem dengan Kak Shafina di toilet.

Kak Septi terdiam. Jelas. Siapa yang berani bicara di saat seperti ini? Ini menyangkut harga diri.

"Sekarang lu bocah yang gue nggak tahu namanya! Lu disuruh kan sama nih orang biar Agi putus sama Syifa?!" Kak Angga menunjuk Kak Septi.

Aku semakin kaget. Aku sudah tidak tahu lagi sampai kapan aku akan dikagetkan dengan kebenaran?

Mulut Dimas tertutup sangat rapat tapi Dimas memberi jawaban yang mengejutkan.

Dimas mengangguk.

Aku sudah tidak tahu seperti apa wajahku sekarang. Aku... benar-benar shock.

"Dimas udah ngaku, Sep. Tinggal elu." Kak Angga menatap Kak Septi.

"Apa hubungan lu sama masalah ini?" Ucap Kak Septi, "Lu bukan-bukan siapa-siapanya Agi atau Syifa."

Kak Angga terdiam, tapi ia segera menjawab, "Lu tahu nggak? Kalau lu nggak macem-macem sama Agi sama Syifa, kita nggak akan masuk ruang BK sekarang. Bu Inez udah ke sini bareng Rifky."

Aku langsung menelusuri lapangan. Ya, memang benar. Bu Inez sedang berjalan bersama Kak Rifky.

"KALIAN NGAPAIN DI TENGAH LAPANGAN?! IKUT IBU SEKARANG!"

Tamat sudah riwayatku. Kenapa hanya karena masalah konyol begini bisa jadi sebesar ini?

Kami berlima terdiri atas aku, Agi, Dimas, Kak Septi, dan Kak Angga masuk ke ruang BK. Padahal aku tidak bersalah. Tapi kenapa aku bisa berada di sini?

"Kalian jelasin permasalahan kalian." Bu Inez mulai membuka 'persidangan'.

Kami berlima terdiam. Tak ada yang berani menjelaskan.

"Kenapa kalian malah diam?! Tadi di lapangan kalian bisa buat heboh!"

"Semuanya..." Kak Angga mulai bersuara, "gara-gara Agi sama Dimas, Bu."

Kami semua melotot ke arah Kak Angga.

"Agi sama Dimas kenapa?" Tanya Bu Inez.

Kak Angga menceritakan semuanya kalau Agi ada di lapangan bersama Dimas karena akan melabrak Dimas.

Aku bergidik ngeri karena cerita Kak Angga. Agi sangat menyeramkan walaupun dia pendiam.

Lalu Kak Septi yang ternyata menyuruh Dimas untuk melakukan semuanya agar hubunganku dengan Agi jadi hancur.

"Kenapa kamu melakukan itu, Septi?" Tanya Bu Inez pada Kak Septi.

Kak Septi hanya menunduk, "Saya nggak suka--"

Kami semua terdiam.

"Saya nggak suka ngeliat mereka bahagia."

Jawaban Kak Septi membuatku sangat terkejut. Jadi selama ini... Kak Septi dalang di balik semua ini?

Bu Inez menghela napas berat. "Baiklah. Jadi sekarang, Agi, kamu mau maafin Dimas dan Septi?" Tanya Bu Inez pada Agi yang hanya diam. Agi hanya mengangguk.

"Sekarang, Agi, Septi, dan Dimas, kalian mau minta maaf pada Syifa?"
Pertanyaan Bu Inez membuatku agak terkejut. Agi sempat diam menatapku, tapi ia segera mengangguk. Syukurlah. Tapi tidak dengan Kak Septi dan Dimas.

"Kenapa kalian diam?" Tanya Bu Inez pada Kak Septi dan Dimas.

Dimas segera menjawab "Ya.", tapi belum dengan Kak Septi.

"Kenapa kamu diam Septi? Kamu adalah sumber dari semua masalah kali ini."

Kak Septi terdiam. Tapi ia membuka mulutnya, "Saya akan minta maaf. Tapi nggak sekarang."

Bu Inez kembali menghela napas berat. "Ya sudah. Tapi kalian harus minta maaf dan saling memaafkan. Jangan buat keributan seperti hari ini. Kalian semua boleh kembali ke kelas."

Aku lega karena akhirnya Bu Inez melepaskan kami. Kami semua pun keluar dan menuju kelas masing-masing.

Aku dan Agi berjalan agak berjauhan.

"Syifa!" Panggil Agi dan aku segera menoleh.

"Aku... minta maaf." Ucap Agi.

To Be Continued~

Note: Akhirnya chapter 34 terbit juga. Akhirnya semua kebenaran terungkap. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Vote dan komentar kalian akan sangat kuhargai untuk membangun cerita ini agar menjadi lebih baik. Sampai jumpa di chapter 35 ^^

BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang