Hujan. Sebagai seorang guru baru, tentu saja cuaca seperti ini akan menganggu perjalanan.
Ya, sekarang aku sudah menjadi guru di SMA-ku dulu. SMA di mana aku mendapatkan teman-teman yang hebat dan kisah cinta yang manis.
Jika kalian tanya apakah aku masih bersama Agi, jawabannya adalah...
Ya, aku masih bersamanya. Memang belum menikah sih, tapi suatu saat. Semoga saja.
Di sekolah, aku mengajar pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas 11. Kalau bahasa Indonesia, aku jadi ingat Bu Inez.
Bu Inez masih mengajar sampai sekarang. Bahkan ia masih mengingatku yang sering terlambat saat pelajarannya. Hahaha....
Kalian kepo tentang Agi? Hmm... Agi sekarang bekerja di sebuah perusahaan makanan terkenal. Tadinya perusahaan itu sama sekali tidak pernah kudengar. Tapi karena Agi, perusahaan mereka bisa sukses.
Agi memang sangat jenius.
Aku jadi ingat, waktu pertama kali aku jadi siswi baru, cuaca saat itu juga hujan. Tapi sekarang sudah berbeda. Kupegang payungku dengan erat.
Sesampainya di teras sekolah, kulipat payungku dan memasuki gedung sekolah. Sekolah sudah sangat berbeda. Catnya baru dan ada beberapa susunan yang berubah.
Aku kangen sekali. Sudah lama sekali aku tidak ke sini.
Kulangkahkan kakiku ke perpustakaan. Sudah lama juga aku tidak ke sana.
Kulihat Bu Siti sedang menyusun buku pinjaman. Aku pun membuka pintu dan Bu Siti menoleh."Kamu... Syifa ya?" Tanya Bu Siti ragu, aku mengangguk. Ternyata Bu Siti masih mengingatku.
"Ya ampun, Syifa... Ibu kangen sekali sama kamu!" Setengah berlari Bu Siti ke arahku dan memelukku.
"Kamu mau ngajar di sini?" Tanya Bu Siti dan aku mengangguk.
"Ya ampun... Ibu senang kamu mau ngajar di sini. Agi apa kabarnya? Kamu masih sama dia kan?"
Aku mengangguk senang, "Agi baik. Masih kok, Bu. Ibu mau saya sama dia pisah?"
"Ya jelas enggak dong. Kamu sama Agi udah perfect couple banget.... Nggak bisa dipisahin."
Aku tersipu saat Bu Siti bicara begitu, "Makasih, Bu."
"Nanti kamu ajak Agi ke sini. Ibu kangen juga sama dia."
"Pasti, Bu. Bu, saya pergi dulu ya? Saya masih mau keliling dulu." Izinku.
"Iya, silakan."
Aku keluar dari perpustakaan. Satu-satunya tempat yang sangat ingin kukunjungi adalah ruang kelasku waktu kelas 11. Saat aku pertama kalinya bertemu dengan Agi.
Sesampainya di depan kelas, kuintip kelas dari jendela. Masih kosong. Aku pun masuk dan duduk di bangkuku dulu.
Kutoleh ke arah kiriku dan bayang wajah Diyah terlihat olehku. Kulihat ke arah belakangku dan wajah Rahma dan Maura terlihat olehku.
Sekarang Diyah sedang melanjutkan studi S2-nya di sebuah universitas di Jakarta. Rahma bekerja di salon milik ibunya, dan Maura bekerja di sebuah toko roti. Kadang Maura juga membawakanku roti secara cuma-cuma. Hehe....
Oh iya, aku lupa. Ada satu hal yang lupa kukatakan.
Diyah sekarang sudah menikah. Kalian percaya? Dia bahkan mendahuluiku, padahal dia adalah jomblo sejati dulunya.
Kutoleh ke sebelah kananku dan bayang wajah Agi waktu SMA terbayang di otakku.
Bernostalgia seperti ini membuatku agak sedih karena kami sudah terpisah-pisah. Kenangan masa SMA dulu tidak akan bisa diulang lagi. Hanya akan terjadi sekali seumur hidup.
Aku segera keluar dari kelas dan berjalan menuju ruang guru. Tetapi langkahku terhenti saat melihat tangga. Bayang wajah Kak Yoga tiba-tiba ada di depanku. Saat Kak Yoga mengatakan kata-kata pahit saat aku ditolak Agi dulu.
Aku segera menepis pikiranku dan segera berjalan ke ruang guru. Aku menyiapkan semua bahan-bahan untuk mengajar hari ini.
***
Pulang sekolah, aku masih tetap berada di sekolah untuk menyelesaikan beberapa tugas. Aku pun pergi ke toilet karena sudah menahan daritadi.
Selesai ke toilet, aku melihat wajah Kak Shafina bersama Kak Siska dan Kak Ardha sedang menjambak rambutku di balik tembok.
Aku tersenyum. Ya ampun... ternyata hanya bayanganku. Di sini membuatku begitu bernostalgia.
Aku pun keluar dari toilet dan menuju ruang guru untuk membereskan barang-barangku. Tempat kunjungan terakhir hari ini adalah tempat parkir motor.
Konyol memang. Tapi di sinilah saat Agi menyatakan perasaannya padaku. Aku tersenyum dan kembali menuju gerbang sekolah. Tiba-tiba aku teringat saat aku di tolak Agi di sini, gerbang sekolah.
Aku tersenyum pahit.
Baru akan keluar dari gerbang, kulihat di kejauhan seseorang tersenyum padaku.
Agi.
Dia kok ke sini?
Aku segera berjalan ke arahnya dan sampai di depan Agi.
"Kamu menjemputku?" Tanyaku senang.
Agi menatapku dengan ekspresi datar, "Enggak, aku cuma sekalian lewat sini."
Aku tersenyum pahit, "Oohh."
Aku berjalan di belakang Agi. Kenapa dia kembali bersikap seperti ini? Dingin dan cuek.
Tiba-tiba Agi membalik badannya menghadap ke arahku.
"Aku akan pergi."
Aku terbelalak,
"Ka... kamu mau ke mana?"Bukannya menjawab, dia malah berjalan semakin jauh.
Aku mengejarnya. Tapi karena langkah kaki Agi yang jauh lebih panjang dan aku memakai sepatu hak tinggi membuatku sulit untuk mengejarnya.
"Agi! Kamu mau ke mana?! Teriakku dan dia malah semakin menjauh.
"Agi!! Kamu mau ke mana?!" Teriakku lagi dan aku malah terjatuh karena tersandung batu.
Kuabaikan lututku yang terasa sakit dan kembali mengejar Agi.
Dia sudah menghilang.
Perasaanku seketika langsung hancur. Dia pergi tanpa memberitahuku dia akan ke mana. Benarkah?
Tangisanku pecah. Agi... dia ke mana? Kenapa dia pergi begitu saja?
Kulihat sol sepatuku patah karena mengejar Agi tadi.
Kulepaskan sol sepatuku yang patah dan kembali menuju sekolah untuk mengambil mobilku yang di parkir.
***
Note: Akhirnya chapter Extra Story 1 terbit juga. Extra Story 2 akan jadi chapter yang bener-bener terakhir. Kalian jangan sedih ya... Vote dan komentar kalian akan sangat ku hargai untuk cerita ini. Sampai jumpa di chapter Extra Story 2 ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
BREATH
RomanceHanya sebuah kisah fiksi cinta SMA yang sederhana--menjurus mainstream.