10 tahun kemudian.....
"Iqbaal!!"
Iqbaal yang lagi santainya tidur-tiduran membuka matanya dengan malas. Suara Ayah membuatnya mual seketika.
"Iqbaal!" sahut Ayah lagi, kali ini ia mengedor-gedor pintunya.
"Apaan?" sahut Iqbaal tanpa beranjak dari tempat tidurnya.
"Apaan? Apaan! Makan malam bersama! Cepat kamu keluar!" Sahut Ayah lagi.
Iqbaal bangun dengan sangat terpaksa, lalu membuka pintu kamarnya. Seluruh keluarganya tampak sudah berkumpul di meja makan. Walau demikian Iqbaal lebih merasakan suasana yang suram dibandingkan suasana yang hangat. Tanpa mencuci muka, Iqbaal langsung mengambil tempat di meja.
"Apa Ayah harus selalu teriak-teriak manggil kamu setiap kita mau makan?" tanya Ayah ketus begitu Iqbaal menampakkan diri.
"Kalian bisa mulai makan tanpa aku." jawab Iqbaal sambil memandang Ayah dingin.
"Saat makan malam itu waktu untuk keluarga berkumpul." Kata Ayah tidak membalas pandangannya ia malah menyendok sup ayam ke piringnya.
"Kayak ada pembicaraan keluarga aja,"gumam Iqbaal sengit.
Ayah tampak tak memperdulikan kata-kata Iqbaal. Dia mengalihkan pandangannya kepada Aldi yang sedang asyik melahap ayam panggang.
"Gimana kuliahnya nak? tanyanya. Iqbaal langsung mendengus.
"Baik, Yah. Bentar lagi ujian." Jawab Aldi tenang.
"Belajar yang rajin ya, biar IP-mu nggak merosot kayak kakakmu ini," sindir Ayah membuat Iqbaal melotot.
"IP-ku nggak merosot" sambar Iqbaal.
"Sama kayak semester sebelumnya, tapi sama jeleknya" kata Ayah sambil melempar pandangan masam. "Kamu tahu Baal, kalau kamu begitu terus kamu bisa di-DO."
"Cepat atau lambat aku juga bakal di DO kan? Aku cuma mempermudah prosesnya aja"
"IP kamu yang cuma dua koma satu itu nggak bisa membanggakan siapapun, Baal. Apa kamu nggak malu, hah!" kata Ayah yang mulai emosi.
"Malu? Untuk apa malu? Itu udah hasil terbaik yang aku bisa." jawab Iqbaal tak peduli.
"Kamu bisa lebih baik daripada itu, kamu saja yang nggak mau usaha. Kamu cuma mau cari sensasi supaya kamu lebih diperhatikan."
Iqbaal memandang Ayahnya tak percaya. "Memangnya sensasi apa yang aku harus lakuin supaya lebih diperhitiin? Mungkin aku harus bakar rumah ini baru bisa diperhatiin." Ucap Iqbaal ketus. Ia meninggalkan meja makan tidak berminat makan malam dengan situasi sepeti ini.
"Iqbaal kembali kesini sekarang juga!!" teriak Ayah.
Iqbaal tidak memperdulikan teriakan Ayahnya.Dengan langkah besar ia masuk ke kamarnya lalu membanting pintunya. Dia melangkah menyetel lagu Its My Life milik Bon Jovi dengan Volume maksimum, lalu dengan kalap membanting semua benda yang dilihatnya.
"Brengsek!!" Seru Iqbaal setelah dia kehabisan tenaga.
Iqbaal terduduk di samping tempat tidurnya menjambak-jambak rambutnya. Dunia terasa tidak adil. Dunia tidak pernah adil padanya..Ayahnya memang menyebalkan. Ibunya juga menyebalkan. Aldi lebih menyebalkan. Seisi rumah ini sangat menyebalkan semuanya selalu bersikap seperti keluarga kecil bahagia.Tapi Iqbaal merasa dia tidak diterima di keluarga ini.Iqbaal selalu saja berbeda.
Iqbaal membanting tubuhnya ke ranjangnya, lalu mulai menyesali keberadaannya di dunia.Sama seperti malam-malam sebelumnya.
Semua berubah tidak ada lagi Iqbaal yang selalu tersenyum hangat. Bukan hanya senyumnya yang hilang, tapi bisa dibilang gairah hidupnya pun ikut menghilang. Setelah bertahun-tahun Iqbaal menyadari kalau kedua orang tuanya begitu membedakan di irinya dengan Aldi. Adiknya satu-satunya itu memang memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Different
FanfictionTuhan hanya menciptakan satu hati untukku Dan satu hati ini hanya terukir namamu saja -Iqbaal Dhiafakhri