Part 12

2.7K 231 3
                                    

"Kamu harus tahu alasan aku hidup didunia ini adalah melihat kamu tersenyum, jadi kamu jangan pernah sedih lagi."

**

Hembusan angin meniupkan helaian rambut (namakamu) yang teurai. Ia sedang duduk bersama Iqbaal di atas rumah pohon. Sedari tadi (namakamu) hanya terus melamun meski Iqbaal mengajaknya berbicara. Iqbaal tidak tahu mengapa gadis itu bisa murung seperti itu. Tidak seperti (namakamu) biasanya yang selalu menunjukkan senyum manisnya.

"Kamu kenapa?" Tanya Iqbaal pada akhirnya karena ia sedari tadi sudah tidak tahan melihat gadisnya yang terlihat memikirkan sesuatu.

(Namakamu) tetap terdiam dengan tatapan kosong. Iqbaal menghela nafasnya lalu ia meletakkan tangannya di puncak kepala (namakamu).

"Kalau ada masalah kamu boleh cerita sama aku." Ucap Iqbaal tangannya masih setia berada di kepala (namakamu). Sesekali mengelus rambut gadis itu.

"Kamu ngomong apa sih? Aku baik-baik aja." Ucap (namakamu) mengulas senyum kecilnya. Iqbaal tahu kalau senyum itu bukan senyum gadisnya.

"Karena Aldi kan?" Tanya Iqbaal menatap (namakamu) yang juga sedang menatapnya.

"Maksud kamu?"

Iqbaal menurunkan tangannya lalu menatap aliran sungai dibawah sana. Sementara (namakamu) disampingnya memandang raut wajah Iqbaal yang terlihat lelah. (Namakamu) baru menyadari kedua mata Iqbaal seperti orang yang tidak tidur berhari-hari.

"Kenapa jadi serumit ini (nam)? Disisi lain aku gak mau kehilangan kamu tapi aku juga sama seperti kamu. Sama-sama tidak ingin melihat Aldi terluka." Ujar Iqbaal dengan senyum tipisnya.

"Gimana pun juga dia tetap adek aku." Lanjut Iqbaal lalu menolehkan kepalanya untuk menatap mata (namakamu).

Mereka saling bersitatap cukup lama (namakamu) mengerti bagaimana perasaan Iqbaal sekarang. Ada perasaan bimbang yang dirasakan (namakamu) ketika menatap kedua mata Iqbaal. Perasaan bimbang untuk melanjutkan hubungan mereka. Karena dalam hubungan mereka ia menyakiti seseorang yang sangat berarti untuk keduanya.

"Kamu percaya kan kalau hati aku ini cuma milik kamu?" Tanya (namakamu) mengengengam tangan Iqbaal yang berada di sisi tubuhnya.

"Aku percaya." Ujarnya lembut.

"Kamu juga harus percaya kalau kamu satu-satunya wanita yang aku sayang setelah Bunda." Ujar Iqbaal balas mengengam jemari (namakamu) lebih erat.

Rasanya (namakamu) merasakan getaran yang luar biasa dalam dadanya ketika Iqbaal mengucapkan kalimat itu. Ketulusan bisa (namakamu) liat dari sorot mata Iqbaal bahkan saat ini, (namakamu) ingin meneteskan air matanya.

"Kok kamu nangis?" Ucap Iqbaal dengan refleks jemarinya menghapus buliran air mata (namakamu).

Tidak sanggup lagi berkata-kata, (namakamu) memeluk Iqbaal erat menenggelamkan kepalanya dalam di pelukan Iqbaal. Kedua tangan Iqbaal menyambutnya sesekali mengelus punggung (namakamu) pelan.

"Aku gak mau kehilangan kamu, bisa kan kita tetap seperti ini?" Lirih (namakamu).

"Aku juga tidak mau kehilangan kamu tapi aku takut takdir tidak merestui kita, (nam)." Ucap Iqbaal meletakkan dagunya di pundak (namakamu).

(Namakamu) melerai pelukannya memandangi setiap inci wajah Iqbaal dengan mata sembabnya. Ia takut jika Iqbaal akan meninggalkannya. Bagi (namakamu) laki-laki dihadapannya itu diciptakan oleh Tuhan untuknya.

Dari (namakamu) kecil ia sudah memimpikan bagaiamana jika ia dan Iqbaal hidup bahagia seperti seorang putri dan pangerannya. (Namakamu) ingin kisahnya dan Iqbaal bisa berakhir bahagia seperti film tokoh Princess bersama pangerannya yang ditontonnya waktu kecil.

"Dari kecil aku udah yakin kalau kamu bakal jadi pendamping hidup aku." Ucap (namakamu) dengan suara seraknya. "Aku yakin kalau cinta kita akan berakhir bahagia seperti yang aku bayangkan. Apa kamu gak yakin kalau kita ditakdirkan untuk bersama? Apa cuma aku yang terlalu berharap hidup bersama kamu?" (Namakamu) memandang mata Iqbaal dalam diiringi buliran air mata yang keluar di pelupuk matanya.

"(Namakamu)" panggil Iqbaal lembut kedua tangannya membingkai wajah gadis itu. "Aku juga ingin kita bisa bahagia seperti mimpi kamu. Aku juga ingin kalau kita hidup bersama.
Tapi gak ada yang bisa melawan takdir kan? Kalau kita ditakdirkan untuk bersama berbagai cara apapun kita dipisahkan pasti kita akan tetap bersama." Iqbaal mengecup kening (namakamu) lama kemudian menghapus buliran air mata gadisnya. Yang dilakukan gadis itu hanya terus memandangi wajah laki-laki yang selalu berada di hatinya.

"Kamu harus tahu alasan aku hidup didunia ini adalah melihat kamu tersenyum, jadi kamu jangan pernah sedih lagi." Iqbaal menghapus sisa-sisa air mata (namakamu) lalu menarik gadis itu sekali lagi dalam pelukannya.

Rasanya (namakamu) ingin waktu terus seperti ini.

**

Kemarin Aldi merasa kalut dengan perasaannya ia masih tidak bisa terima kalau kakaknya bisa memiliki (namakamu) seutuhnya. Aldi merasa jika Tuhan tidak adil padanya setelah lama menunggu (namakamu) kembali, mengapa gadis itu tidak memilihnya? Mengapa harus Iqbaal yang dipilih oleh (namakamu)?

Saat ini Aldi masih berusaha menerima kenyataan itu. Untuk berusaha menghilangkan perasaannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Jadi ia masih butuh proses untuk move on dari (namakamu).

Sekarang Aldi sedang berada di tengah-tengah lapangan Basket kampus duduk seorang diri dengan minuman kaleng yang berada ditangannya. Ia melempar kaleng itu ke sembarang arah setelah meminumnya hingga tandas.

"Aww" ringis seseorang dibelakang Aldi. Laki-laki itu membalikkan tubuhnya kemudian berdiri menghampiri orang yang menjadi korban lemparannya.

"Eh, sorry Sha, gue gak tau kalau ada lo." Aldi menantap penuh sesal pada Salsha. "Sakit banget ya?" Tanya Aldi tangannya mengelus dahi Salsha yang memerah.

"Aww" sekali lagi Sasha meringis karena Aldi tidak sengaja menekan keningnya. "Gue gak bakalan meringis kalau gak sakit, Di." Ujar Salsha memutar kedua bola matanya.

"Yaudah, sebagai permintaan maaf gue, lo boleh minta apapun itu yang penting lo maafin gue."

"Serius nih??" Tanya Salsha dengan matanya yang berbinar.

Laki-laki itu menganguk cepat kemudan Salsha memegang lengan Aldi menyeret cowok itu keluar dari lapangan Basket Indoor kampus.

"Kalau gitu lo harus siap traktir gue makan eskrim sampai puas." Salsha tersenyum lebar menampilkan sederet giginya yang rapi.

Aldi terkekeh melihat ekspresi Salsha layaknya anak kecil bikin Aldi gemes. "Hanya itu?" Tanya Aldi menaikkan satu alisnya.

Salsha mengeggeleng dua kali lalu berhenti melangkah. "Lo juga gak boleh sedih lagi ingat lo masih punya gue,"

Senyum Aldi merekah mendengar perkataan Salsha. "Okay hari ini Aldi akan mengabulkan semua permintaan putri Salsha." Ucap Aldi sedikit membungkuk layaknya seorang pelayan yang siap melayani sang putri.

Salsha tertawa kecil lalu keduanya berjalan diiringi tawa dibibirnya masing-masing.

Lo bener Sha, setidaknya gue masih punya lo.

Tbc.

Gimana? Please votenya sangat membantu loh supaya aku nextnya cepet :)

Ini part memang pendek gak sampai 1k words ;(


DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang