Part 6

3K 269 0
                                    

Pagi ini (namakamu) terbangun dengan senyum menghiasi wajahnya. Semalam adalah moment yang tidak akan ia lupakan. (Namakamu) menunduk melihat lututnya dibalut perban. Meskipun hanya goresan tetap saja luka (namakamu) diperban oleh Iqbaal. Hal itu menunjukkan kalau Iqbaal masih perduli padanya.

(Namakamu) keluar dari kamar setelah selesai melakukan ritual mandinya. Ia berniat membuat sarapan untuk keluarga Hermawan. Namun sepertinya Bunda Rike sudah lebih dulu menyiapkan sarapan. Di meja makan sudah terjejer nasi goreng juga roti tawar lengkap dengan susu Vanila.

"Eh, (namakamu) udah bangun." Ucap Rike saat melihat (namakamu) ikut membantu menata peralatan makan.

"Biar (namakamu) aja bunda,"

"Gak usah sayang biar bunda aja, bunda minta tolong kamu bangunin Iqbaal sama Aldi aja ya," kata Rike.

"Iya bunda" ucap (namakamu) sopan kemudian berlalu ke kamar Aldi yang berseblahan dengan kamar Iqbaal.

(Namakamu) mengetuk pintu kamar Aldi beberapa kali sambil menyerukan nama Aldi dan Iqbaal. Hingga beberapa lama keluar sosok pemilik mata sipit membukakan pintu. Rambutnya terlihat basah sepertinya laki-laki itu baru saja selesai mandi.

"(Namakamu)?" Aldi sedikit terkejut melihat (namakamu) berdiri di depan kamarnya. Ia mengira Bundanya yang membangunkannya.

"Maaf aku gak bermaksud ganggu kamu. Aku disuruh bunda bangunin kalian."

"Gakpapa, aku udah bangun daritadi tapi Iqbaal kayaknya belum bangun." Aldi melirik sekilas kasurnya disana kakaknya masih nyaman dengan posisi tidurnya.

"Kalau gitu kamu sarapan aja, nanti aku bangunin Iqbaal."

"Iqbaal susah loh dibangunin, aku aja nyerah bangunin dia." Kata Aldi.

(Namakamu) tertawa kecil. "Apa salahnya mencoba kan?"

Aldi membuka pintu kamar lebar menyuruh (namakamu) masuk kedalam kamarnya. Gadis itu tersenyum  melihat Iqbaal sangat nyenyak dalam tidurnya. Menurutnya Iqbaal dua kali lebih tampan saat tertidur. (Namakamu) baru menyadari kalau raut wajah Iqbaal semakin dewasa. Bukan lagi Iqbaal sepuluh tahun yang lalu.

"Iqbaal bangun," (namakamu) berjongkok sambil mengusap pelan pipi Iqbaal. Laki-laki itu menggeliat kecil tanpa sadar Iqbaal menarik tangan (namakamu) sehingga gadis itu berada di dada Iqbaal.

Aldi jelas merasa cemburu melihat (namakamu) dipeluk oleh Iqbaal walaupun dalam keadaan tidak sadar.

"Iqbaal bangun, nanti kamu telat kuliahnya." Kata (namakamu) lembut.

Mendengar suara (namakamu), membuat kedua mata Iqbaal terbuka lebar. Suara itu terdengar jelas di pendengaranya. Suara itu yang ada di mimpinya semalam.  Iqbaal terkejut menyadari ia memeluk setengah tubuh (namakamu) erat. Ia melepaskan pelukanya kemudian bangkit dari kasur.

"Ngapain lo disini?" Ketus Iqbaal menatap tajam (namakamu) yang berdiri dihadapannya.

"Aku mau bangunin kamu." Jawab (namakamu).

"Gue gak suka dibangunin  apalagi sama lo! sekarang keluar!"

(Namakamu) menundukkan kepalanya baru semalam ia merasakan sedikit bahagia. Sekarang ia harus mendengar kata-kata kasar Iqbaal yang dilontarkan kepadanya.

"Ayo (namakamu) kita keluar, percuma aja bicara sama dia." Aldi memegang lengan (namakamu) membawanya keluar.

Iqbaal menghela nafas panjang. Kali ini ia menyakiti hati (namakamu) lagi. Kali ini ia harus berperang dengan hatinya lagi.

**

"Lutut kamu kenapa?" Tanya Aldi saat mereka sudah berada di meja makan.

"Semalam aku jatuh." Ujar (namakamu) ikut duduk di samping Aldi.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang