Part 21 (End)

3.7K 267 41
                                    

Malam itu mungkin adalah malam yang tidak akan dilupakan (namakamu). Dibawah sinar rembulan serta langit berhiaskan ribuan bintang. Suasana seakan mendukung saat Iqbaal tengah berlutut dihadapannya dengan sebuah kotak beludru yang berisikan cincin permata.

Ya, Iqbaal melamarnya disaat gadis itu masih berusia tujuh belas tahun. Senang sekaligus haru (namakamu) menerima lamaran Iqbaal. Tidak ada ribuan lilin ataupun bunga mawar berbentuk 'Will you marry me'. Iqbaal hanya mengungkapkannya dengan keberanian. Ia sampai menahan kegugupaannya saat melamar (namakamu) ketika mereka sedang berada di taman.

Lagi-lagi taman menjadi saksi cinta mereka.

(Namakamu) menangis dibalik bahu Iqbaal setelah laki-laki itu menyematkan cincin di jari manisnya. Ia tidak menyangka Iqbaal akan serius ini padanya.

(Namakamu) tidak akan pernah lupa pada kata-kata Iqbaal dimalam itu.

"(Namakamu)." Panggilnya pelan menyelipkan rambut gadisnya ke belakang telinga. "Aku mencintaimu dari lubuk hati aku yang paling dalam. Kamu cinta pertamaku sekaligus cinta terakhirku. Maukah kamu menjadi ibu dari anak-anakku nanti?" Iqbaal berlutut seraya memegang cincin permata ditangannya.

(Namakamu) lantas mengangguk dengan air mata yang menetes di pipinya perlahan. Senyum Iqbaal merekah sebentar lagi semua impiannya terwujud.

"Aku tidak akan melepasmu. Aku akan menjaga kamu agar selalu berada disisiku. Aku akan tetap menggenggam tanganmu meskipun suatu hari kamu tidak ingin berbicara denganku. Kita akan selalu bersama. Susah maupun senang kehidupan, tidak akan memisahkan kita karena kamu adalah tulang rusukku."

Iqbaal mengecup kening (namakamu) lama lalu mereka berpelukan erat.

(Namakamu) tidak tahu kalau malam itu adalah malam terakhir mereka. (Namakamu) tidak tahu kalau malam itu untuk terakhir kalinya Iqbaal mengecup keningnya. Menggenggam tangannya. Memeluknya erat.

Saat ini (namakamu) sedang menatap Iqbaal yang terlihat damai dalam tidur panjangnya. Laki-laki itu telah dinyatakan meninggal dunia oleh dokter lima belas menit yang lalu setelah para tim medis berusaha menyelamatkannya

(Namakamu) tidak menangis saat meihat wajah Iqbaal yang sudah memucat tak bernyawa. Dari luar ia memang tidak menangis tapi hatinya teriris. Sesak seakan ia kehilangan udara untuk bernafas. Iqbaalnya telah pergi meninggalkannya sebelum mimpinya terwujud. Sebelum mereka menghadapi manis pahitnya hidup saat mereka menikah nanti.

"Ini cuma mimpi kan Baal, Ini gak nyata kan Baal? Aku cuma mimpi buruk kan?" (Namakamu) tersenyum getir sambil mengenggam tangan Iqbaal yang dingin.

Di belakang gadis itu, Aldi seolah ingin mengatakan pada (namakamu) kalau semuanya akan baik-baik saja. Namun ia bisa apa bahkan dirinya sekarang tidak mampu berkata-kata saat melihat kakaknya yang pergi meninggalkanya. Untuk pertama kalinya Aldi menangis dengan tangis yang memilukan. Ia tidak percaya kakaknya pergi secepat ini. Padahal dua hari yang lalu ia dan Iqbaal baru saja berbaikan dan saling meminta maaf. Mereka berdua bahkan mengobrol banyak hal hingga tidak teras menghabiskan waktu sampai pagi menjelang.

Ayah dan Bunda yang baru datang dari Singapura langsung memeluk anaknya itu. Bunda histeris melihat anaknya yang sudah tidak bernafas. Berkali-kali Ayah mengguncang tubuh Iqbaal memastikan anaknya pasti masih hidup. Tetapi usahanya percuma anak sulungnya sudah pergi meninggakan semua orang yang mencintainya.

Sementara Bastian dan Kiki tengah berusaha menenangkan Salsha yang terisak akan kehilangan Iqbaal. Kedua sahabat Iqbaal itu juga tidak bisa menyembunyikan setetes air matanya. Sahabat seperjuangannya telah tiada.

Flashback

Iqbaal baru saja keluar dari toko bunga memegang setangkai mawar merah untuk gadisnya. Entah kenapa Iqbaal ingin memberikan (namakamu) bunga mengingat selama mereka berpacaran Iqbaal sama sekali belum pernah memberi (namakamu) bunga.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang