Part 7

3K 291 1
                                    

Suasana kafe pelangi sangat ramai padahal hari sudah larut malam. (Namakamu) mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Iqbaal. Hingga matanya berhenti melihat sosok yang dicarinya sedang duduk sendirian sambil merokok.

Tadi siang (namakamu) juga sebenarnya melihat Iqbaal merokok. (Namakamu) tidak tau kenapa Iqbaal mau menyentuh benda candu itu padahal waktu kecil Iqbaal benci pada asap rokok.

Ia berjalan mendekati tempat Iqbaal. Namun langkahnya tertahan saat seseorang menarik tangannya.

"Kamu siapa? Lepasin tangan aku!" (namakamu) menyentakkan tangan laki-laki asing itu. Dari wajahnya laki-laki itu berusia setara dengan Aldi.

"Lo mau kenalan ? Gue Bryan." Laki-laki itu mengulurkan tangannya juga tersenyum penuh arti pada (namakamu). Ia memandangi (namakamu) dari atas hingga ujung kaki membuat gadis itu merasa risih. (Namakamu) tidak membalas uluran tangan laki-laki itu.

Bryan memajukan wajahnya menatap (namakamu) lebih dekat. (Namakamu) malah memalingkan wajahnya ia tidak sudi menatap cowok kurang ajar itu. Semakin lama semakin dekat jarak diantara Bryan dan (namakamu). Hingga Bryan bisa merasakan deru nafas (namakamu).

Bugh.

"Setan lo!" Teriak Iqbaal setelah memberikan bogeman mentah di wajah Bryan. Hingga laki-laki itu jatuh tersungkur.

Bryan meringis kecil namun tak lama dia bangkit berdiri. "Jadi dia cewek lo" Bryan menyeringai melihat Iqbaal berdiri dihadapan (namakamu).

"Berani lo nyentuh dia! Lo mati!" Iqbaal menarik pergelangan tangan (namakamu) dan meninggalkan Bryan tersenyum licik menatap kepergian mereka.

"Akhirnya gue tau senjata buat hancurin cowok bangsat itu." katanya lalu melanjutkan lagi obrolannya bersama seorang gadis berpakaian mini.

**

Kini Iqbaal dan (namakamu) sedang berada di rooftop kampus. Iqbaal memilih membawa (namakamu) kesini karena disini tempat yang dekat untuk menenangkan diri.

Sedari tadi tidak ada yang membuka pembicaraan. Iqbaal tidak perduli yang hanya dilakukannya terus menyesap rokoknya. Karena benda candu itu selalu membuatnya merasa tenang.

"Rokok gak baik lho buat kesehatan kamu." Ucap (namakamu) ketika Iqbaal menghisap rokoknya lebih dalam kemudian menghembuskan kepulan asap.

"Gue gak peduli." Ucap Iqbaal dengan tampang datarnya

"Tapi aku peduli sama kamu." Ucap (namakamu) dengan nada serius.

Iqbaal melirik (namakamu) dan tersenyum sinis. "Bulshit!"

"Baal, aku mohon kamu jangan merokok lagi, nanti kamu sakit." Peringat (namakamu) lagi tetapi Iqbaal malah menyalakan korek untuk rokok yang baru.

(Namakamu) terus memperingatinya berkali-kali tetapi laki-laki itu tidak mendengarnya. Sampai Iqbaal sudah mengisap rokok sebanyak lima batang.

"Lo mau ngapain?" Tanya Iqbaal saat (namakamu) mengambil rokoknya yang baru saja ia nyalakan.

"Aku gak mau kamu sakit." (Namakamu) mengenggam rokok itu ditanganya. Membuat telapak tangannya terbakar karena api rokok itu.

"Akhh!!" (namakamu) meringis kala tangannya sudah melepuh.

"Lo apa-apan sih! Tangan lo luka!" Panik Iqbaal.

Iqbaal segera membuang rokok itu dari gengaman (namakamu). Meniup-niup luka bakar ditangan (namakamu). Diam-diam (namakamu) tersenyum karena Iqbaal perduli padanya.

"Aww! sakit." Ringis (namakamu) saat Iqbaal membalut luka (namakamu) mengunakan saputangannya.

"Maaf." Ucap Iqbaal saat ia mengikat sapu tangan itu di telapak tangan (namakamu).

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang