Part 5

3.7K 319 0
                                    

Seluruh pengunjung cafe menikmati alunan lagu yang dilantunkan oleh vokalis Band Prince. Band yang terdiri dari tiga laki-laki tampan. Digandrungi banyak gadis-gadis bahkan sampai wanita yang sudah memiliki anak.

Apalagi Vokalis Band Prince yang menjadi pusat perhatian mereka. Dia adalah Iqbaal Dhiafakhri, wajahnya sangat mempesona di kalangan gadis-gadis. Dengan rambut menutupi dahinya juga tatapan dinginnya membuat itu tampak misterius. Membuat banyak wanita ingin mendekati dirinya.

Bastian Bintang sebagai drummer dari Prince. Laki-laki berambut cokelat gelapnya itu memiliki daya tarik yang tidak kalahnya dengan Iqbaal. Kalau urusan meluluhkan hati wanita, Bastian adalah orang yang ahli melakukannya. Kiki, dia gitaris dari Prince. Pemilik mata sipit itu juga disukai banyak orang karena sifatnya yang ramah.

Iqbaal mengeratkan microphone lebih erat memejamkan matanya. Mulai melantunkan lagu yang memiliki arti mendalam.

I remember the day you told me you were leaving

I remember the make-up running down your face

And the dreams you left behind you didn't need them

Like every single wish we ever made

I wish that I could wake up withamnesia

And forget about the stupid little things

Like the way it felt to fall asleep next to you

And the memories I never can escape

'Cause I'm not fine at all

Lagu itu mewakili perasaannya saat ini. Andai Iqbaal terbangun dengan Amnesia. Melupakan kebersamaannya yang pernah ia lakukan bersama (namakamu). Melupakan kenangannya yang tidak bisa lepas darinya.

Mereka bertiga membungkukkan badannya sebelum meninggalkan panggung. Tak lupa juga menebarkan senyum mereka masing-masing tapi tidak dengan Iqbaal. Pria itu langsung berlalu setelah meletakkan microphonenya.

"Lo kebiasaan Baal, main tinggal aja." Ucap Bastian.

Mereka kini berasa dibelakang panggung duduk di sofa memanjang yang memang disediakan untuk penyanyi Cafe.

"Maklumin ajalah Bas, Iqbaal kan emang gitu." Kata Kiki ikut menimpali.

Sementara yang menjadi topik pembicaraan hanya memandang kosong ke depan.

Bastian tahu kalau sahabatnya itu pasti memikirkan hal yang berat.

Bastian merangkul pundak Iqbaal yang kebetulan duduk disampingnya. "Lo kenapa Baal? daritadi gue perhatiin kayak ada masalah gitu, lo tahu kan Baal kalau kapanpun lo butuh bantuan, kita siap bantu lo."

"Betul kata Babas, lo bisa cerita sama kita apa yang terjadi sama lo." Kata Kiki.

"Gue gak kenapa-napa Bas, Ki." Iqbaal bangkit dari duduknya lalu mengambil jaketnya yang ia letakkan di atas meja. "Gue balik Bro, bayaran gue lo pegang dulu Bas." Iqbaal menepuk pundak kedua sahabatnya kemudian melangkah keluar dari ruangan.

"Terkadang gue heran sama Iqbaal dia selalu memendam masalahnya sendirian." Bastian menatap pintu yang sudah ditutup oleh Iqbaal tadi.

"Menurut gue, Iqbaal itu tidak pernah mau menyusahkan kita. Disaat kita punya masalah dia pasti ada buat kita. Selama ini, Iqbaal selalu membantu gue maupun lo kalau lagi dalam kesusahan.Gue pengen balas kebaikan dia tapi lo tahu sendirikan Iqbaal gak suka dikasih imbalan apapun."

"Kita beruntung Ki, punya sahabat kayak Iqbaal." Ujar Bastian yang langsung dibenarkan oleh Kiki

**

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang