Part 8

3.1K 256 1
                                    

Aldi memasukkan bola basketnya ke dalam loker sambil bersiul. Hari ini dia tidak akan latihan. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk membolos latihan sesering mungkin selama (namakamu) di Indonesia. Aldi tidak ingin membuang waktu sedetik pun. Sudah cukup lama waktu terbuang dan sekarang, Aldi akan menebusnya.

"Di, bentar jam tiga ya!" Seru Karel, teman setimnya.

"Sori Rel, gue gak bisa," kata Aldi gagal menyembunyikan senyum lebarnya. "Gue juga nanti bakalan jarang latihan. Ada hal yang lebih penting."

Karel mengernyitkan dahi. "Lo becanda, kan? Bentar lagi ada turnamen, Di! Lo mau tempat lo digantiin sama Bryan?"

"Bodo amat," tukas Aldi sambil menutup lokernya. "Masih banyak turnamen lain.Yang ini gue udah nunggu selama sepulu tahun. Gue nggak akan ninggalin dia cuma gara-gara turnamen."

"Apaan sih? Sampe lo bisa-bisanya nyerahin posisi lo buat Bryan?"

"Seseorang" Aldi kembali tersenyum membayangkan (namakamu). "Seseorang yang lebih berharga dari apapun di dunia ini bahkan medali MVP."

Karel hanya menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Aldi yang sekarang telah menerawang jauh dengan ekspresi bahagia.

**

"Sini (namakamu) bantu, bun." (Namakamu) mengambil bawang lalu mulai mengupasnya.Di sampingnya, Rike sedang memasak makanan untuk makan siang.

"Wah, kamu bisa ngupas bawang juga?" tanya Rike.

"Ya bisalah, Bun. Aku kan masih orang indonesia juga" jawab (namakamu) membuat Rike tertawa.

"Bahasa indonesia kamu juga bagus banget padahal waktu kamu pindah ke Amerika kan masih kecil," kata Rike.

"Aku selama di rumah selalu pake bahasa indonesia, Bun."

Rike mengangguk-angguk mengerti. Selama beberapa menit kemudian, mereka berdua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Namun akhirnya, (namakamu) tidak tahan untuk tidak bertanya tentang Iqbaal.

"Bund, Iqbaal kuliahnya di jurusan apa?" Tanya (namakamu). Kalau ia menayakannya pada Iqbaal langsung pasti laki-laki itu tidak menjawabnya.

Untuk sesaat Rike berhenti mengaduk masakannya. Berusaha mengingat-ngingat yang ada di fikirannya.

"Nghh, Manajemen? Eh itu sih Aldi." Rike menggaruk kepalanya yang tak gatal.

(Namakamu) menatap heran pada Rike. "Jadi?"

"Emm.. kamu tanya Iqbaalnya aja ya, soalnya bunda lupa." Kata Rike lalu kembali mengaduk supnya.

(Namakamu) mengerutkan keningnya. Merasa ada yang salah. Memangnga ada ya? Seorang ibu yang tidak tau tentang anaknya. (Namakamu) tidak mau berfikir panjang mungkin Rike benar-benar lupa.

Setelah beberapa menit lamanya Bunda dan (namakamu), selesai menyiapkan makan malam. Bunda  sudah menyuruh (namakamu) untuk ke kamarnya saja bersitirahat tapi gadis itu tetap ingin membantunya hingga selesai.

Bersamaan makanan telah  dihidangkan di atas meja. Herry dan Aldi menarik kursi dan duduk di ruang makan. Beberapa saat Iqbaal juga ikut duduk di hadapan Aldi tepatnya ia duduk di samping kursi (namakamu).

Rike mengukir senyum kala Iqbaal tidak seperti biasanya. Anak itu pasti selalu dipanggil dulu baru mau ikut makan bersama. Tetapi hari ini Iqbaal sedikit berbeda. Rike tidak mau  ambil pusing ia juga ikut duduk didekat suaminya dengan senyum merekah.

"Gimana udah dapat yang dicari, (namakamu)?" Tanya Herry setelah meminum air putih.

"Sudah, Om." Jawab (namakamu) dengan senyum lebarnya.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang