Part 15

2.9K 229 0
                                    


Pelangi- Hivi

.

Iqbaal memulai paginya dengan melakukan sarapan di meja makan yang terbuat dari kayu jati dan diatasnya dilapisi kaca bening. Semuanya (namakamu) yang menyiapkan bahkan bajunya juga disiapkan oleh (namakamu).

"Aldi kemana kok belum turun?" Tanya (namakamu) menyerahkan Iqbaal setangkup roti yang sudah berisikan selai cokelat.

"Lagi mandi," ujar Iqbaal kemudian mengunyah roti buatan (namakamu).

(Namakamu) hanya mengangguk paham lalu menuangkan susu di gelas Iqbaal. Laki-laki itu tersenyum terima kasih pada gadisnya.

Bunda dan Ayah belum juga pulang katanya mereka baru bisa pulang seminggu lagi. Keadaan Nenek belum membaik jadi mereka harus tinggal disana untuk beberapa hari lagi.

Aldi menggosok-gosokkan rambutnya dengan handuk kecil lalu berderap menuju meja makan. Ia mengalungkan handuk kecil itu dilehernya dan menarik kursi untuk duduk.

"Pagi" sapa Aldi dengan senyum ramahnya.

"Pagi juga, nih sarapan dulu." (Namakamu) menyodorkan piring yang berisi roti selai kacang diatasnya. Aldi memang lebih suka selai kacang daripada selai lainnya.

"Terima kasih,"

"Iya, habisin ya sarapannya." (Namakamu) memandang dua adik kakak itu bergantian. Untuk sesaat semuanya terasa normal. Hubungan Aldi memang belum membaik dengan Iqbaal. Tetapi ia merasa cukup melihat dua laki-laki yang ia sayangi itu duduk di meja makan yang sama.

"Kamu gak sarapan?" Tanya Aldi dan Iqbaal kompak sehingga keduanya saling  menoleh namun terlebih dahulu Iqbaal membuang pandangannya.

"Kalian bisa kompak gitu, aku udah sarapan tadi, kalian sih bangunnya lama banget."  (Namakamu) tertawa.

Keadaan berlangsung hening kedua laki-laki itu makan dalam diam. (Namakamu) sesekali memperbaiki perban ditangan Iqbaal akibat semalam. Ia juga sesekali tersenyum melihat wajah Iqbaal yang datar saat memakan rotinya. Untung saja tangan kirimya yang terluka jadi dia tidak perlu makan dengan tangan kiri.

"Aku ke atas dulu mau ganti baju soalnya." Ujar Aldi setelah meneguk susu vanila hingga tandas. Ia masih membiasakan dirinya untuk terbiasa melihat tatapan (namakamu) yang terus tertuju pada Iqbaal.

"Kamu ke kampus juga, Di?" Tanya (namakamu).

Aldi mengangguk. "Aku ada kuis jam setengah delapan," jawab Aldi.

"Jadi aku sendirian di rumah, boleh nggak aku ikut ke kampus kalian?" (Namakamu) memandang Iqbaal dan Aldi bergantian meminta persetujuan dari mereka.

"Boleh, boleh banget." Ujar Aldi antusias.

(Namakamu) tersenyum lebar kini tinggal ia meminta persetujuan dari Iqbaal. Laki-laki itu memberi respon dengan menganggukkan kepalanya.

"Oke! aku ganti aju dulu." Ujar (namakamu) melangkahkan kakinya ke lantai dua dimana kamar Iqbaal berada.

Hanya tersisa Aldi dan Iqbaal di meja makan. Aldi baru saja ingin berbicara namun Iqbaal sudah bersuara.

"Gue titip (namakamu) sama lo, gue gak mau dia naik bus." Ujar Iqbaal kemudian bangkit berdiri menyampirkan tasnya di bahu kiri.

**

(Namakamu) turun dari mobil Aldi saat pemilik mobil itu membukakan pintu untuknya. Ia tertawa kecil melihat perlakuan Aldi yang menurutnya berlebihan. Lihat saja orang-orang yang melintas sekarang tengah memandanginya intens. Hal itu membuat (namakamu) mengernyitkan dahinya bingung.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang