Part 10

3.1K 250 1
                                    

Aldi memandang (namakamu) dengan sorot matanya yang kecewa pada gadis itu. Seharusnya dari awal ia sudah sadar kalau (namakamu) tidak bisa ia miliki sepenuhnya. Tetapi Aldi berusaha meyakini dirinya kalau cintanya yang selama ini hanya untuk (namakamu) pasti akan terbalas. Namun nyatanya harapannya hanya sia-sia.

"Kenapa harus Iqbaal, (nam)?" Tanya Aldi dengan pertanyaan yang sama.

"Kamu gak pernah sekalipun liat aku. Kamu gak pernah mikirin perasaan aku selama ini hanya Iqbaal kan yang kamu pikirin?" Aldi melangkah mendekati gadis itu yang kini mengeratkan genggamannya pada payung bening di tangannya.

"Apa aku kurang pantas untuk kamu?" Lirih Aldi memandang (namakamu) tepat di kedua bola matanya.

(Namakamu) mengulas senyum kecil dan melangkah satu langkah lebih dekat dari Aldi. "Kamu adalah orang yang berharga di hidup aku. Tidak ada orang sebaik kamu yang aku kenal selama ini. Kamu sudah aku anggap sebagai kakak laki-laki ku. Kakak yang selalu membuat adiknya tersenyum." (Namakamu) menghembuskan nafasnya sebelum kembali berbicara. "Tapi maaf, di hati aku cuma ada Iqbaal. Aku mencintainya Aldi, sangat mencintainya." (Namakamu) kembali tersenyum ketika ia mengingat wajah Iqbaal.

"Kenapa aku gak bisa ada di hati kamu? Aku kurang apa (namakamu)?" Aldi mengenggam telapak tangan (namakamu) yang memegang satu payung. Seolah menyalurkan seluruh apa yang ia rasakan saat ini.

"Kamu memang lebih dari Iqbaal. Segalanya kamu punya. Aku tahu kamu kecewa kan? Ini pertama kalinya kamu kalah dari Iqbaal."

(Namakamu) melepas tangannya dari genggaman Aldi. Ia meletakkan payungnya di tangan Aldi. "Maaf aku gak bisa balas perasaan kamu. Maaf untuk kali ini aku buat kamu kecewa."

Aldi membuang payung itu membiarkan dirinya dan (namakamu) basah terkena air hujan yang mulai deras. Menatap mata (namakamu) membuatnya semakin sakit. Tidak ada rasa sakit ketika kita tidak bisa memiliki orang yang kita cintai. Rasanya seperti memeluk kaktus berduri. Semakin kamu memeluknya semakin sakit kamu rasakan. Tapi siapa yang bisa melawan cinta? Terkadang kita memanggap cinta itu kejam. Disaat yang bersamaan karena cinta juga bisa mematahkan hati kita.

"Kenapa harus dia? Kenapa harus kakak aku sendiri?" Aldi kembali bertanya namun ia lebih memilih menundukkan kepalanya.

(Namakamu) belum bersuara ia mengambil payung yang dilempar oleh Aldi kembali memayungi laki-laki itu.

"Karena Iqbaal adalah Iqbaal. Kalau bukan dia aku tidak akan mencintainya." Sekali lagi (namakamu) mengukir senyumnya meninggalkan Aldi yang meneteskan airmatanya untuk pertama kalinya pada gadis yang ia cintai. Ya, gadis yang ia sayangi sekaligus mematahkan hatinya.

Dihadapannya terlihat Iqbaal yang tiba-tiba datang memayungi (namakamu) dengan jaket milik laki-laki itu. Aldi bisa melihat pandangan (namakamu) ke kakaknya itu. Aldi sekarang tahu kalau (namakamu) tidak akan pernah memiliki perasaan yang sama.

**

"Kita kemana dulu, ya?" Kata (namakamu) senang.

Saat ini, Iqbaal dan (namakamu) sedang berada di mal. (namakamu) tadi menarik paksa Iqbaal keluar rumah. Iqbaal sendiri tidak menyukai mal dan hanya pernah beberapa kali saja ke mal seumur hidupnya.

Iqbaal berjalan tanpa semangat. (Namakamu) menatapnya bingung.

"Baal? Kamu baik-baik aja?" Tanyanya, dan Iqbaal mengangguk pelan tanpa suara.

(Namakamu) ikut mengangguk-angguk tapi tampak bimbang. Mereka kembali berjalan, beberapa pasang melewati mereka sambil bergandengan mesra. (Namakamu) memandang mereka iri.

"Baal? Kamu tau? Biasanya kalo ke mal cowok ngegandeng tangan ceweknya, lho," kata (namakamu).

"Oh ya?" Tanya Iqbaal sambil memperhatikan beberapa pasangan yang lewat tanpa mengeluarkan kedua tangannya dari saku celananya.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang