Lo kayak hujan yang bikin manusia menikmatinya tanpa sadar hujan itu semu
...
Valerie tak bisa menahan senyumnya ketika ia melihat Gery memperhatikannya bermain basket dari ambang pintu.
Seperti biasa Valerie selalu saja menghabiskan waktunya untuk bermain basket berlama lama. Entah baginya basket merupakan segalanya.
Ya, ia mencintai basket."Main basket mulu kaki lo injury loh." Ucap Gery yang akhirnya berjalan ke arah Valerie diiringi dengan tawanya saat ia membuka percakapan.
"Kaki gue udah kuat tersakiti." Ucap Valerie berlari mendrible bola ditangannya. Ia melompat dan sukses mencetak poin dengan mulus.
"Kaki aja kuat, apalagi hati ya ler?" Ledek Gery memebuat Valerie melotot kesal dan mendengus sebal.
"Shut the fck up." Ketus Valerie melempar bola basket sekencang mungkin ke muka Gery. Namun dengan sigap ia menangkap bola itu dan mengangkat satu alisnya.
Mungkin ini yang dinamakan bakat laki laki.
"Lo kurang jago untuk melukai gue pler." Ucap Gery polos secara terang terangan membuat Valerie semakin membulatkan matanya dan bersiap untuk menyemprot Gery.
Semakin hari Valerie dan Gery sudah terlampau dekat. Mereka sering berbincang mengenai hal apapun itu. Namun sampai detik ini Gery belum berani menyatakan perasaanya.
Bukan belum. Ia hanya tidak bisa. Valerie memang benar benar sulit di tebak. Ia kerap membuat Gery nyaman. Namun di satu sisi rasanya Gery ingin berteriak dengan sifat menyebalkan Valerie.
Dan Gery tau pasti Valerie membuat buat sikap menyebalkannya itu.
Gery berlari membawa bola di tangannya bersiap untuk melompat dan mencetak angka dari lemparannya.
BRAK.
Valerie segera berlari setelah melihat bagaimana Gery terjatuh karena labtai yang licin. Oke, mungkin seharusnya ini tidak terlalu licin.
Namun apa jadinya bila seseorang mengenakan sepatu futsal di lapangan basket dan bersiap melompat.
"Yang sakit mana?" Tanya Valerie membantu Gery mencopot sepatu dan kaus kakinya.
"Engk- AW!" Kata kata Gery terpotong saat Valerie menekan bagian tulang pergelangan kaki.
"Sorry maaf gue ga tau maaf beneran." Ringis Valerie merasa bersalah. Ia menumpuk tasnya dan tas Gery lalu menaruh kaki Gery di atasnya.
"Sialan, nyesel gue main basket." Lirih Gery pelan karena ia menahan sakit di kakinya.
"Lo sih gaya gayaan." Ucap Valerie memberikan minuman pada Gery yang kini berbaring di lantai lapangan.
"Aduh gue pulang nebeng lagi sialan." Gerutu Gery merogoh handphonenya mencoba mencari kontak seseorang.
"Bagus lah kalau nebeng. Kalau lo naik sendiri kan susah."
"Iya kalau pake mobil. Kalau pake motor kan susah ler."
Kata kata Gery rasanya membuat Valerie ingin menyemprotnya dan menginjak kakinya agar ia bungkam tidak memanggilnya ler.
Namun ini adalah seorang Gery Andika, sosok yang disukai Valerie atau bahkan disayangi sejak ia awal kelas 10. Ia tidak mungkin melakukan hal sekasar itu.
"Ger untung kaki lo engkel. Kalau engga muka lo udah gue lempar pake basket." Gerutu Valerie spontan membuat Gery tertawa menampilkan cengiran khasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
Teen FictionApakah tuhan memang menciptakan ekspektasi dan mimpi agar manusia mengerti bahwa, kenyataan tak pernah berbanding lurus? Tuhan itu jahat atau baik sih? Ia tak pernah mengerti. Rasanya ingin hidup jauh lebih lama dari yang ia pikirkan. Namun ia meng...