11: Kandas

322 15 1
                                    

Konsentrasinya hilang ditelan depresi yang sedang melandanya.

...

Farel menghela nafasnya grogi saat ia berjalan ke arah Farah. Sungguh, baginya pikiran Gery masih tidak masuk akal. Ia pikir Gery akan menyuruhnya menjauhi Farah dan pergi menghilang dari hidup anak perempuan itu.

Kini ia berada di depan kelasnya. Tak melakukan satupun hal yang cukup berarti untuk kehidupan (ah ini terlalu berlebihan) dan memainkan tali hoodienya yang menggantung di sisi kanan dan kiri lehernya.

Entah bagaimana Gery tak masuk hari ini. Ia memberikan pesan pada Farel bahwa ia harus menemani Mika ke rumah sakit. Gery juga menyampaikan di sekolah Aldi tak hadir juga karena menemaninya ke rumah sakit.

Mengingat mereka berdua yang memiliki hubungan baik, Farel tersenyum miris. Biasanya Farel akan mengganggu keduanya dan ikut bolos sekolah.

"Bro rokok?" Tawaran Gilang mengagetkan Farel membuat laki laki itu menoleh dan menggeleng cepat.

"Sinting lo ngerokok di sekolah." Sinis Farel membuat Gilang tertawa dan mengantongi rokoknya.

"Maksud gue mau ikut gue ngerokok di warung ga?" Ulang Gilang memperjelas ucapan Farel membuat laki laki itu membulatkan mulutnya.

"Engga gue lagi ga mau ngerokok." Tolak Farel mengingat dua minggu lagi ia harus berangkat ke Gorontalo untuk bertanding karate. Ia tak mau paru parunya tak terjaga dan sesuatu yang buruk menimpanya.

Seperti ia tak jadi membanting lawannya hanya karena kehabisan pasokan oksigen walau hanya berlangsung sebentar.

Farel menoleh mencari keberadaan Gilang dan mengerutkan alisnya saat melihat Gilang sudah berada di pinggir lapangan untuk menghampiri temannya. Bukannya Gilang baru saja di sebelahnya?

Akhir akhir ini Farel juga menyadari ia terlalu banyak melamun dan sering terkejut bila ada seseorang yang mengajaknya berbicara. Konsentrasinya hilang ditelan depresi yang sedang melandanya.

Apaan si kok gue jadi bahas ginian? Perasaan tadi gue mau nyamperin Farah deh. Batin Farel dalam hati.

"ABY KAMU KENAPA SIH KOK DI KELAS MULU?!"

Welcome to the the hell Aby.

"Gapapa aku lagi males." Ucap Farel singkat walaupun hatinya masih dongkol dengan kedatangan Aster.

"Kamu tuh ga boleh gitu! Kamu harus jalan jalan buat nunjukin who is the real couple di sini. Jangan mau kalah sama Gery sama Valerie." Paksa Aster seketika menimbulkan kerutan di dahi Farel.

"Jalan jalan? Buat apa?"

"Biar aku banyak di kenal orang sayang. Kamu tuh harus bikin pacar kamu popularitasnya naik jadi aku bisa nguasain sekolah kayak kamu nguasain sekolah."

Mendengar perkataan Aster, raut tak suka nampak dari wajah Farel. Ia menatap Aster tidak suka dan hal itu entah mengapa membuat Aster merasa terancam.

"Lo mau nguasain sekolah? Pacaran aja sono sama Pak Arman. Lo pikir jadi posisi lo susah? Gampang woi. Cuman mainan yang kalau bosen dibuang? murah. Mendingan sono lo pacaran ama Gilang." Ketus Farel dengan pandangannya yang masih menyipit tajam. Suaranya terdemgar kencang seakan mengumumkan kabar mengenai ia dan Aster bertengkar merupakan hal baik.

"Aby tenang du-"

"Ga usah panggil gue Aby. Gue bukan pacar lo lagi." Potong Farel cepat dengan kata katanya yang seakan tidak bisa dibantah oleh satupun orang di dunia ini.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang