25: Bencana

8 0 0
                                    

Apakah tuhan memang menciptakan ekspektasi dan mimpi agar manusia mengerti bahwa, kenyataan tak pernah berbanding lurus?

...

Buagh

Suara kaki yang beradu dengan samsak terdengar dengan jelas di ruangan persegi beralaskan matras ini. Peluh keringatnya yang menetes tak menghalanginya untuk berhenti menendang samsak.

Dia Abyan Gefarel, laki laki yang tiga bulan lagi akan ke Jepang tanpa disangka sangka berkat bakat alaminya karate. Tapi tak ada satupun yang mengetahui mengenai dirinya yang akan pergi ke Jepang.

Tubuhnya memang disitu menendang samsak dengan sekuat tenaga hingga menimbulkan suara yang menggelegar. Tapi jiwanya? Entah kemana ia sendiri juga tak yakin.

Perasaannya akhir akhir ini sangat campur aduk. Harusnya ia senang karatenya yang rutin ia lakukan akhirnya berbuah hasil. Namun fakta itu malah membuatnya murung.

Mengetahui ia tak tahu mau bercerita dengan siapa mengenai kunjungannya ke Jepang ini. Mengetahui siapa yang akan membantunya bersiap siap dan siapa yang akan melepasnya. Mengetahui tak ada yang peduli.

Ia marah, sangat marah dengan semuanya. Farel marah dengan Andin yang dengan teganya menghancurkan kepercayaan Farah sebagai orang yang ia sayangi. Sebagai orang hang dijadikannya temoat bersandar.

Andai Andin bukan perempuan, pasti Farel sudah membanting Andin sama seperti yang ia lakukan di Gorontalo. Namun nyatanya ia hanya mampu mengerahkan kekuatannya sampai melempar gelas.

Kemarin sebuah hatinya yang memang sudah rapuh kembali hancur berkeping keping. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa temannya, Aldi memeluk Farah dengan eratnya. Ia mengusap punggung Farah dan memberikan kenyamanan untuk Farah.

Seharusnya yang melakukan itu adalah Farel. Yang seharusnya memberi kenyamanan dan ketenangan adalah dirinya. Yang seharusnya melindungi Farah adalah dirinya. Yang seharusnya dijadikan sandaran adalah dirinya.

Farel lupa betapa dekatnya Farah dan sahabatnya itu. Atau sekarang mantan sahabat? Ia tak yakin setelah Farah bercerita semuanya pada Aldi, hubungan mereka akan baik baik saja.

Ia marah pada semua orang. Semua yang sudah salah memahami dirinya bahkan Farah sekalipun. Tapi ia paling marah dengan satu sosok. Bukanlah Andin atau Aldi atau Farah.

Ia marah pada dirinya. Dirinya yang egois dan selalu saja dibawah. Dirinya yang tak pernah diinginkan oleh satu sosokpun di dunia ini. Dirinya yang seharusnya tak ada.

BUAGH

Untuk yang terakhir, Farel benar benar menendang samsaknya denhan kencang. Ia kemudian duduk di pinggir matras dan melepas dogi karatenya menyisakan kaos hitam dengan logo superman di tengahnya.

Farel bersandar pada dinding dan menekuk kedua kakinya. Ia menyilangkan tangannya di taruh diatas lutut dan memendam kepalanya di atas tangan. Sungguh ini membuatnya frustasi.

Last time when you hurt my heart i forgive you. But for this time i don't know what to do. You've often hurt me and now you really broke my heart.

Kata kata Farah memang terasa sangat benar. Ia terlalu sering melukai Farah. Ini sudah kesekian kalinya dan bukan tidak mungkin bagi perempuan itu bila ingin menyerah.

Bertahan disandingkan dengan pria sepertinya memang tak mudah. Farel bukan pribadi yang mudah ditebak dan berada dalam jangkauan. Bahkan terkadang Farel merasa dirinya memang sulit dikendalikan.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang