Masalah itu sebagai api, laki laki itu sebagai minyak, perempuan itu ssbagai bara. Cukup api dengan minyak, jangan di tambah bara atau api akan semakin besar.
...
Valerie memantulkan bola basket yang ada di tangannya dan berlari kesana kemari seolah di depannya terdapat musuh. Keringat sudah menetes dari keningnya dan ia sudah terus terusan disini dari pulang sekolah.
Ya sebenarnya baru setengah jam yang lalu. Tapi bagaimana bila ia melakukan ini tanpa berhenti sekalipun?
Ya itu yang terjadi pada Valerie.
Ia meloncat tinggi memasukan bola ke dalam ring menimbulkan bunyi yang cukup membuat semua orang menoleh padanya. Pasalnya ia berhasil melakukan slam dunk, teknik yang terlampau susah.
Beruntung Valerie merupakan kapten dan ia juga seorang anggota basket dengan kemampuan mencetak angka yang tak dapat di ragukan. Semua orang akan lebih memilih diam ketimbang mengomeli Valerie karena menguasai lapangan.
"Val."
Mendengar seseorang memanggilnya ia melihat Tara wakilnya. Perempuan dengan tubuh yang kurus walaupun tidak terlalu dan lumayan tinggi. Dengan kulit coklat dan mata besarnya membuatnya tampak galak. Namun lesung pipit yang begitu mencolok membuatnya terlihat sangat manis bila tersenyum.
"Gue tau lo lagi asik dengan teknik keren lo itu. Tapi kelas sepuluh harus latihan buat kejuaraan nasional nanti." Ucap Tara dan jarinya yang menunjuk kebelakang tempat junior mereka masih terkesima dengan permainan Valerie.
"Kita kan juga ada kejurnas tar?" Tanya Valerie walau sebenarnya ia berkata dengan nada yang memberitahu bahwa ia harus latihan sekarang juga.
"Iya tapi kan mereka masih for the first time. Kita udah sering main juga. Mereka perlu dilatih." Jawab Tara tak setuju dengan keinginan Valerie untuk membiarkannya bermain basket di sini.
"Ya kalau mereka jago, jago ajalah. Ga ada kata rajin atau engga latihan. Kalau mereka emang udah niat menang kejurnas harusnya mereka latihan sendiri." Ucap Valerie meninggikan intonasi suaranya membuat seluruh anak basket yang sedang berdiri menatap Valerie kaget.
Terutama beberapa kelas sepuluh yang langsung merasa ketakutan. Bagaimana jika Valerie berkata permainan mereka tak sebagus yang diinginkan.
Sedangkan Tara melipat kedua tangan didepan dadanya menatap Valerie datar seakan menyuruh Valerie segera sadar dari mimpi lucunya itu.
Merasa suasana berubah, Valerie menghela nafas dan memejamkan matanya selama beberapa saat. Ia kembali membuka matanya dan menatap anak anak kelas sepuluh yang tampaknya swdikit ketakutan disini.
"Yaudah ayo pemanasan." Ucap Valerie melempar bolanya ke dalam keranjang bola di sudut ruangan.
"Lo duduk aja. Gue yang latih mereka." Ucap Tara berjalan ke aeah Valerie dan menepuk bahunya pelan.
"Kok gitu?"
"Semuanya juga tau lo sama temen lo lagi musuhan. Lo jadiin bssket pelampiasan kan?" Ucap Tara tersenyum jahil dan menepuk pundak Valerie pelan.
Valerie tersenyum miris dan berjalan ke arah tribune untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya.
Terutama pikirannya. Menjalani lima tahun bersama sama dengan ketiga temannya merupakan kebahagiaan yang sangat ia syukuri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
Teen FictionApakah tuhan memang menciptakan ekspektasi dan mimpi agar manusia mengerti bahwa, kenyataan tak pernah berbanding lurus? Tuhan itu jahat atau baik sih? Ia tak pernah mengerti. Rasanya ingin hidup jauh lebih lama dari yang ia pikirkan. Namun ia meng...