30: Hujan

10 0 0
                                    

Sayangnya tuhan hanya membisu membiarkan remaja berumur tujuh belas tahun itu tersesat.

...

Lagi dan lagi ibu kota negara Indonesia diguyur hujan. Menghambat aktivitas dan menghantikan perang sunyi antara manusia dengan panas matahari.

Namun hujan menciptakan perang baru dengan manusia. Manusiakan yang egois? Iya, manusia egois.

Itulah yang dirasakan perempuan berumur enam belas tahun yang kini duduk di koridor depan kelas sendiri. Mencoba menenangkan dirinya lewat hujan yang menyapanya lembut.

Sudah dua minggu semenjak kepergian Gery. Semuanya menjadi tak sama lagi seperti dulu. Hawa hawa asing sering menyelimutinya dan berujung dengan tangis.

Senja tak lagi ada semenjak dua minggu yang lalu. Hanya ada langit kelabu atau rintikan hujan seakan angkasa sedih tiap kali senja datang. Padahal ini bulan Juni, waktunya musim kemarau.

Kenapa hujan?

Murid Garuda Putih mulai pulih dari kesedihan akan kehilangan Gery. Seperti anggota futsal yang mulai mengikuti lomba penting dan mati matian memenangkannya demi Gery.

Seperti warga kelasnya yang sudah terbiasa dengan bangku kosong di sudut belakang. Seperti gurunya yang tak pernah mengabsen pemuda pencari masalah dikelasnya.

Namun tak semua pulih. Mulai dari Mika, ia sekarang tidur di kamar Gery untuk mengobati kerinduan pada kakak satu satunya. Ia memang baru kelas dua sekolah dasar. Namun ia entah bagaimana mulai membaca buku buku anatomi manusia atau riset dokter ternama.

Aldi terdiam setiap saat dan sangat jarang membuka mulutnya dimanapun. Melaksanakan aktivitasnya seakan tak ada apa apa namun ia menjadi jauh lebih pendiam. Tak ada yang mengerti hampir setiap malam Aldi membuka album dirinya dan Gery saat masih kecil hingga menangis.

Tak masalahkan laki laki menangis? Aldi yakin tak apa. Kalaupun ada yang keberatan ia tak akan peduli.

Valerie yang terlihat paling tersayat. Tidak, bahkan ia terlihat terlalu baik baik saja. Tersenyum dimana mana dan tertawa setiap saat. Namun ia tidak berhasil menyembunyikan satu hal.

Saat sendiri ia mulai berhayal dan melamun. Berakhir dengan tangis dan senyum yang tipis. Atau di malam hari ia tak mau tidur dan menangis. Saat pagi datang matanya berubah menjadi bengkak dan terdapat lingkar hitam.

Dan kini dirinya. Harusnya ia tak seterpuruk ini seperti Anya yang membantu orang orang disekitarnya untuk bangkit. Namun mengetahui penyebab kematian Gery tentu saja ia begitu terpuruk.

Bagaimana tidak?

Beribu penyesalan bersarang di dalam dirinya dan hari demi hari sarang itu semakin besar.

Kenapa ia tak larang Aldi bertengkar?

Kenapa ia mendekati Farel?

Kenapa dulu ia tak menuruti kata temannya saja?

Dan beribu spekulasi lainnya.

Apalagi keadaan disekitarnya tak kunjung membaik. Seperti Aldi yabg berubah menjadi pendiam dan kaku. Seperti Valerie yang nampak begitu terluka dalam sudut pandangnya. Dan seperti Farel.

Kenyataan kian memburuk ketika Farel tak hadir di sekolah semenjak Gery kritis. Terakhir ia bertemu Farel di sekolah selang beberapa hari setelah mereka bertengkar. Namun tak ada ucapan atau kata yang tersampaikan.

Bahkan bertemu dengan matanyapun tidak.

Farah kecewa, tentu. Farel tak hadir ketika pemakaman Gery. Ia juga menghilang dan kabarnya makin dilertanyakan. Sampai akhirnya angin membawa kabar bahwa Farel tengah mengundurkan diri dari Garuda Putih.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang