05: Menang atau Kalah

278 18 0
                                    

Padahal dalam setiap perlombaan tak pernah ada dua pemenang. Namun selalu disediakan tempat yang banyak untuk orang yang kalah.

...

Sudah dua minggu semenjak Farah menjadi semakin dekat dengan Farel. Entah bagaimana bisa mereka sering bertemu hanya untuk sekedar berbuncang sampai menyantap sarapan bersama.

Tak ada yang tahu, bila mereka berdua sama sama berfikir keduanya telah masuk dalam perangkap mereka. Mereka sama sama berfikir bahwa mereka menang, padahal dalam setiap perlombaan tak pernah ada dua pemenang. Namun selalu disediakan tempat yang banyak untuk orang yang kalah.

Farah mengetuk ngetuk pulpennya di meja sambil bergumam tidak jelas. Hari ini Aldi tidak bisa masuk. Kata Gery ia sakit panas.

Perempuan ini sekali kali melirik papan tulis berhembus pelan dan akhirnya menulis catatan. Namun tak jarang ia malah melamun memperhatikan lapangan.

Terdapat Farel disana, dengan baju kemeja putih dan celana merah kotak kotak khas Garuda Putih, ia menendang bola dan mencetak angka dengan mulus.

Seperti biasa, bajunya dikeluarkan membuat kaos hitam polosnya terlihat. Keringatnya menetes dan mengalir di kening. Sesekali ia menyekanya dan melanjutkan permainan.

Rambut hitam kecoklatannya dibiarkan tak tertata dan nampak basah karena berkeringat. Jelas sekali sekarang ini Farel sedang membolos pelajaran.

Tiba tiba seorang guru buncit berjalan menuju lapangan dengan kumis tebalnya. Kumisnya bergerak seiring dengan mulutnya yang terbuka.

Farel dan teman temannya yang asik bermain basket langsung berlari kabur dari sang guru. Lalu si kumis berlari mengejar Farel. Namun kelambatannya tak mampu mengejar Farel.

Dari atas Farah terkekeh sendiri. Pemandangan Pak Gendi sang guru kumis yang lari bukan lah pemandangan yang langka di Garuda Putih.

Namun untuk pertama kalinya Farah memperhatikan mereka. Biasanya ia sibuk dengan Aldi atau catatan. Kalau ada Aldi ia pasti tidak memperhatikan hal hal seperti ini.

"Oke itu tugas kalian untuk di rumah selamat siang." Farah segera memasukkan buku bukunya kedalam tas dan menyelonong keluar tanpa salim.

Farah termasuk deretan anak anak yang diincar guru bk. Kelakuannya yang memang membuat guru geram namun ia seringkali memutar otaknya hingga dalam catatan bk hanya ada satu pelanggaran yang dibuatnya.

"Eh eh masuk masuk eh sembunyiin gue!" Teriakan dan tarikan Farel langsung membuat Farah terhuyung dan masuk kembali ke dalam kelasnya.

Satu kelas menatap mereka bingung namun bersikap tak peduli dan segera keluar kelas. Tangan kanan Farah masih digenggam erat oleh tangan Farel yang terasa basah dan berkeringat.

Setelah kelas sepi Farah bisa mendengar jelas Farel yang terengah engah dan berusaha menstabilkan nafasnya. Keringat yang bercucuran di sekitar wajahnya membuat Far tampak lebih, tampan.

Enggak. Enggak. Apaan sih cowo tebar pesona najis mati lo besok. Batin Farah mengusir bayang bayang mengenai Farel di otaknya.

"Ya ampun sumpah gue berasa mau mati. Sialan emang Gendi." Gerutu Farel melepaskan genggamannya pada tangan Farah.

"Lah bukannya dia ga akan kuat lari ngejar lo?" Tanya Farah menaikan sebelah alisnya bingung. Barusan ia lihat sendiri Pak Gendi yang terengah saat mengejar Farel dan teman temannya.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang