29: Pemakaman

14 0 0
                                    

Maaf saya sudah korbankan bidak ratu saya yang berharga untuk melindungi sang pion dari banyak bidak.

...

Sekarang ini, seharusnya senja terjadi. Namun langit kemerahan dan keunguan sepertinya terhalang oleh awan gelap pertanda akan turun hujan.

Rintikan hujan turun dengan lembut dan secara ringan, mengguyur Jakarta sore ini. Membuat sekumpulan orang berpakaian serba hitam membuka payung untuk melindungi kepala mereka dari rintikan hujan.

Namun ada juga beberapa yang acuh tak mempedulikan turunnya hujan. Perasaan mereka sudah begitu kelabu hingga hujanpun tak bisa mengganggu mereka yang sedang berkabung.

Suara suara tangisan diselipan doa pada sore hari menjadi samar dengan hujan yang turun. Disitu berdiri perempuan yang telah ditinggal oleh kekasihnya menuju alam baka.

Berdiri dengan pakaian hitam dan selendang hitam yang terselampir di kepalanya. Matanya memerah terasa sakit dan tak kuat untuk menangis lagi, namun air mata masih membludak keluar dari matanya.

Ia memeluk Mika dari belakang yang masih menangis meraung raung melihat kakaknya ditimbun begitu saja dengan tanah. Namun dengan pelukan Valerie, Mika lebih tenang dari sebelumnya.

Vani, mama Gery tak mengikuti pemakaman dengan baik. Di tengah pemakaman, Vani tumbang dan segera di bawa masuk ke mobil.

Sahabat kecilnya, Aldi menangis dalam pelukan Farah yang juga menangis. Aldi masih sulit untuk merelakan kepergian Gery yang terasa begitu cepat.

Tubuhnya bergetar walau ia tak menangis hebat. Ingatan memori masa kecilnya terus terputar semenjak kemarin sore saat Gery menghembuskan nafas terakhirnya dengan penuh perjuangan.

Anya berdiri di sebelah Valerie menepuk nepuk pundak Valerie dengan keadaan sesenggukan. Pada faktanya tak ada yang tak berkabung untuk hari ini.

Pemkaman ramai, bukan ramai dalam artian meriah. Murid Garuda Putih berbondong bondong menghadiri pemakaman hari ini terutama angkatan mereka sendiri.

Semuanya hadir, bahkan Andin dan Aster. Di akhir pemakaman mereka mengucapkan turut berduka cita pada Valerie.

Gery baik, Valerie yakin semua orang tahu itu. Sikapnya hangat dan cenderung mudah bergaul. Walau tak dipungkiri masalah perempuan, Gery memang si tuan sarkas tak berperasaan.

Itu mengapa banyak yang mengunjungi makam Gery hari ini. Valerie hanya bisa mengangguk atau menggeleng saat ada yang bertanya sesuatu padanya. Suaranya tercekat di tenggorokan tak mampu berkata kata.

Hari ini adalah hari ulang tahun Mika adiknya. Mengingat hal itu membuat memori pemakaman Mika terulang di memorinya. Ia terdiam menangis berusaha membangun benteng sendiri pada orang orang yang berusaha mendekatinya.

Senja hari ini pudar, bahkan cenderung menghilang. Sedikit kekecewaan terselip di hati perempuan itu mengetahui senja tak seindah kemarin. Bahkan senja tak hadir hari ini.

Bicara tak hadir, sejujurnya sedari tadi Farah mencari cari sosok yang seharusnya hadir di sini. Ikut menangis bersama yang lain sebagai sahabat dan berkabung bersamanya.

Sahabat Gery, Abyan Gefarel tidak menghadiri pemakaman sore ini. Tak nampak batang hidungnya sekalipun di sini. Kata sebagian anak Garuda Putih, Farel tak masuk sekolah hari ini.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang