28: Senja

21 0 0
                                    

Playlist;
All I Want - Kodaline
Kasih Jangan Kau Pergi - Yura Yunita
Purpose - Justin Bieber

Ia sungguh merupakan titisan senja bagi perempuan itu. Sungguh sangat indah dipandang dan memunculkan rasa ingin memiliki. Namun senja tak bisa dimiliki, ia milik banyak orang. Namun senja hanya datang sekilas dan menghilang.

...

Perasaan tak menentu memasuki relung hati perempuan ini. Langkahnya mengarah sesuai pada kamar yang diberitahukan Aldi kemarin malam.

Langkahnya terseok seok lemah dan ragu pada apa yang akan ia hadapi nanti. Apalagi sejujurnya, ia trauma dengan bau obat obatan yang sangat menyeruak ini.

Ingatannya terlempar saat ia lari menyusuri koridor rumah sakit dengan air mata yang terus berlinang setelah mendengar kabar Mika pergi. Masih saja ia ingat bagaimana situasi saat itu.

Ia pergi menghiraukan ayahnya yang terbaring lemah tanpa menghembuskan nafas di ranjang sebelah Muka. Rasa penyesalan itu masih ada.

Mayat ibunya tak kunjung di temukan sampai setahun kemudian. Dan ia tak melihat jenazah ayahnya pada saat saat terakhir.

Untuk yang kali ini tak akan disia-siakannya kesempatan terakhir bertemu dengan Gery. Tidak, dalam dirinya ia berusaha menampik kenyataan mengenai Gery yang akan pergi sebentar lagi.

Namun ia munafik bila berkata kekasihnya itu akan tetap bertahan.

"Ler, jangan bengong mulu." Ucap Anya menepuk pundak Valerie agar ia tersadar dari lamunannya.

Valerie menoleh menunjukan senyum sekenanya. Bahkan itu sama sekali bukan senyum. Hanya lengkungan bibir ke atas tanpa perasaan bahagia di dalamnya.

"Gery ga sabar loh ketemu lo." Hibur Farah menyampaikan kata kata yang disampaikan oleh Aldi.

Yang Valerie tahu, Gery memang berkondisi lemah namun masih terlihat baik dan berkemungkinan untuk sembuh. Dengan senyum yang masih bisa ia tebarkan kepada siapa saja seperti dulu.

Hanya itu yang Valerie tahu. Ia sama sekali tak tahu, kondisi Gery semakin lemah dari hari ke hari. Dengan wajah pucat dan tubuh yang kian mengurus. Dan yang bisa ia keluarkan dari mulutnya hanyalah kata kata lemah dan senyum yang sangat tipis.

Tiap malam, Gery akan terbangun dan penyakitnya mulai bereaksi. Menimbulkan rasa nyeri yang tak tertahankan dan membuat semua orang yang menyaksikan bagaimana Gery berjuang menangis.

Kata dokter, seharusnya Gery tak bertahan selama ini. Tubuhnya sudah tak mampu mengerjakan sesuatu dengan jantungnya yang sangat lemah. Namun, tuhan memberikan keajaiban membuat Gery mampu bertahan walaupun semakin hari semakin menyakitkan.

"Hai di." Sapa Farah dengan senyumnya ketika mereka sampai di depan kamar tempat Gery dirawat.

Aldi duduk di sederet bangku sepanjang koridor rumah sakit dengan tatapan kosong dan tangannya yang dilipat di depan dada menampik dinginnya pendingin ruangan.

Sejujurnya di dalam kamar Gery ada sofa, dan beberapa bangku bangku kecil yang empuk. Namun tahu Valerie akan mengunjungi Gery, Aldi memutuskan untuk menunggu mereka di luar.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang