Gue tau dia bukan orang yang ingkar janji atau ninggalin orang seenaknya. Apalagi ninggalin lo, mana rela dia.
...
"Ih lo diem dulu ya ampun. Entar eyelinnernya berantakan tau!" Omel Anya mengelap pinggiran mata Valerie dengan tisu secara perlahan.
"Lah lagian lo lebay banget sih nya! Gue sama Gery cuma mau dinner doang ngapain make up-an!" Balas Valerie berusaha menghalangi tangan Anya yang akan menorehkan make up lagi di wajahnya.
"Biar cantik Valerie. Nantikan Gery terpesona sama penampilan lo." Ucap Anya berusaha menghias wajah Valerie menjadi secantik mungkin. Namun usahanya terasa sia sia karena Valerie selalu menepis tangannya.
"Gue keringetan aja Gery udah terpesona nya." Elak Valerie dengan cengirannya membuat Anya mengus sebal dan mendorong muka Valerie.
"Yaudah iya, nona Valerie yang mempesona diem dulu ya." Kukuh Anya dengan eyeliner yang hampir saja menyentuh wajah Valerie. Namun lagi lagi Anya memang tak pernah berhasil melakukan kegiatan macam ini.
"Nih gue tanya lo kalau jalan ama Damian pake make up ga?" Tanya Valerie membuat Anya terkesiap diam dan memanyunkan bibirnya sebal.
Ia sebal dengan fakta bahwa apa yang Valerie katakan merupakan sebuah kebetulan. Kata Damian, ia lebih suka dengan muka Anya apa adanya tanpa polesan sana sini. Dan memang Anya lebih nyaman begitu.
"Tapi kan-"
"Yang natural aja sih nya." Komentar Farah membuat Anya maupun Valerie menoleh mengkerutkan alis mereka heran.
Sedari baru datang sampai sudah dua jam berlalu, Farah tak berkomentar apa apa. Ia hanya diam, senyum, ataupun bergumam. Nampaknya moodnya benar benar hancur hari ini. Namun Valerie dan Anya tak bisa banyak membantu.
Yang Farah butuhkan saat seperti ini hanya berfikir dan menyuarakan pikiran pikiran liarnya ke dalam tangisan. Terdengar lemah, namun percaya atau tidak semua wanita melakukan hal ini.
"Ini udah natural."
"Sini deh gue yang make up-in lo milihin dia baju sana." Ucap Farah mulai bangkit dari kasur dam menghiraukan tatapan kaget dari kedua temannya.
Anya memutar badannya membuka lemari Valerie dan memilih baju baju yang menurutnya pas untuk dipakai Valerie dinner.
Farah mengambil tisu dan menghapus make up di wajah Valerie yang menurutnya menor. Kemudian ia memberi kecerahan di wajah Valerie dengan bedak dan menorehkan warna pink pucat dengan blush on di pipinya tipis tipis.
Make up Anya tadi bagi Farah terlalu berlebihan. Ia berusaha melukiskan beberapa warna yang malah membuat kacau.
"Lo nangis ya?" Tanya Valerie tiba tiba membuat Farah yang sedang meratakan blush on dengan bedak berhenti. Ia menatap kaget Valerie dan beberapa kali mengerjap walau terasa perih karena terus menangis.
"Enggak." Jawab Farah singkat memalingkan mukanya dan mencari maskara serta lipstik di meja rias Valerie.
"Jangan boong." Ucap Valerie membuat Farah menghentikan aktifitasnya. Ia menghela nafas panjang menatap Valerie sayu. Namun ia menggidikan bahunya dengan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
Teen FictionApakah tuhan memang menciptakan ekspektasi dan mimpi agar manusia mengerti bahwa, kenyataan tak pernah berbanding lurus? Tuhan itu jahat atau baik sih? Ia tak pernah mengerti. Rasanya ingin hidup jauh lebih lama dari yang ia pikirkan. Namun ia meng...