NO DARK READER!
Biasakan vote sebelum membaca, dan comment sesudah membaca. Terima kasih.
**************
"SELAMAT PAGI, SEMUAA!!" Sapa Gita kepada seluruh murid baru ini.
"PAGI JUGA, KAK!"
"Udah tau Kakak belum, nih?" Tanya Gita kepada mereka.
Kemarin ia tidak masuk kedalam kelas ini, karena disibukkan oleh tugas yang lain, termasuk tugas menghukum murid yang membuat kesalahan.
"BELUM!!" Jawab mereka serempak.
"UDAH, KAK!"
Seluruh penghuni didalam kelas ini menoleh kepada pria yang mengucapkan itu. Ya, Haykal.
Haykal memasang wajah sok imutnya, lalu membuka mulutnya untuk berbicara. "Nama Kakak, Kak Gita. Lengkapnya Sagita Fero Fernandes, jabatan Kakak sebagai Ketua OSIS, Kakak kelas sepuluh IPA dua, sekarang kelas sebelas, dan umur Kakak lima belas tahun. Ya kan, Kak?"
'Damn you, Haykal!'
Gita menggerutu dalam hati. Masih pagi seperti ini, Haykal sudah berani memancing emosinya untuk meluap.
Aldo—OSIS yang juga membimbing dikelas ini bersama Gita—tertawa renyah mendengar ucapan Haykal tadi.
"Lah, Git? Kok doi, tau?" Tanya Aldo, yang kini menahan tawanya karena mendapat pelototan dari Gita.
Gita berdecak sebal. "Berisik lo, Do!"
Gita mengulum senyumnya, seraya mengalihkan pandangannya kembali kepada adik kelas yang berada dihadapannya ini.
Sesekali ia melirik ke arah Haykal dengan tatapan—bisa dibilang tatapan dendam.
"Nah, yang dibilang sama dia itu benar!" Seru Gita seraya tersenyum lebar.
"Siapa nama kamu?" Lanjut Gita bertanya kepada Haykal. Ah! Pura-pura tidak tahu.
Seluruh murid mengalihkan pandangannya kepada Haykal, begitupun juga dengan Aldo.
Haykal yang tadinya tersenyum sok imut, seketika membulatkan matanya mendengar pertanyaan Gita.
'Bukannya dia udah tau, ya?' Batin Haykal bingung.
Haykal diam sejenak, lalu tiba-tiba menyeringai. 'Mau main-main, ternyata!'
"Bukannya Kakak udah kenal saya, ya?" Tanya Haykal, membalikan pertanyaan.
Gita menelan ludahnya. Pria itu benar-benar mengajaknya untuk perang. Mungkin sebentar lagi akan dimulai dan dengan waktu yang lama. Garis bawahi: lama.
Gita bersikap stay cool, menghilangkan rasa bingungnya untuk menjawab Haykal. "Kakak lupa kamu siapa. Soalnya masih baru,"
Haykal berfikir sebentar. Lalu mulai tersenyum lagi, menampakan lesung pipitnya yang terlihat manis di pipi kanan. "Masa sih, lupa? Padahal kemarin Kakak seharian terus loh, sama saya. Mulai dari di gerbang sekolah, sampe di lapangan basket. Gak inget, Kak, kalau kemarin Kakak ngelapin keringet saya?"
Hell, yeah! Haykal benar-benar membuatnya emosi. Opsi pertama dan kedua itu benar adanya, tetapi yang ketiga? Mengelap keringat? Untuk membantunya berdiri sewaktu di lapangan basket saja Gita enggan.
Gita menatap Haykal ganas. Ia berdeham sejenak, membuat kelas yang tadinya ramai karena ucapan Haykal, menjadi sepi.
"Haykal Alvaro Denathan! Temui saya di lapangan sewaktu istirahat nanti. Terima kasih!" Ujar Gita.