***************
Kali ini Gita memaafkan persoalan tentang Haykal yang kemarin membolos, dengan satu syarat; jika mengulangi lagi, jangan harap mendapat toleransi. Haykal hanya mengangguk pasrah.
Gita berjalan menuju kelasnya bersama Salsha. Pandangannya mengedar ke segala arah, mencari seseorang yang sedari kemarin muncul dipikirannya.
Salsha menatap Gita dengan tatapan bingung. Bibir Gita tertarik dengan lebarnya, membentuk senyum sumringah ketika melihat pria yang berada tak jauh 1 meter darinya.
"Ck. Shiva, lagi." Gumam Salsha, mengikuti arah pandang Gita.
"Hai, Shiv!" Sapa Gita dengan riangnya.
Shiva menoleh pada Gita. Ia juga tersenyum dengan lebar mendapati Gita menyapanya terlebih dahulu.
Langkah Shiva begitu cepat ke arah Gita dan Salsha, membuat Salsha yang kini sudah meletakkan kedua lipatan tangannya di dada. Ia memutarkan kedua bola matanya dengan malas, melirik Shiva dengan sinis.
"Mau ke kelas, Git? Bareng, ya!" Ujar Shiva, yang kini sudah berada disamping Gita.
Gita mengangguk. "Ayo!"
Salsha mengikuti keduanya dari belakang. Ibarat kata, Salsha hanya menjadi nyamuk diantara keduanya.
--
Ghina berulah lagi. Kali ini sasaran empuknya adalah Chika, gadis berkacamata dengan buku yang selalu berada digenggamannya. Chika berada digolongan Kakak kelas tertinggi. Kelas XII IPA 1.
"Woy, cewek! Minggir, bisa? Ini jadi tempat gue, sekarang!" Tegas Ghina, kepada Chika.
Chika berdiri seraya membenarkan letak kacamatanya.
"Tolong, jadi Adik kelas yang sopan, dong! Disini semua sama! Jangan karena lo anak Kepsek disini, lo bisa seenaknya ngusir orang sembarangan!" Bantah Chika.
Kejadian seperti kemarin, rupanya terulang lagi.
Keduanya mulai menjadi pusat perhatian murid se-penjuru kantin ini. Ada yang memerhatikan diam-diam, ada juga yang terang-terangan.
"Minggir, atau lo gak ikut ujian tahun ini?" Ancam Ghina, seraya mengangkat telunjuk kirinya ke arah kiri, bermaksud mengusir Chika.
"Gue bisa kapan aja nge--"
"Gue bisa kapan aja ngebully lo, semau gue." Seorang pria menyahut, membuat seluruh murid yang tengah memerhatikan Ghina dan Chika menoleh ke arahnya. Tak terkecuali dengan Ghina, Chika dan dayang-dayang Ghina.
Itu, Haykal. Bersama Faris disebelahnya.
Haykal berjalan santai bersama Faris. Kini keduanya sudah berdiri disebelah Chika.
"Ghina, kan? Alghina Deovantaro? Anak IPS tiga, sekelas sama gue? Waw," Haykal menunjukkan wajah meledeknya.
"Kalau lo mau berkuasa, jangan di gedung IPA, dong. Di gedung IPS juga kan ada kantin. Lo itu cuma ibarat tamu di gedung IPA. Keluarga lo di gedung IPS," Sambung Haykal, santai.
"Lo rusuh, ya?" Kekeh Ghina, menatap Haykal dengan lekat.
"Wah, Kal. Dia gak tau apa-apa, tuh," Kali ini Faris terkekeh geli, bersamaan dengan Haykal.
"Karna cuma gue yang boleh ngerusuh di sekolah ini, yang lain? Coba rusuhin gue dulu, baru ada izin untuk ngerusuh," Jawab Haykal santai.
"Oh, ya?" Ledek Ghina.
Ghina tersenyum miring. Ia menjetikkan ibu jari dan jari tengah kedua tangannya, pertanda memerintah kepada dayang-dayangnya.
"Girls, tunjukin cara kita ngerusuh, sekarang!" Suruh Ghina tegas.