**************
Setelah 2 hari Haykal tidak masuk, ia kembali datang ke sekolah. Tak lupa dengan sedikit berulah disekitar koridor.
Masih pagi seperti ini, matanya sudah mendelik. Kedua bibirnya menggerutu tak karuan ketika melihat Gita berjalan santai menuju ke arahnya bersama dengan ... Shiva.
"Eh, by the way anak baru itu, ikut ekskul basket, loh! Hari ini dia pertama latihan, katanya," Seorang gadis dengan bandana pita merah cerah ini berucap kepada temannya yang lain.
Haykal mendengarkan ucapan gadis itu dengan saksama. Tetapi pandangannya tak lepas dari Gita.
"Coba Haykal ikut ekskul basket, ya. Gue makin klepek-klepek, omg." Timpal gadis berambut yang terkuncir satu itu. Mereka tidak menyadari jika Haykal berada 1 meter dari arah kanannya.
Haykal mendengarnya. Ia tersenyum miring, kemudian berlari menuju ruang guru, entah untuk apa.
Gadis yang tengah berbicara tadi menoleh ke arah Haykal, karena derap langkah dari sepatu Haykal yang terdengar mencolok.
"Ya Tuhan! Itu Haykal," Ucap seorang gadis berbandana tadi. Ia meremas baju seragam dibagian dadanya.
***********
Setelah tahu bahwa ini kali pertamanya Shiva latihan ekskul basket, Gita sengaja mengundur waktu rapat OSIS satu setengah jam lebih lama, hanya untuk melihat Shiva latihan.
Ada banyak murid yang menontonnya, terutama para siswi. Shiva cukup menarik dimata para murid, rupanya.
'Astaga. Itu Haykal?!'
'WHOAA HAYKAL IKUT BASKET!'
'ANJIR MOODBOSTER BAT NGELIAT HAYKAL IKUT BASKET!'
Gita mendengar para siswi semakin riuh hanya karena Haykal. Ia menoleh lagi ke lapangan. Dan, benar! Haykal ikut ekskul basket.
Gita mengakui jika Haykal lebih tampan dari Shiva. Baju basket berwarna putih tanpa lengan, dan rambut yang biasa berjambul, kini berantakan. Itu membuat Gita lupa cara bernapas, sekarang.
"Kok lo ganteng banget, Kal," Gumam Gita, memegangi dadanya yang kini berdegup kencang tak terkontrol. Ia bahkan tidak fokus melihat Shiva. Yang ia inginkan sedari tadi hanya ... melihat Haykal saja.
Haykal bisa dengan mudah mendapati Gita yang kini tengah menatapnya. Gita memakai jas OSIS berwarna biru muda dengan logo OSIS SMA ini dibagian kiri atas dada. Tentu saja itu gampang bagi Haykal untuk menemuinya. Gita lebih mencolok dari yang lain.
Tidak usah meragukan kemampuan bola basket Haykal. Ia bahkan pernah menjadi kapten basket selama 2 periode, di SMP. Ia juga sering menyumbang beberapa piala basket di sekolahnya. Dan jangan lupakan ini! Jika Haykal menyetujuinya, hari ini juga pasti Haykal tengah berada di Eropa, karena ia pernah hampir termasuk dalam Persatuan Bola Basket Seluruh Dunia, jika saja Haykal menyetujui undangannya.
"Biasa dong, liatnya!" Tegur Salsha, yang tiba-tiba duduk disamping Gita.
Gita tersentak, kemudian menoleh. "Apa, sih? Rusuh,"
"Lagi, ngeliatnya gak nyelaw banget. Liatin siapa, sih? Haykal? Hm," Tanya Salsha, tanpa menoleh. Ia memerhatikan gerak-gerik Haykal yang begitu santai namun pasti, memainkannya.
"Gue apa lo nih, yang ngeliatin?" Tanya Gita balik. Ia juga tahu, Salsha sedang memperhatikan Haykal.
Kali ini Salsha menoleh. "Someone feeling jealous, eh?"
"Au, ah." Balas Gita, mengalihkan pandangannya pada pertandingan ini. Gita naif, ia diam-diam melirik Haykal.
"WOAH, GIT! TIM HAYKAL YANG MENANG, GILA! 30-15, MANCAY!" Teriak Salsha, ikut heboh seperti murid lainnya.
"Shiva aja kalah, ew," Ledek Salsha, seraya membalikkan kedua ibu jarinya didepan wajah Gita.
Gita menepisnya dengan sebal.
"Ya udah, sih."Pertandingan telah usai. Gita beranjak dari bangku penonton ini, bersama Salsha.
"Eh, Git. Katanya bakal ada murid baru lagi lho, besok," Ujar Salsha, disela-sela perjalanannya menuju ruang OSIS bersama Gita.
"Kelas mana," Itu tidak terdengar seperti pertanyaan, karena Gita hanya menjawab sekenanya dan dengan suara yang terdengar datar.
"Kelas Haykal. Cewek, katanya. Cakep gitu," Jelas Salsha. Ia memakai jas OSIS nya, lalu mengancingkan dibagian tengahnya.
Gita menoleh dengan cepat. "Cakep mana sama gue?"
Salsha menaikkan sebelah alisnya bingung. Gita tidak pernah bertanya seperti itu sebelumnya.
"Gue aja belum tau mukanya, Git. Takut Haykal direbut, ya?" Tanya Salsha.
Gita mengangguk.
"Wah, l--"
"Gue takut Haykal akrab sama dia, terus lupa sama gue. Apalagi dia kan pacarnya banyak, takut aja anak barunya dijadiin target dia. Kata lo dia cakep, kan? Terus entar dia baper beneran, terus gue dilupain. Gue kan udah nganggap dia sahabat, Sha, sama kayak gue nganggap elo," Jelas Gita, memotong ucapan Salsha yang belum sempat terucapkan. Kali ini raut wajahnya terlihat murung.
Salsha mendelik. Ia kira Gita takut, karena Gita mempunyai perasaan lebih untuk Haykal, tapi nyatanya ... Salsha turut berduka cita atas perasaan Haykal yang tidak terbalaskan.
Gita sudah masuk ke dalam ruang OSIS, sedangkan langkah Salsha terhenti tepat didepan pintu.
'Sejak kapan Haykal punya pacar banyak?' Batin Salsha.
Salsha mengangkat bahunya acuh. Ia segera masuk ke dalam ruangan, karena sebentar lagi rapat yang dipimpin oleh Gita akan dimulai.
**************
"Gita,"
Gita menengok ke arah sumber suara. Disana ada Haykal dan Shiva yang tengah saling berpandangan tak suka. Keduanya kini tengah berjalan ke arahnya. Baju mereka masih sama seperti pada saat pertandingan.
Gita menaikkan sebelah alisnya. "Ya?"
"Balik bareng, yuk?"
Lagi, keduanya saling berpandangan tak suka.
"Apa, sih! Ngikutin gue mulu!" Kesal Haykal sewot.
"Elo, yang ngikutin!" Bantah Shiva, tak kalah sewotnya.
"Lo berdua kenapa, sih?!" Tanya Gita, mencoba meleraikan keduanya.
"Diem!" Ucap keduanya bersamaan.
Gita tersentak. Ia mengumpat dalam hatinya. Kedua pria yang berada dihadapannya ini benar-benar membuat moodnya turun.
Ia berdecak sebal, kemudian segera meninggalkan keduanya menuju bus umum yang sedang berhenti di halte.
"GUE DULUAN!" Gita berteriak, membuat keduanya berlarian tidak jelas.
Shiva jelas saja menyusul Gita masuk ke dalam bus, karena ia sekolah diantar-jemput oleh supirnya. Dan kebetulan, supirnya sedang tidak bisa menjemputnya.
Haykal mengucapkan sumpah-serapahnya. Ia sudah kalah start dari Shiva.
"Ya udah, lah. Jagoan mah kalah dulu." Gumamnya, segera menuju parkiran untuk mengambil motornya.
***********
Gita duduk termenung diatas ranjangnya. Ia tengah memikirkan seseorang, dan ini untuk pertama kalinya Gita seperti itu.
Sewaktu rapat tadi, ia bahkan tidak terfokus menyampaikan materi pada pengurus lainnya. Pikirannya terbagi dua, antara rapat OSIS dan orang lain.
Gita menggelengkan kepalanya dengan kuat. Ia tidak mau jatuh cinta, apalagi kepada pria yang baru ia kenal selama 2 hari. Itu tidak benar.
***************
A/N
Bisa dibilang ini udah monolog, ya. Udah pertengahan, udah lebih serius juga ceritanya, hoho.
Bakal banyak nyeseknya juga, jadi dimohon tahan. Yang sifatnya melankolis, cerita ini cocok untuk dibaca, wkwkwk.
Idk why kenapa aku selalu late postingnya😂 maaf yaa.