****************Ghina menatap Haykal yang duduk di bangku tepat di depannya dengan diam-diam. Sesekali ia tersenyum lebar menatap pria dihadapannya itu.
Ia tidak terfokus pada materi yang tengah dijelaskan oleh Bu Dara--selaku guru pelajaran Ekonomi. Tatapannya selalu melirik ke arah Haykal yang kelihatannya serius memerhatikan materi.
Bu Dara melemparkan penghapus papan tulis. Kedua bola matanya melotot pada Ghina, kemudian berucap, "Alghina Deovantaro! Berhenti menatap Haykal!"
Sial. Ghina mengumpat dalam hati, ketika mendapati sang guru menegurnya dengan tak santai.
Haykal yang merasa namanya disebut, hanya menaikkan sebelah alisnya, kemudian menoleh kepada Ghina yang berada di belakangnya.
Ghina melirik Haykal sekilas, lalu menatap Bu Dara. "Iya, Bu. Maaf,"
"Ya sudah. Lanjutkan materi," Ucap Bu Dara, seraya mengambil penghapus papan tulis dari tangan Ghina.
Haykal menyeringai, kemudian berucap pada Ghina, "Jangan natap terlalu dalem, nanti jadi naksir terlalu dalem."
Ghina mendelik, walaupun ada sedikit benarnya dari ucapan Haykal.
**********
Jam di ponsel Gita sudah menunjukkan pukul 14.30 siang, itu artinya masih ada 30 menit untuknya sampai di Kafe Bears.
Haykal sudah diantarkan kerumahnya, dan kini giliran ia pergi menuju Kafe, untuk menemui Shiva.
Pintu Kafe terbuka, bersamaan dengan suara lonceng yang terletak di atas pintu.
Gita segera masuk, lalu segera menghampiri Shiva yang tengah menyeruput espressonya seraya menatap ke arahnya.
"Hai, Shiv. Lama, ya?" Sapa sekaligus tanya Gita.
Shiva menggeleng, kemudian tersenyum tipis.
"Ini tentang lo, Haykal, sama gue," Ucap Shiva tiba-tiba.
sebelum menjawab Shiva, Gita terlebih dahulu memesan kepada waitress yang sudah berdiri di sampingnya.
Gita menoleh pada Shiva setelah waitress tersebut pergi, lalu bertanya, "Iya terus, ada apa?"
"Lo serius pacaran sama dia?" Tanya Shiva. Tatapannya serius, menatap Gita.
Gita terkekeh. "Berita udah nyebar satu sekolah, apalagi ada buktinya juga. Gak mungkin, kan, itu cuma gosip," jawab Gita, membiarkan Shiva untuk menarik kesimpulan sendiri.
"Lo gak mungkin serius sama dia, Gita," ucap Shiva.
"Apaan sih, Shiv? Sok tau, deh," jawab Gita, kemudian terkekeh.
Shiva menggeleng kuat.
"Lo sukanya sama gue, bukan Haykal. Gue tau itu, Git!"Gita tersentak, mendengar ucapan Shiva yang penuh penegasan. Ia hanya diam, tak tahu harus menjawab apa. Jika sudah begini, berarti lawan bicaranya berucap benar.
Shiva meletakkan sebuket bunga mawar merah dan sekotak cokelat berbentuk love yang dilapisi dengan pita berwarna merah muda di atas meja, yang sebelumnya ia letakkan di atas kedua pahanya.
"Ini udah gue siapin dari kemarin. Gue udah niat, kalau hari ini juga gue bakal nembak lo," jelas Shiva.
Gita tak menjawabnya. Ia menunduk, menatap makanannya, seraya menunggu ucapan Shiva selanjutnya.
"Boleh minta sesuatu gak, Git?" Tanya Shiva, dengan tatapan penuh harap.
"Apa?" Tanya Gita, seraya mengunyah pancake pesanannya.